Ada yang baru nih dari Songmont! Tas Elegan dengan Kualitas Terbaik

Puisi: Petani (Karya Gus tf)

Puisi "Petani" karya Gus tf menggambarkan perjalanan introspektif seorang individu yang ingin menemukan kedamaian dan kesehatan melalui bertani.
Petani

Jika kautanya mauku kini, kujawab: jadi petani. Membalik,
menggembur, mencangkul tanah dalam diri. Kata-kata sudah usai,
rindu dendam telah lerai. Tinggal kini umur, yang ingin kulumur
dengan hijau sayur. Anakku bilang, "Klorofil, Papi. Serat yang
kaya zat antiradang, antioksidan, dan antibakteri." Hmm,
anakku suka aku jadi petani. Apa lagi? Di kekendoran urat,
sering kurasakan geliat ulat. Di kedalaman daging, acap kudengar
dengkuran cacing. Maka urat-urat harus dibikin liat. Dan daging,
kukira, harus sedikit lebih hening. "Jangan cuma tanam bayam,

Papi, tapi juga alfalfa, brokoli, selada, dan seledri." Hmm,
anakku kenal banyak jenis sayur. Namun, tahukah ia sayur
yang paling sayur? Sayur yang kumau, anakku, yang bikin doyan
primata dalam diriku, yang bikin tenang serigala dalam lolongku.

"Dan, asam folat, Papi, sangat dibutuhkan buat mencegah cacat
pada susunan syaraf pusat." Eh, cacat? Hmm, tahu apa
anakku tentang cacat? Dan, asam folat, zat apa pulakah itu
asam folat? Anakku, agaknya, memang lebih tahu ketimbang aku.

"Selain cacat, asam folat juga menekan risiko kanker, mencegah
anemia, penyakit kardiovaskuler. Dan, yang juga penting, Papi,
klorofil membantu fungsi hati." Ha, hati? Cukup, cukup,
kukira, memang, tak penting bagiku yang lain - kecuali hati.

Payakumbuh, 2007

Analisis Puisi:

Puisi "Petani" karya Gus tf menawarkan pandangan mendalam tentang keinginan menjadi petani, yang di dalamnya terdapat refleksi mengenai kehidupan, kesehatan, dan hubungan antara manusia dengan alam. Melalui bahasa yang sederhana namun penuh makna, Gus tf mengajak pembaca untuk merenungkan kembali nilai-nilai hidup dan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan tubuh.

Keinginan Menjadi Petani

Puisi ini dibuka dengan pernyataan tegas dari sang penyair yang ingin menjadi petani. "Jika kautanya mauku kini, kujawab: jadi petani." Kalimat ini menggambarkan perubahan keinginan hidup dari sesuatu yang mungkin lebih kompleks menjadi sesuatu yang lebih sederhana dan mendasar. Sang penyair ingin membalik, menggembur, dan mencangkul tanah dalam dirinya, sebuah metafora untuk mencari kedamaian dan keseimbangan batin melalui pekerjaan bertani.

Keheningan dan Kedamaian

"Rindu dendam telah lerai. Tinggal kini umur, yang ingin kulumur dengan hijau sayur." Penyair mencerminkan keinginannya untuk menjalani sisa hidupnya dengan kedamaian, tanpa beban emosi negatif. Hijau sayur, yang melambangkan kesuburan dan kehidupan, menjadi simbol dari kedamaian dan kesehatan yang diinginkannya.

Interaksi dengan Anak

Anak dari sang penyair memainkan peran penting dalam puisi ini. Anak tersebut memberikan nasihat tentang berbagai jenis sayuran dan manfaat kesehatannya. "Klorofil, Papi. Serat yang kaya zat antiradang, antioksidan, dan antibakteri." Ini menunjukkan bahwa anak tersebut memiliki pengetahuan tentang kesehatan dan pentingnya nutrisi, yang menjadi pengingat bagi sang penyair tentang manfaat bertani dan hidup sehat.

Membina Kesehatan Fisik

Di bagian lain puisi, penyair merasakan geliat ulat dan dengkuran cacing dalam tubuhnya, metafora yang menggambarkan bagaimana tubuh merespons kebutuhan fisik. Urat-urat yang perlu dibuat liat dan daging yang harus lebih hening mencerminkan pentingnya menjaga kesehatan fisik melalui kegiatan bertani, yang membutuhkan tenaga dan kebugaran.

Makna Sayur dan Kesehatan

Anak sang penyair memberikan daftar sayuran yang perlu ditanam, seperti alfalfa, brokoli, selada, dan seledri. "Namun, tahukah ia sayur yang paling sayur? Sayur yang kumau, anakku, yang bikin doyan primata dalam diriku, yang bikin tenang serigala dalam lolongku." Di sini, penyair mencari makna lebih dalam tentang sayuran, bukan hanya sebagai sumber nutrisi tetapi juga sebagai simbol dari ketenangan batin dan kepuasan hidup.

Kesehatan Mental dan Fisik

Puisi ini juga menyoroti pentingnya asam folat, yang menurut anak penyair dapat mencegah berbagai penyakit seperti cacat pada susunan syaraf pusat, kanker, anemia, dan penyakit kardiovaskuler. "Dan, yang juga penting, Papi, klorofil membantu fungsi hati." Hati, dalam konteks ini, bisa merujuk pada organ fisik dan juga metafora untuk perasaan dan emosi. Menjaga kesehatan hati menjadi prioritas utama bagi sang penyair.

Puisi "Petani" karya Gus tf menggambarkan perjalanan introspektif seorang individu yang ingin menemukan kedamaian dan kesehatan melalui bertani. Melalui interaksi dengan anaknya, penyair mengeksplorasi berbagai aspek kesehatan fisik dan mental, serta menemukan makna yang lebih dalam tentang hidup. Gus tf berhasil menggabungkan tema-tema kehidupan, kesehatan, dan hubungan manusia dengan alam dalam sebuah puisi yang sederhana namun penuh makna.

Simbolisme

  • Petani: Simbol dari kesederhanaan, kedamaian, dan keseimbangan batin.
  • Hijau Sayur: Melambangkan kesuburan, kehidupan, dan kesehatan.
  • Ulat dan Cacing: Metafora untuk respon tubuh terhadap kebutuhan fisik dan kesehatan.
  • Klorofil dan Asam Folat: Simbol dari pengetahuan tentang nutrisi dan kesehatan yang diberikan oleh anak penyair.
  • Hati: Merujuk pada organ fisik dan juga sebagai metafora untuk perasaan dan emosi.
Puisi ini adalah refleksi mendalam tentang bagaimana perubahan sederhana dalam hidup, seperti menjadi petani, dapat membawa kedamaian dan kesehatan. Gus tf mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya menjaga keseimbangan antara tubuh dan alam serta menghargai pengetahuan tentang kesehatan yang mungkin datang dari sumber yang tak terduga. Puisi "Petani" memberikan wawasan tentang bagaimana keinginan untuk hidup sederhana dan sehat dapat memberikan makna baru dalam kehidupan.

Gus tf Sakai
Puisi: Petani
Karya: Gus tf

Biodata Gus tf Sakai:
  • Gustrafizal Busra atau lebih dikenal Gus tf Sakai lahir pada tanggal 13 Agustus 1965 di Payakumbuh, Sumatera Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.