Puisi: Menenangkan Rindu (Karya M. Aan Mansyur)

Puisi "Menenangkan Rindu" karya M. Aan Mansyur mengeksplorasi tema-tema seperti keindahan, kesederhanaan, dan kerentanan melalui penggunaan bahasa ...
Menenangkan Rindu

Bumi tidak butuh banyak bulan.
Bulan sendiri, pandai, dan
kekanak-kanakan. Dia bisa jadi
pisang ambon, mangkuk pecah
ibumu, atau martabak utuh jika
kau lapar. Dia akan menertawai
kerakusanmu atau menjadi penuh
ketika kau kosong.

Biarkan bintang padam sebagian
dan langit tetaplah satu-satunya
yang tidak mudah kautebak. Langit
yang lapang dan dalam akan
berterima kasih kepada tubuhnya
karena kau punya mata dan
benak. Juga ungu tato yang kau
sembunyikan di balik malumu yang
pura-pura.

*
Langit tampak cantik karena mobil
yang kautumpangi bergerak cepat.
Jendela mobil mogok bukan
pasangan yang cocok buat kaki
langit. Langit pekerja keras. Dia
membutuhkan satu hari yang
cerah dan kekosonganmu yang
gerah untuk membuat matahari
sore seperti lukisan atau kota
kebakaran.

Warna yang sama bisa tampak
sunyi dan riang sekaligus. Langit
paham hal-hal semacam itu. Kata-
katamu bicara terlalu banyak
tapi tidak pernah cukup. Langit
selalu cukup dengan cuaca dan
pertanyaan-pertanyaan.

*
Jangan percaya pada kartupos
dan kamera seorang petualang.
Menyelamlah ke ingatannya dan
temukan senja selalu basah di
sana. Kau hanya boleh jatuh cinta
kepada ingatan yang menyerupai
langit: rentan dan tidak mudah
dikira.

Dia meninggalkanmu agar bisa
selau mengingatmu. Dia akan
pulang untuk membuktikan
mana yang lebih kuat, langit atau
matamu.

Sumber: Melihat Api Bekerja (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Menenangkan Rindu" karya M. Aan Mansyur adalah sebuah karya yang menghadirkan refleksi mendalam tentang hubungan antara manusia, langit, dan ingatan. Dalam puisi ini, Aan Mansyur mengeksplorasi tema-tema seperti keindahan, kesederhanaan, dan kerentanan melalui penggunaan bahasa yang metaforis dan puitis.

Struktur dan Alur

Puisi ini terbagi menjadi beberapa bagian, masing-masing dengan fokus yang berbeda namun saling terkait. Setiap bagian mengeksplorasi tema-tema yang berbeda tetapi berhubungan dengan langit dan ingatan, menciptakan sebuah alur yang harmonis dan reflektif.

Bahasa dan Imaji

  • "Bumi tidak butuh banyak bulan": Baris pembuka ini langsung mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara bumi dan bulan. Bulan digambarkan dengan karakter yang anthropomorfis, seperti pisang ambon dan martabak, yang menambahkan sentuhan humanis pada objek langit.
  • "Biarkan bintang padam sebagian / dan langit tetaplah satu-satunya / yang tidak mudah kautebak": Kalimat ini menyiratkan bahwa langit adalah entitas yang penuh misteri dan kompleksitas, yang tidak bisa sepenuhnya dipahami atau diprediksi.
  • "Langit tampak cantik karena mobil / yang kautumpangi bergerak cepat": Penggunaan langit sebagai latar belakang yang dinamis, dipengaruhi oleh gerakan mobil, menggambarkan bagaimana perspektif kita terhadap keindahan dapat berubah berdasarkan kecepatan dan pengalaman kita.
  • "Jangan percaya pada kartupos / dan kamera seorang petualang": Peringatan ini menunjukkan bahwa gambar atau foto tidak dapat sepenuhnya menangkap keindahan dan makna langit atau ingatan. Penulis mendorong pembaca untuk mengalami dan merasakan sendiri.

Langit sebagai Simbol

  • Keindahan dan Kerentanan: Langit dalam puisi ini dihadirkan sebagai simbol keindahan yang tak tertandingi, namun juga sebagai entitas yang rentan dan sulit dipahami. Langit dianggap sebagai sesuatu yang terus berubah dan penuh misteri, seperti halnya ingatan dan emosi kita.
  • Relasi dengan Bumi dan Manusia: Baris-baris yang menggambarkan bulan dan langit mencerminkan relasi manusia dengan elemen alam. Bulan, yang kadang dianggap kekanak-kanakan atau penuh dengan berbagai makna, menjadi bagian dari keindahan langit yang lebih besar.

Pengalaman dan Perspektif

  • Kecepatan dan Keberadaan: Dengan menggambarkan langit dari sudut pandang seorang penumpang mobil, puisi ini menekankan bagaimana kecepatan dan pergerakan memengaruhi persepsi kita terhadap dunia di sekitar kita. Langit tampak berbeda tergantung pada konteks dan pengalaman kita.
  • Keterhubungan Emosional: Perasaan rindu dan ingatan menjadi bagian penting dalam puisi ini. Langit tidak hanya sebagai pemandangan visual tetapi juga sebagai entitas yang menghubungkan kita dengan ingatan dan emosi kita. Langit yang "rentan dan tidak mudah dikira" mencerminkan sifat dari perasaan yang tidak selalu mudah dipahami atau diungkapkan.

Memori dan Pengalaman Pribadi

  • Ingatan dan Kesejatian: Puisi ini menyarankan bahwa ingatan adalah sesuatu yang harus dirasakan dan dialami sendiri, bukan hanya melalui gambar atau dokumentasi. Ingatan yang menyerupai langit adalah sesuatu yang indah dan rentan, meninggalkan ruang bagi kita untuk merasakan kehadirannya dalam cara yang lebih pribadi.
  • Langit sebagai Penghubung: Langit menjadi simbol dari sesuatu yang lebih besar dan lebih abstrak dari pengalaman kita sehari-hari. Dengan meninggalkan kita untuk mengingat dan merindukannya, langit mengajarkan kita tentang nilai dari kenangan dan pengalaman pribadi.
Puisi "Menenangkan Rindu" karya M. Aan Mansyur adalah karya yang kaya akan makna dan simbolisme. Melalui bahasa yang puitis dan metaforis, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan keindahan dan kerentanan langit, serta bagaimana ingatan dan pengalaman pribadi berhubungan dengan dunia di sekitar kita. Dengan menggambarkan langit sebagai entitas yang misterius dan penuh keindahan, puisi ini menawarkan refleksi mendalam tentang bagaimana kita merasakan dan mengingat keindahan dunia dan emosi kita.

M. Aan Mansyur
Puisi: Menenangkan Rindu
Karya: M. Aan Mansyur

Biodata M. Aan Mansyur:
  • M. Aan Mansyur lahir pada tanggal 14 Januari 1982 di Bone, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.