Surat Imajiner Bana Alabed
Akulah Bana Alabed
gadis kecil dari Alepo
dimanja Tuan Erdogen
sebagai pengungsi di Turki.
Tuan Erdogan yang baik hati
dunia dan tamadun kita
telah membawa perubahan mazhab
serta lompatan serentak
dalam bayang-bayang kekuasaan
tanpa kemanusiaan
dan agama.
Sebagai anak kecil aku merasakan
tak ada lagi kata kedamaian
kecuali teror di sana-sini
meskipun dengan makna yang pahit
kita lalui dengan mimpi dan ledakan
tahukah tuan bahwa kehidupan telah tergadaikan
meski teror-teror sukar dihentikan
kita tetap diburu burung Nasar
yang mengamuk dan akan menumbangkan Islam
aku tak dapat membayangkan saat Nawar al-Awlaki
sekarat meregang nyawa karena peluru tentara Paman Sam.
Penyair dan sufi datang bagaikan burung Banabil
dan turun dari atas gunung
di tengah kenyataan dan kesedihan
Palestina, Suriah, Tunisia, Bosnia, Libanon, Rohingya.
Tuan presiden
para pengungsi di gunung
di dalam gua
dan di gedung-gedung reruntuhan
berbaur desingan peluru dan mortir
mereka cium mesiu dan debu
bersama lapar yang menggigit.
O, di mana kau sesungguhnya?
ketika bunyi ledakan dan kedinginan
sebagai kehidupan yang mengerikan
dan bunyi denyutan lesap
di atas tubuh-tubuh yang bugil?
Hari itu seingatku
para tentara dan teroris
memberondong mereka
sebelum malam tiba
Tuan Erdogan, sekembalinya nanti
aku ingin membangun tugu-tugu di sana untuk mereka
agar kukenang kawan kecilku Nawar
serta para penyair dan sufi
yang lenyap di tengah
dunia bangkai.
NB: Tolong kirimkan aku boneka untuk pelukan
karena ibu, bapak, dan saudaraku lenyap.
2017
Sumber: Sesapa Mesra Selinting Cinta (2019)
Analisis Puisi:
Puisi "Surat Imajiner Bana Alabed" karya Anwar Putra Bayu menyuarakan penderitaan dan pengalaman tragis anak-anak yang terkena dampak konflik di Timur Tengah, terutama di Suriah. Melalui perspektif Bana Alabed, seorang gadis kecil dari Aleppo yang dikenal luas karena tweet-nya tentang kehidupan di tengah perang, puisi ini menggambarkan kesedihan, kehilangan, dan harapan di tengah kekacauan.
Tema dan Makna
- Penderitaan Anak-Anak dalam Konflik: Tema utama puisi ini adalah penderitaan anak-anak yang terjebak dalam konflik bersenjata. Bana Alabed, sebagai narator, menjadi representasi dari semua anak yang merasakan ketakutan, kehilangan, dan kehancuran akibat perang.
- Kritik terhadap Kekuasaan dan Perang: Puisi ini juga mengkritik kekuasaan yang abai terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan agama. Tuan Erdogan, presiden Turki, disebut sebagai sosok yang baik hati, namun dalam bayang-bayang kekuasaan yang sering kali melupakan nilai kemanusiaan.
- Harapan dan Ketabahan: Meskipun dipenuhi dengan kesedihan, puisi ini juga menyiratkan harapan dan ketabahan. Bana Alabed ingin membangun tugu untuk mengenang teman-temannya dan para penyair serta sufi yang lenyap di tengah kekacauan dunia.
Struktur dan Gaya Bahasa
- Surat Naratif: Struktur puisi ini seperti surat naratif yang ditulis oleh Bana Alabed kepada Tuan Erdogan. Bentuk surat ini memberikan kesan personal dan mendalam, seolah-olah pembaca sedang mendengarkan langsung keluhan dan harapan seorang anak.
- Penggunaan Simbolisme: Simbolisme sangat kuat dalam puisi ini. Burung Nasar menggambarkan ancaman dan kekuatan destruktif yang mengintai, sementara burung Banabil dan gunung melambangkan para penyair dan sufi yang mencari kedamaian dan kebijaksanaan di tengah kekacauan.
- Bahasa Emotif: Bahasa yang digunakan dalam puisi ini sangat emotif, dengan kata-kata yang menggambarkan ketakutan, kesedihan, dan harapan. Ini menciptakan resonansi emosional yang kuat dengan pembaca, membuat mereka merasakan penderitaan dan ketabahan Bana Alabed.
Puisi "Surat Imajiner Bana Alabed" karya Anwar Putra Bayu adalah sebuah narasi yang kuat dan emosional tentang penderitaan anak-anak dalam konflik bersenjata. Melalui perspektif Bana Alabed, puisi ini menggambarkan ketakutan, kehilangan, dan harapan di tengah kekacauan. Dengan struktur surat yang personal dan penggunaan simbolisme serta bahasa emotif, puisi ini berhasil menyentuh hati pembaca dan mengajak mereka untuk merenungkan dampak kemanusiaan dari perang.
Karya: Anwar Putra Bayu
Biodata Anwar Putra Bayu:
- Anwar Putra Bayu lahir pada tanggal 14 Juni 1960 di Medan, Sumatera Utara.