Puisi: Menelepon Kau (Karya M. Aan Mansyur)

Puisi "Menelepon Kau" karya M. Aan Mansyur mengekspresikan perasaan keraguan, keputusasaan, dan pencarian diri dalam konteks komunikasi dan hubungan.
Menelepon Kau

Apakah kau ada di sana?
Apakah kau ada?
Apakah kau?

Di pusat malam, dari dalam diriku
Seorang peragu bertanya-tanya.
Apakah cuaca kurang sehat atau
kau sedang tidur memimpikanku?
Dering teleponku, suara menggigil
memanggil diri sendiri. Seperti lagu
mencari seorang penyanyi.

Seperti pohon mati menunggu
angin datang mematahkan lengan-
lengannya, atau memutihkan
ingatan bunga-bunganya. Seperti
seorang pengelana memanggul
penyesalan, mencari Tuhan
agar mampu menemukan dirinya
kembali.

Sumber: Melihat Api Bekerja (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Menelepon Kau" karya M. Aan Mansyur adalah karya yang memanfaatkan teknik simbolisme dan imaji untuk mengekspresikan perasaan keraguan, keputusasaan, dan pencarian diri dalam konteks komunikasi dan hubungan. Dengan gaya bahasa yang penuh perasaan, puisi ini menggambarkan kerinduan dan pencarian jati diri di tengah kesunyian malam.

Struktur Puisi

  • Pertanyaan Berulang: Puisi ini dimulai dengan pertanyaan yang berulang-ulang, menekankan keraguan dan kebingungan penulis. "Apakah kau ada di sana? Apakah kau ada? Apakah kau?"
  • Kesunyian Malam: Setting waktu malam digunakan untuk menciptakan suasana melankolis dan reflektif. "Di pusat malam, dari dalam diriku"

Gaya Bahasa

  • Personifikasi: Penulis memberikan sifat manusia pada benda mati dan abstraksi untuk mengungkapkan perasaan internal. "Seperti pohon mati menunggu angin datang mematahkan lengan-lengannya."
  • Metafora dan Simbolisme: Penggunaan metafora dan simbolisme mendalam untuk menggambarkan perasaan dan situasi. "Seperti seorang pengelana memanggul penyesalan, mencari Tuhan agar mampu menemukan dirinya kembali."
  • Nada Melankolis: Nada puisi ini sangat melankolis, mencerminkan kesepian dan pencarian identitas.

Keraguan dan Pencarian

  • Keraguan: Puisi ini mengekspresikan keraguan mendalam mengenai eksistensi dan kehadiran seseorang, baik secara fisik maupun emosional. "Apakah kau ada di sana? Apakah kau ada?"
  • Pencarian Diri: Ada tema kuat tentang pencarian diri dan makna hidup di tengah kesepian dan keraguan. "Seperti seorang pengelana memanggul penyesalan, mencari Tuhan agar mampu menemukan dirinya kembali."

Kesepian dan Keputusasaan

  • Kesepian: Setting malam dan penggunaan telepon yang menggigil menggambarkan kesepian penulis. "Dering teleponku, suara menggigil memanggil diri sendiri."
  • Keputusasaan: Metafora pohon mati dan pengelana yang membawa penyesalan menggambarkan perasaan keputusasaan dan pencarian makna. "Seperti pohon mati menunggu angin datang mematahkan lengan-lengannya."

Emosional

Puisi ini menyentuh perasaan keraguan dan kesepian yang mendalam. M. Aan Mansyur menggunakan simbolisme dan metafora untuk menggambarkan proses internal pencarian diri di tengah situasi yang penuh kesepian dan kebingungan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan perasaan keraguan dan keputusasaan yang sering kali menyertai pencarian makna hidup dan hubungan interpersonal.

Puisi "Menelepon Kau" karya M. Aan Mansyur adalah puisi yang kuat dalam mengungkapkan perasaan keraguan dan kesepian melalui gaya bahasa yang melankolis dan simbolis. Dengan teknik metafora dan personifikasi, puisi ini menyampaikan pesan tentang pencarian diri dan makna di tengah malam yang hening. Karya ini mengajak pembaca untuk menyelami kedalaman emosi manusia dan merenungkan pengalaman internal yang sering kali tidak terlihat oleh dunia luar.

M. Aan Mansyur
Puisi: Menelepon Kau
Karya: M. Aan Mansyur

Biodata M. Aan Mansyur:
  • M. Aan Mansyur lahir pada tanggal 14 Januari 1982 di Bone, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.