Ada yang baru nih dari Songmont! Tas Elegan dengan Kualitas Terbaik

Puisi: Mitologi (Karya Gus tf)

Puisi "Mitologi" karya Gus tf mengajak pembaca untuk merenungkan makna eksistensi, kesendirian, dan perubahan yang tak terelakkan dalam hidup.
Mitologi

Saat kanak-kanak, ia gemar melihat dirinya dalam cermin
di kamar Ibu. "Itulah kamu," kata si Ibu seraya melepaskan seekor
burung di dalamnya. Burung itu cantik, pupilnya terang, paruhnya
merah muda. "Sebagai teman, tentu, bila Ibu tak ada."

Saat ia mulai remaja, cermin itu dipindahkan Ibu
ke kamarnya. Setiap berkaca, burung itu berkicau berputar
putar di atas kepala. Apakah yang dikatakannya? Adakah
yang diinginkannya? Bila dirinya tak ada, ia merasa
burung itu kesepian; dan tentu menderita.

Saat dewasa, sebab entah sibuk bekerja, ia mulai
jarang berkaca. Burung itu, entah memang karena ia lupa,
jarang pula tampak olehnya. Bertahun-tahun,

berpuluh-puluh tahun, mereka bagai bukan bagian
dari bersama. Tapi suatu ketika, dalam usia separo baya, ia
melihatnya. Burung jelek, kusam, tak ubahnya kelebat muram

dalam hidupnya. Betulkah itu dia?

Kini ia telah tua. Di depan cermin, pedih,
ia sering merindukannya. Burung itu – burung itu,
memang, sebenarnya tak pernah ada.

Payakumbuh, 1997

Analisis Puisi:

Puisi "Mitologi" karya Gus tf adalah sebuah karya yang penuh dengan simbolisme dan refleksi mendalam tentang perjalanan hidup manusia. Melalui kisah tentang seorang anak yang tumbuh dewasa hingga tua, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna eksistensi, kesendirian, dan perubahan yang tak terelakkan dalam hidup. Gus tf menggunakan cermin dan burung sebagai simbol utama untuk menggambarkan hubungan antara diri sendiri dan bayangan ideal yang sering kali berubah seiring berjalannya waktu.

Kanak-Kanak: Awal Mula Kesadaran Diri

Puisi ini dimulai dengan gambaran masa kanak-kanak, di mana tokoh utama gemar melihat dirinya dalam cermin di kamar ibunya. Sang ibu memberikan seekor burung dalam cermin itu sebagai teman, sebuah simbol yang cantik dengan pupil terang dan paruh merah muda. Burung ini mungkin melambangkan jiwa murni dan harapan masa kecil, di mana segala sesuatu terlihat indah dan penuh potensi. Kehadiran burung tersebut memberikan rasa aman dan kebahagiaan, terutama saat ibu tidak ada.

Remaja: Interaksi dan Kesepian

Saat tokoh utama mulai remaja, cermin itu dipindahkan ke kamarnya sendiri. Burung dalam cermin ini terus berkicau dan berputar di atas kepala, mengisyaratkan interaksi yang lebih intens antara dirinya dan bayangan ideanya. Namun, ketika dirinya tidak ada, ia merasa burung itu kesepian dan menderita. Ini mungkin mencerminkan perasaan remaja yang sering kali merasa kesepian dan mencari makna dalam perubahan diri dan lingkungan sekitar.

Dewasa: Kehilangan dan Kesibukan

Ketika tokoh utama memasuki masa dewasa, kesibukan bekerja membuatnya jarang melihat ke cermin. Burung itu, yang dulunya tampak penting, kini jarang terlihat. Perubahan ini menggambarkan bagaimana tanggung jawab dan rutinitas sering kali membuat kita lupa pada sisi diri yang lebih murni dan ideal. Bertahun-tahun berlalu, dan hubungan dengan bayangan ideanya semakin jauh, menunjukkan bagaimana kehidupan sehari-hari bisa menjauhkan kita dari refleksi diri.

Paruh Baya: Penemuan Kembali yang Menyedihkan

Dalam usia separuh baya, tokoh utama sekali lagi melihat burung itu di cermin. Namun, kini burung itu tampak jelek, kusam, dan muram, mencerminkan kekecewaan dan kesedihan dalam hidupnya. Pertanyaan "Betulkah itu dia?" menandakan keraguan dan ketidakpastian tentang identitas dan nilai diri setelah bertahun-tahun berlalu. Penemuan kembali burung ini menjadi momen reflektif yang pahit, mengingatkan kita bahwa perubahan dan penyesuaian diri adalah bagian dari perjalanan hidup.

Tua: Kerinduan dan Kenyataan Pahit

Pada masa tua, tokoh utama sering merindukan burung itu di depan cermin. Namun, ia menyadari bahwa burung tersebut sebenarnya tidak pernah ada. Ini adalah simbol dari harapan dan ilusi yang pernah ada di masa muda, yang kini telah pudar. Kesadaran bahwa burung itu tidak nyata menggambarkan kenyataan pahit bahwa banyak harapan dan mimpi yang kita pegang erat mungkin hanyalah ilusi.

Puisi "Mitologi" karya Gus tf adalah sebuah karya yang kaya akan simbolisme dan penuh dengan refleksi tentang perjalanan hidup manusia. Melalui penggunaan cermin dan burung sebagai simbol, Gus tf berhasil menggambarkan perubahan dari masa kanak-kanak yang penuh harapan, masa remaja yang penuh interaksi dan kesepian, masa dewasa yang sibuk dan kehilangan, hingga masa tua yang penuh kerinduan dan kenyataan pahit. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang identitas, perubahan, dan makna dari perjalanan hidup yang penuh liku.

Gus tf Sakai
Puisi: Mitologi
Karya: Gus tf

Biodata Gus tf Sakai:
  • Gustrafizal Busra atau lebih dikenal Gus tf Sakai lahir pada tanggal 13 Agustus 1965 di Payakumbuh, Sumatera Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.