Puisi: Menjadi Hantu (Karya M. Aan Mansyur)

Puisi "Menjadi Hantu" karya M. Aan Mansyur menggambarkan bagaimana penulis ingin menjadi bagian dari kehidupan orang yang dicintai, bahkan dalam ...
Menjadi Hantu

Aku ingin tidur seharian di
sepatumu saat kau pergi ke
kantor menggunakan sepatu lain.
Menunggumu di rumah tanpa
mengeluh.

Aku ingin jadi warna kesukaanmu,
melingkari lehermu. Berpura-pura
sebagai selendang, karena seorang
pria lain tidak putus menginginkan
dadamu.

Aku ingin mendengkur sebagai ular
sawah atau angin di sudut kamar,
di tumpukan pakaian kotormu.
Mereka hangat, dekat, mendekap,
dan masih beraroma kita.

Sumber: Melihat Api Bekerja (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Menjadi Hantu" karya M. Aan Mansyur adalah sebuah karya yang menyelami kedalaman perasaan kerinduan dan keinginan untuk tetap dekat dengan seseorang yang dicintai. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini menggambarkan bagaimana penulis ingin menjadi bagian dari kehidupan orang yang dicintai, bahkan dalam bentuk yang tidak konvensional seperti menjadi "hantu."

Struktur Puisi

Puisi ini terdiri dari tiga bait, masing-masing menggambarkan cara yang berbeda di mana penulis ingin "menjadi hantu" dan berada dekat dengan orang yang dicintai:
  • Bait Pertama: Menyampaikan keinginan untuk "tidur seharian" di sepatu orang yang dicintai, menunjukkan keinginan untuk selalu dekat bahkan dalam keadaan yang tidak terlihat.
  • Bait Kedua: Mengungkapkan keinginan untuk menjadi warna kesukaan orang yang dicintai, sebagai selendang yang melingkari lehernya, mengatasi ketidakamanan tentang adanya pria lain yang juga menginginkan orang tersebut.
  • Bait Ketiga: Menunjukkan keinginan untuk menjadi benda sehari-hari yang dekat dan akrab, seperti ular sawah atau angin di sudut kamar, serta menjadi bagian dari tumpukan pakaian yang penuh kenangan.

Gaya Bahasa

  • Sederhana namun Mendalam: Meskipun bahasa yang digunakan dalam puisi ini sederhana, maknanya mendalam. Penulis menggunakan perasaan sehari-hari untuk menyampaikan kerinduan dan keinginan.
  • Metafora dan Imaji: Puisi ini memanfaatkan metafora seperti menjadi sepatu, warna, atau ular sawah untuk menggambarkan keinginan penulis untuk tetap dekat dengan orang yang dicintai, meskipun dalam bentuk yang tidak biasa.

Kerinduan dan Kedekatan

Puisi ini berfokus pada tema kerinduan dan keinginan untuk tetap dekat dengan seseorang yang dicintai, bahkan setelah mereka meninggalkan kita:
  • Keinginan untuk Dekat: Di bait pertama, penulis menggambarkan keinginan untuk tetap dekat dengan orang yang dicintai dengan cara yang sangat fisik—seperti tidur di sepatu orang tersebut. Ini melambangkan keinginan untuk hadir dalam kehidupan orang tersebut, meskipun dengan cara yang tidak biasa.
  • Perasaan Terabaikan: Bait kedua menunjukkan ketidakamanan penulis tentang adanya pria lain yang mungkin menginginkan orang yang dicintai. Dengan menjadi warna kesukaan atau selendang, penulis berharap untuk merasa lebih dekat dan penting bagi orang tersebut.

Ketergantungan Emosional

Puisi ini juga mengungkapkan ketergantungan emosional penulis pada orang yang dicintai:
  • Rasa Keberadaan: Penulis ingin menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari orang yang dicintai, bahkan jika hanya dalam bentuk benda-benda biasa seperti pakaian atau angin di kamar. Ini menunjukkan bagaimana penulis merindukan kehadiran dan kedekatan yang konstan.
  • Kenangan dan Keintiman: Menjadi bagian dari tumpukan pakaian atau benda-benda lain yang penuh kenangan menunjukkan bahwa penulis ingin tetap terhubung dengan kenangan dan momen-momen intim yang pernah mereka bagi.

Representasi dan Identitas

Puisi ini juga mengeksplorasi tema representasi dan identitas:
  • Identitas sebagai Hantu: Dengan menginginkan untuk menjadi "hantu," penulis menciptakan gambaran tentang bagaimana ia ingin menghilang dan menyatu dengan kehidupan orang yang dicintai, bahkan jika itu berarti kehilangan identitas yang jelas.
  • Mengatasi Ketidakamanan: Dengan menggunakan berbagai metafora, penulis berusaha mengatasi ketidakamanan dan rasa terabaikan yang mungkin dirasakannya.

Emosional

Puisi ini memunculkan perasaan mendalam tentang kerinduan dan keinginan untuk tetap dekat dengan seseorang yang dicintai. Penulis menggunakan metafora sehari-hari untuk menyampaikan perasaan yang kompleks:
  • Kerinduan yang Menggetarkan: Keinginan untuk menjadi bagian dari kehidupan orang yang dicintai, bahkan dalam bentuk yang tidak terlihat, menunjukkan kerinduan yang mendalam dan perasaan ketidakmampuan untuk sepenuhnya terhubung dengan orang tersebut.
  • Kedekatan dan Ketergantungan: Puisi ini menggambarkan kedekatan emosional dan ketergantungan penulis pada orang yang dicintai, dan bagaimana keinginan untuk tetap dekat dapat mengatasi rasa terabaikan.
Puisi "Menjadi Hantu" karya M. Aan Mansyur adalah karya yang menyentuh dan mendalam tentang kerinduan dan keinginan untuk tetap dekat dengan seseorang yang dicintai. Dengan menggunakan metafora yang sederhana namun kuat, puisi ini menggambarkan bagaimana penulis ingin menjadi bagian dari kehidupan orang yang dicintai, bahkan dalam bentuk yang tidak biasa. Melalui bahasa yang sederhana dan penuh makna, puisi ini menawarkan wawasan yang mendalam tentang perasaan kerinduan dan ketergantungan emosional, menciptakan gambaran yang kuat tentang bagaimana cinta dan keinginan untuk kedekatan dapat mengatasi batasan fisik dan emosional.

M. Aan Mansyur
Puisi: Menjadi Hantu
Karya: M. Aan Mansyur

Biodata M. Aan Mansyur:
  • M. Aan Mansyur lahir pada tanggal 14 Januari 1982 di Bone, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.