Puisi: Sebelum Magrib Tiba (Karya Darwanto)

Puisi "Sebelum Magrib Tiba" karya Darwanto menyajikan gambaran mendalam mengenai kehidupan seorang laki-laki tua yang terjebak dalam kesunyian dan ...

Sebelum Magrib Tiba

Di ujung perjalananya adalah awal mula kita
laki-laki tua itu duduk di depan televisi yang tak ingin dinyalakannya
di ruang tercecap asing menatap tua lemari televisinya.
Ia tak lagi suka membahas tentang dirinya
tentang rambutnya yang memutih juga alis matanya
tentang rumahnya yang sepi yang sudah lama dikenalnya
ia ingin sekali bertanya ini hari apa?
toh, hari-hari bersin, batuk, dan selesma
ia pejamkan matanya
terbayang olehnya suatu kenangan yang mungkin tak pernah ada
apakah istri, anak-anak?
sesuatu yang sia-sia diharapkan kembali sebab tak pernah dijalani
ia lihat ke arah jam dinding hampir jam lima
masih ada sisa pisang,
masih ada obat batuk di atas meja
ia rapikan kain yang tertata di atas meja
ia rapikan pikiran apakah istri, anak-anak?
sore yang dulu itu juga kini akan menjelang senja
laki-laki tua itu masih duduk di depan televisi
mungkin nanti ada yang datang mengetuk pintu utama
sebelum magrib tiba

2024

Analisis Puisi:

Puisi "Sebelum Magrib Tiba" karya Darwanto menyajikan gambaran mendalam mengenai kehidupan seorang laki-laki tua yang terjebak dalam kesunyian dan refleksi sebelum waktu magrib tiba. Dengan sentuhan yang sederhana namun kuat, puisi ini menawarkan refleksi tentang usia, kenangan, dan ketidakpastian yang dihadapi seorang pria di penghujung hidupnya.

Struktur Puisi

Puisi ini memiliki struktur yang memanfaatkan deskripsi detail untuk menggambarkan suasana hati dan keadaan fisik sang tokoh. Dengan penggambaran yang mendalam tentang setting dan keadaan mental tokoh utama, Darwanto menciptakan suasana yang melankolis dan reflektif.

Gaya Bahasa

  • Deskripsi yang Mendetail: Darwanto menggunakan deskripsi detail untuk menggambarkan suasana sekitar laki-laki tua. Misalnya, "laki-laki tua itu duduk di depan televisi yang tak ingin dinyalakannya" dan "ia lihat ke arah jam dinding hampir jam lima" memberikan gambaran yang jelas tentang kebiasaan dan suasana hati tokoh utama.
  • Pertanyaan Retoris: Penggunaan pertanyaan retoris seperti "apakah istri, anak-anak?" mencerminkan kebingungan dan keresahan tokoh utama tentang hidupnya dan apa yang mungkin hilang atau tidak pernah ada.

Kesepian dan Refleksi

Puisi ini mengeksplorasi tema kesepian dan refleksi di usia tua. Tokoh utama berada di ujung perjalanan hidupnya, duduk di ruangan yang asing dan sepi, menatap televisi yang tidak ingin dinyalakannya. Kesepian ini diperkuat dengan deskripsi tentang bagaimana ia tidak lagi tertarik membahas dirinya sendiri atau masa lalunya, dan seolah-olah kehilangan minat pada kehidupan yang dulu dikenalnya.
  • Kehidupan yang Sepi: "Tentang rumahnya yang sepi yang sudah lama dikenalnya" menggambarkan betapa rutinnya kehidupannya dan bagaimana ia merasa terasing di tempat yang seharusnya akrab baginya.
  • Refleksi Masa Lalu: Tokoh utama mengingat kembali kenangan yang mungkin tidak pernah ada, menunjukkan penyesalan dan kerinduan terhadap sesuatu yang tidak dapat diingat dengan jelas. Ini mencerminkan keresahan dan kerinduan yang sering dialami oleh orang tua di akhir hidup mereka.

Ketidakpastian dan Menunggu

Puisi ini juga menyentuh tema ketidakpastian dan menunggu sesuatu yang mungkin tidak akan pernah terjadi. Tokoh utama menunggu di depan televisi yang mati, mengharapkan seseorang datang mengetuk pintu sebelum magrib tiba.
  • Menunggu yang Tak Pasti: "Mungkin nanti ada yang datang mengetuk pintu utama sebelum magrib tiba" menunjukkan harapan dan ketidakpastian tentang kedatangan seseorang atau sesuatu yang mungkin tidak akan pernah terjadi.
  • Kesederhanaan dan Rutinitas: Kegiatan seperti merapikan kain dan memeriksa sisa pisang dan obat batuk di meja mencerminkan rutinitas sehari-hari yang sederhana namun penting dalam kehidupan tokoh utama.

Emosional

Puisi ini menghadirkan perasaan melankolis dan introspeksi. Melalui deskripsi kehidupan sehari-hari dan refleksi tokoh utama, Darwanto menciptakan suasana yang mengundang pembaca untuk merasakan ketidakpastian dan kesepian yang dialami oleh laki-laki tua tersebut. Penantian dan harapan yang tidak pasti menambah dimensi emosional pada puisi, membuat pembaca merenung tentang makna kehidupan dan kehadiran orang-orang di sekitar kita.

Puisi "Sebelum Magrib Tiba" karya Darwanto adalah karya yang mengungkapkan ketidakpastian dan kesepian yang sering dialami seseorang di usia tua. Dengan gaya bahasa yang deskriptif dan reflektif, puisi ini menyentuh tema-tema tentang kehidupan yang sepi, penyesalan, dan harapan yang tidak pasti. Darwanto berhasil menyampaikan perasaan melankolis dan introspeksi yang mendalam melalui penggambaran yang sederhana namun penuh makna, menjadikannya sebagai karya yang memikat dan mengajak pembaca untuk merenung tentang perjalanan hidup dan makna di penghujungnya.

Darwanto
Puisi: Sebelum Magrib Tiba
Karya: Darwanto

Biodata Darwanto:
  • Darwanto lahir pada tanggal 6 Maret 1994.
© Sepenuhnya. All rights reserved.