Puisi: Menunggu Perayaan (Karya M. Aan Mansyur)

Puisi "Menunggu Perayaan" karya M. Aan Mansyur menggambarkan dengan jelas kerinduan, nostalgia, dan perjalanan waktu melalui imaji yang kuat dan ...
Menunggu Perayaan

Sol sepatumu bicara apa kepada
jalan yang menjauh?

Kuberitahu, hanya sedikit orang
yang mampu mencapai ujung dan
ketiadaan. Sekarang jalan sudah
terlalu panjang dan bercabang-
cabang. Aku terus berdiri di
gerbang ini dengan sepasang
telinga tidak mampu menyentuh
kata-katamu. Aku menunggu
punggungmu tidak menghadap
wajahku.
Kau pergi kedunia masa kecilku
yang dipenuhi gambar hitam putih.
Televisi berisi siaran dunia dalam
berita. Soeharto, topi caping,
hamparan pada, dan senyum yang
mengajari kita hal-hal palsu. Video
klip Tommy J Psa, Nila Daniati, dan
Betharia Sonata. Betapa pandai
mereka menyembunyikan dan
menyembunyikan kesedihan. Atau
siaran pedesaan dan kisah-kisah
keluarga penuh perkelahian.
Gunung, sungai, rumah, bendera,
juga toko dari kota. Semua dilukis
entah siapa menggunakan pensil
patah dan kertas putih semata.
Kau hanya mampu menghilang jika
pergi melampaui dunia sebelum
aku mengenalmu.

Dulu aku tidak perlu memikirkan
apa-apa selain segera jadi dewasa
Sekolah enam tahun. Berangkat
pagi, pulang siang, dan singgah
mandi telanjang di sungai sampai
tubuh merah. Lulus dari sekolah
lagi. Bersepeda dan terjatuh.
Menjual sawah dan sekolah lagi.

Lalu datang perayaan
kemerdekaan. Aku ikut lomba
memasukkan paku dari pantat
kemulut botol. Aku tidak
memenangkan apa-apa kecuali
tawamu dari sela-sela penonton.
Tawa itu mekar jadi pertanyaan
pada suatu siang yang kubisikkan
ke telingamu di kantin sekolah saat
para guru rapat membahas uang
dan ulangan. Kau mengangguk
dari waktu mengalir secepat
barang-barang impor. Walkman,
pager, DVD player, komputer, dan
telepon pintar.

Telingaku tidak mampu melupakan
tawamu seperti orang Amerika
mengingat peristiwa Sebelas
September.

Meski sendiri, aku ingin mewarnai
gerbang ini dan menyambut lagi
perayaan. Akan kubuat upacara
bendera, baris-berbaris, panggung
lagu-lagu lama, dan lomba-lomba
yang membuat penonton lupa
penderitaan. Barangkali aku tidak
akan memenangkan apa-apa sekali
lagi.

Tapi aku sudah nyaris
menghabiskan diriku di sekolah
bertahun-tahun. Bertahan tidak
mencintai siapa pun, kecuali
seseorang dalam diriku yang
menunggu waktu dan punggungmu
tidak menghadap wajahku.
Menunggu wajahmu tertawa sekali
lagi, mungkin kepada masa depan
yang lain.

Sumber: Melihat Api Bekerja (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Menunggu Perayaan" karya M. Aan Mansyur menggambarkan dengan jelas kerinduan, nostalgia, dan perjalanan waktu melalui imaji yang kuat dan bahasa yang evocative. Puisi ini menyajikan sebuah refleksi tentang masa lalu dan ketidakhadiran orang yang penting dalam kehidupan penulis, serta bagaimana perayaan masa lalu menyimpan makna mendalam di tengah perjalanan hidup yang penuh perubahan.

Struktur Puisi

Puisi ini mengandung beberapa bait yang secara bertahap membangun narasi dari masa lalu ke masa kini, dengan fokus pada perasaan penantian dan nostalgia. Struktur puisi ini mengikuti alur reflektif dan deskriptif, menceritakan kisah yang melibatkan pengalaman pribadi, kenangan masa lalu, dan harapan untuk masa depan.

