Puisi: Mengunjungi Ambon (Karya M. Aan Mansyur)

Puisi "Mengunjungi Ambon" karya M. Aan Mansyur mengeksplorasi tema identitas, memori, dan kesadaran diri melalui deskripsi yang penuh warna dan ..
Mengunjungi Ambon

Langit di atap teluk berwarna layar
televisi yang sudah lama menolak
aliran listrik. Sedih dan menarik.
Kucatat empat hal lain untuk
mengingat langit itu:

1. Gudang barang antik yang
mahal dan belum ditemukan,
2. Gedung pemerintah yang
didatangi demonstran berbayar;
3. Sepasang mata bayi yang mati
digugurkan ayahnya, dan
4. Rok pelajar lima tahun setelah
tak lulus ujian nasional.

Sebelum berangkat, kusimpan
namaku di saku sebagai nomor
kontak darurat yang akan sering
dihubungi ibuku dengan takut. Aku
ingin tinggal di alamat yang tidak
hendak menerima surat. Di antara
keinginan dilupakan dan keharusan
diingat.

Di kapal penyeberangan, di antara
puluhan sepeda motor dan peluh
gadis-gadis berparas Portugis,
kulemparkan pesan seseorang ke
Tanjung Martha Alfonso

Menjadi diri sendiri adalah filsafat
yang sekarat dan alat kontrasepsi
yang sudah bocor sebelum
dimasukkan ke kemasan dan
dijajakan sembarangan.

Kesedihan selalu menunggu di
kampong Air Mata Cina. Kudengar
kabar, di antara rumah-rumah
sempit, para penduduk sempat
mau berdamai. Tapi, pada suatu
malam, ada bunyi parang riuh dari
dasar sumur mereka. Mata air yang
tak mau mati, terus membanjiri
kantor-kantor berita di Jakarta.

Kudengar erang orang-orang
menangisi diri mereka. Tentara dan
polisi lalu-lalang seperti orang-
orang pribumi, tapi tak tidak tahu
tersenyum.

Ambon yang langitnya berubah
jadi kembang api semalaman
kubayangkan tanah kelahiranku.
Kantuk menguapkan kopi hitam
terbaik
dari darahku.

Aku terpejam dan agamaku hilang
beberapa jam.

Aku bermimpi mengirim surat
kepada ibuku, tapi tidak pernah
sampai karena salah alamat.

Pagi menghidupkanku lagi dan
menemukan kematian bukan lagi
metafora. Sayang, tiket pesawat
sudah dipesan dan aku susah
menghindar dari perjalanan
berikutnya.

Cinta adalah kapsul yang tidak
menyembuhkan apapun kecuali
kegembiraan dan tabungan. Di titik
itu,
siapapun butuh tikungan atau
penghianatan yang cerdik.

Perihal yang jauh mesti diabaikan
hingga terbukti kembali punya hati.

Aku menitip kamera di Warung
Kopi Sibu-Sibu dan mendaki tangga
untuk beristirahat di Negeri Soya.
Di tas punggungku ada sekantong
roti sagu yang hangat.

Dari ketinggian, aku menatap
Ambon dan malam perlahan
menutup kepalanya yang
ditumbuhi pohon natal dan kerlip
lampu kubah masjid.

Para perantau seperti masa
lampau mendatangi pintu
dan lonceng yang menunggu
didentangkan sekali lagi

Beberapa buku kembali jadi pohon
di dadaku penuh tanda baca cara
Oxford. Merekahkan memar
berbentuk hati. Luka tak berhenti
mendekatiku, hendak lebih dekap
dari jiwaku sendiri.

Seperti waktu, pahlawan, dan
kiamat yang tak memegang nomor
antrean. Jebakan dan trampolin
ada di mana-mana. Sulit dibedakan.

Untuk sampai ke satu tempat, aku
pergi dan meninggalkan sedikit
demi sedikit tubuh di jalanan.
Untuk membangun rumah, aku
harus jatuh dan lumpuh.

Sumber: Melihat Api Bekerja (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Mengunjungi Ambon" karya M. Aan Mansyur adalah sebuah karya yang kaya dengan simbolisme dan refleksi pribadi. Menggunakan Ambon sebagai latar, puisi ini mengeksplorasi tema identitas, memori, dan kesadaran diri melalui deskripsi yang penuh warna dan narasi yang introspektif. Penulis memanfaatkan berbagai metafora untuk menggambarkan perjalanan fisik dan emosional, serta keterhubungan antara masa lalu dan saat ini.

