Puisi: Menonton Film (Karya M. Aan Mansyur)

Dalam puisi "Menonton Film," Aan menciptakan sebuah dunia di mana realitas dan fiksi saling berkelindan, mencerminkan keajaiban dan absurditas ...
Menonton Film

Semesta di mana orang-orang
bijak mabuk mengelilingi meja
kayu besi sambil membahas masa
depan kita. Udara terbuat dari
asap. Aku dan kau merangkak di
tanah seperti ular sebelum kaki-
kakinya hilang. langit pada musim-
musim tertentu jatuh seperti
potongan-potongan jigsaw. jutaan
simbol matematika menggantung
di kabel-kabel telepon dan lampu-
lampu jalan. bunga-bunga akan
memberi petunjuk ketika kita
kehilangan arah.

Semesta di mana waktu hanya
ada di cangkir-cangkir teh.
kehidupan nyata ibarat dunia
kartun dan kartun terlihat seperti
kehidupan nyata. Keduanya adalah
sepasang tetangga yang tidak saling
percaya. ingatan dikosongkan
setiap pukul 6 sore. Seperti
matahari tenggelam. untuk diisi
berita malam yang membicarakan
keluarga kita.

Semesta di mana kau dimakan
singa dan aku menunggumu di
mulutnya memegang tanda
bertuliskan nama aslimu yang tidak
pernah kautahu sebelumnya.

Semesta di mana setiap kali kau
menyentuh gelas dengan tangan
kosong, kau merasakan bisikan
yang mendesahkan. Lengan dan
kaki tidak diperlukan samasekali.
Kita bercinta dengan menuangkan
cahaya ke mata satu sama lain.

Semesta di mana furnitur
ialah hewan-hewan peliharaan
kesayanganmu. Botol-botol anggur
diisi dengan kelopak-kelopak
bunga untuk disajikan kepada bayi
kita yang baru lahir.

Semesta di mana setiap kali
matahari terbit, di kepalamu
tumbuh sulur-sulur tumbuhan
beracun. Setiap kali matamu
berkedip, aku seperti mendengar
gelegar petir beruntun.
Semesta serupa yang kita huni
kini, tetapi aku tidak pernah ada di
sana. Aku tidak pernah ada di sana. 

Sumber: Melihat Api Bekerja (2015)

Analisis Puisi:

M. Aan Mansyur dikenal dengan gaya puisinya yang reflektif dan penuh imaji. Dalam puisi "Menonton Film," Aan menciptakan sebuah dunia di mana realitas dan fiksi saling berkelindan, mencerminkan keajaiban dan absurditas kehidupan melalui lensa sinematik.

Realitas dan Fiksi

Puisi ini mengeksplorasi batas antara realitas dan fiksi, mengaburkan garis pemisah antara keduanya. Dunia yang digambarkan dalam puisi ini adalah dunia di mana "kehidupan nyata ibarat dunia kartun dan kartun terlihat seperti kehidupan nyata." Ini menunjukkan bagaimana realitas dapat dipengaruhi oleh persepsi dan bagaimana fiksi bisa menjadi cerminan kehidupan sehari-hari.

Penggunaan Imaji dan Simbolisme

Aan menggunakan imaji yang kuat dan simbolisme untuk menggambarkan dunia yang surreal:
  • Meja Kayu Besi dan Orang Bijak Mabuk: Gambaran ini mungkin mencerminkan diskusi filosofis dan spekulasi tentang masa depan yang sering kali dilakukan dalam keadaan yang tidak konvensional.
  • Langit seperti Potongan Jigsaw: Simbol dari kompleksitas dan kerumitan kehidupan, yang terkadang terasa seperti teka-teki yang perlu dipecahkan.
  • Simbol Matematika Menggantung di Kabel: Menunjukkan hubungan antara teknologi, komunikasi, dan kehidupan sehari-hari, di mana semuanya terhubung dalam jaringan yang rumit.

Peran Waktu

Waktu digambarkan sebagai sesuatu yang relatif dan terfragmentasi:
  • Waktu di Cangkir-Cangkir Teh: Ini mungkin mencerminkan momen-momen kecil dan intim dalam kehidupan yang terasa abadi.
  • Ingatan Dikosongkan Setiap Pukul 6 Sore: Menggambarkan bagaimana informasi dan berita mempengaruhi ingatan dan persepsi kita tentang realitas.

Struktur dan Gaya Bahasa

  • Narasi Surreal: Puisi ini memiliki struktur naratif yang bergerak melalui berbagai semesta yang berbeda, menciptakan efek yang surreal. Setiap semesta menggambarkan situasi yang berbeda namun saling berhubungan, menekankan fluiditas waktu dan ruang.
  • Bahasa Metaforis: Aan menggunakan bahasa metaforis untuk menyampaikan ide-idenya. Misalnya, "kau dimakan singa" bisa diartikan sebagai hilangnya identitas atau pemahaman diri, sementara "bercinta dengan menuangkan cahaya ke mata satu sama lain" menggambarkan hubungan yang dalam dan spiritual.
  • Repetisi untuk Penekanan: Penggunaan repetisi dalam puisi ini, seperti frasa "semesta di mana," membantu menciptakan ritme dan menekankan keanehan dan keunikan setiap semesta yang digambarkan.

Makna dan Refleksi

Puisi ini, dengan segala imaji dan simbolismenya, mengajak pembaca untuk merenungkan tentang realitas, identitas, dan bagaimana kita memandang dunia di sekitar kita. Aan menggambarkan dunia di mana batas antara kenyataan dan ilusi kabur, mengingatkan kita bahwa hidup itu sendiri sering kali terasa seperti film yang kita tonton, penuh dengan momen-momen yang menakjubkan dan membingungkan.

Puisi "Menonton Film" karya M. Aan Mansyur adalah eksplorasi mendalam tentang realitas, persepsi, dan hubungan manusia. Melalui bahasa yang metaforis dan imaji yang kuat, Aan mengajak pembaca untuk melihat kehidupan melalui lensa yang berbeda, menggabungkan elemen-elemen realitas dan fiksi dalam sebuah narasi yang mengalir dan penuh makna. Puisi ini mengingatkan kita bahwa hidup adalah campuran dari kenyataan dan imajinasi, dan bagaimana kita menavigasi keduanya adalah kunci untuk memahami diri kita sendiri dan dunia di sekitar kita.

M. Aan Mansyur
Puisi: Menonton Film
Karya: M. Aan Mansyur

Biodata M. Aan Mansyur:
  • M. Aan Mansyur lahir pada tanggal 14 Januari 1982 di Bone, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.