Gaya Bahasa

  • Imaji dan Simbolisme: Puisi ini menggunakan imaji visual yang kuat untuk menggambarkan perasaan nostalgia dan kerinduan. Imaji seperti "televisi berisi siaran dunia" dan "panggung lagu-lagu lama" menciptakan gambaran yang jelas tentang masa lalu dan bagaimana perayaan masa kecil dipenuhi dengan makna. Contoh: "Gunung, sungai, rumah, bendera, / juga toko dari kota. Semua dilukis / entah siapa menggunakan pensil / patah dan kertas putih semata."
  • Bahasa Nostalgia: Bahasa yang digunakan dalam puisi ini menyiratkan rasa nostalgia yang mendalam terhadap masa lalu dan perayaan yang telah berlalu. Penulis menggunakan frasa-frasa yang penuh makna untuk mengekspresikan kerinduan terhadap pengalaman dan orang-orang yang tidak lagi ada. Contoh: "Telingaku tidak mampu melupakan / tawamu seperti orang Amerika / mengingat peristiwa Sebelas September."

Tema dan Makna

  • Kenangan Masa Kecil: Puisi ini mencerminkan kerinduan mendalam terhadap masa kecil dan perayaan yang terjadi di masa lalu. Kenangan tentang perayaan kemerdekaan dan lomba-lomba yang diikuti menggambarkan betapa pentingnya peristiwa tersebut dalam hidup penulis. Contoh: "Lalu datang perayaan / kemerdekaan. Aku ikut lomba / memasukkan paku dari pantat / kemulut botol."
  • Penantian yang Tak Berujung: Penulis merasa terjebak dalam penantian di gerbang, menunggu seseorang yang tidak pernah datang, sambil terus berusaha menyambut perayaan yang tidak lagi sama. Ini mencerminkan perasaan kehilangan dan ketidakmampuan untuk bergerak maju. Contoh: "Aku terus berdiri di / gerbang ini dengan sepasang / telinga tidak mampu menyentuh / kata-katamu."
  • Makna Perayaan: Perayaan dalam puisi ini bukan hanya tentang kemenangan fisik, tetapi juga tentang kebahagiaan dan tawa yang dirasakan. Penulis merindukan kesempatan untuk merayakan lagi, meskipun tahu bahwa ia mungkin tidak akan memenangkan apa-apa. Contoh: "Barangkali aku tidak / akan memenangkan apa-apa sekali / lagi."
  • Harapan untuk Masa Depan: Meskipun merasa terjebak dalam nostalgia, penulis masih memiliki harapan untuk merayakan lagi dengan cara yang sama di masa depan. Ini menunjukkan sikap positif dan keinginan untuk terus menghargai kenangan dan pengalaman masa lalu. Contoh: "Aku sudah nyaris / menghabiskan diriku di sekolah / bertahun-tahun. Bertahan tidak / mencintai siapa pun."
Puisi "Menunggu Perayaan" karya M. Aan Mansyur adalah sebuah refleksi mendalam tentang kerinduan, nostalgia, dan penantian. Dengan menggunakan imaji yang kuat dan bahasa yang evocative, puisi ini menyajikan gambaran yang jelas tentang bagaimana perayaan masa lalu menyimpan makna yang mendalam di tengah perubahan waktu. Penulis menggambarkan betapa pentingnya kenangan masa kecil dan harapan untuk merayakan kembali perayaan dengan cara yang sama, meskipun tanpa kemenangan fisik. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna dari perayaan, nostalgia, dan bagaimana kita mengingat dan merayakan masa lalu.

M. Aan Mansyur
Puisi: Menunggu Perayaan
Karya: M. Aan Mansyur

Biodata M. Aan Mansyur:
  • M. Aan Mansyur lahir pada tanggal 14 Januari 1982 di Bone, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.