Struktur Puisi

  • Penggunaan Daftar dan Narasi: Puisi ini memulai dengan daftar empat hal yang mengingatkan penulis pada langit Ambon, yang berfungsi sebagai pengantar untuk narasi yang lebih panjang dan reflektif. Contoh: "Kucatat empat hal lain untuk mengingat langit itu:"
  • Narasi Personal: Struktur puisi beralih ke narasi personal yang mendalam, menggambarkan pengalaman penulis dan refleksi tentang perjalanan dan identitas. Contoh: "Sebelum berangkat, kusimpan namaku di saku..."

Gaya Bahasa

  • Metafora dan Simbolisme: Penulis menggunakan metafora yang kuat untuk mengungkapkan perasaan dan pengalaman, seperti "langit di atap teluk berwarna layar televisi" dan "Cinta adalah kapsul yang tidak menyembuhkan apapun kecuali kegembiraan." Contoh: "Menjadi diri sendiri adalah filsafat yang sekarat dan alat kontrasepsi yang sudah bocor..."
  • Refleksi dan Ironi: Gaya bahasa reflektif dan ironis membentuk inti puisi, mengungkapkan perasaan penulis terhadap keadaan dan pengalaman hidupnya. Contoh: "Kantuk menguapkan kopi hitam terbaik dari darahku."

Tema dan Makna

  • Pencarian dan Kenangan: Puisi ini mengeksplorasi pencarian identitas penulis dan bagaimana kenangan dari perjalanan dan pengalaman membentuk pemahaman tentang diri. Mengunjungi Ambon menjadi metafora untuk perjalanan internal dan refleksi diri. Contoh: "Aku bermimpi mengirim surat kepada ibuku, tapi tidak pernah sampai karena salah alamat."
  • Kehilangan dan Penemuan: Penulis mengungkapkan perasaan kehilangan dan penemuan diri melalui perjalanan ke Ambon, di mana ia mendapati bahwa memori dan pengalaman hidup membentuk identitasnya. Contoh: "Aku terpejam dan agamaku hilang beberapa jam."
  • Konflik antara Realitas dan Fantasi: Puisi ini menunjukkan pergeseran antara realitas dan fantasi, dengan deskripsi tentang Ambon yang mencampuradukkan antara kenyataan dan ilusi. Contoh: "Ambon yang langitnya berubah jadi kembang api semalaman kubayangkan tanah kelahiranku."
  • Ironi dan Kekecewaan: Penulis menyoroti ironi dan kekecewaan dalam pencarian makna dan identitas, serta bagaimana harapan sering kali tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh: "Cinta adalah kapsul yang tidak menyembuhkan apapun kecuali kegembiraan dan tabungan."
  • Hubungan dengan Masa Lalu: Puisi ini menunjukkan bagaimana pengalaman masa lalu, seperti kenangan dan perjalanan, berhubungan dengan keadaan saat ini. Ada refleksi mendalam tentang bagaimana masa lalu membentuk identitas dan persepsi saat ini. Contoh: "Seperti waktu, pahlawan, dan kiamat yang tak memegang nomor antrean."
  • Perjalanan dan Transformasi: Penulis mencerminkan perjalanan fisik sebagai metafora untuk perjalanan emosional dan spiritual. Perjalanan ke Ambon menjadi simbol transformasi dan perubahan pribadi. Contoh: "Untuk membangun rumah, aku harus jatuh dan lumpuh."

Emosional

Puisi ini menawarkan pengalaman emosional yang mendalam dengan menggunakan deskripsi yang kuat dan simbolisme. Penulis mengekspresikan perasaan campur aduk tentang pencarian identitas, memori, dan kenyataan melalui gaya bahasa yang reflektif dan ironis. Penggunaan metafora alam dan elemen visual menciptakan pengalaman membaca yang kaya dan introspektif.

Puisi "Mengunjungi Ambon" oleh M. Aan Mansyur adalah sebuah karya yang mengungkapkan tema pencarian identitas dan refleksi pribadi melalui deskripsi yang mendalam dan metafora yang kuat. Dengan struktur narasi yang reflektif dan gaya bahasa yang ironis, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara masa lalu dan saat ini, serta bagaimana pengalaman hidup membentuk identitas dan persepsi diri. Penulis menggambarkan perjalanan fisik ke Ambon sebagai simbol perjalanan emosional dan spiritual yang lebih dalam, mengeksplorasi tema kehilangan, penemuan, dan transformasi.

M. Aan Mansyur
Puisi: Mengunjungi Ambon
Karya: M. Aan Mansyur

Biodata M. Aan Mansyur:
  • M. Aan Mansyur lahir pada tanggal 14 Januari 1982 di Bone, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.