Puisi: Membangun Rumah (Karya Ari Pahala Hutabarat)

Puisi "Membangun Rumah" karya Ari Pahala Hutabarat menyajikan sebuah gambaran yang mendalam dan simbolis tentang kondisi manusia melalui metafora ...
Membangun Rumah

di tubuhmu aku melihat rumah-rumah yang runtuh. jendelanya
koyak-patah. pintunya hilang, ubin pecah, cat terkelupas, dan sumur
kerontang. padahal ada juga sedikit sisa sedikit rumput di halaman-
agak hijau kekuningan. tanda bahwa dulu pernah engkau merawatnya.
pernah menyiramnya. sekarang di tubuhmu, rumah itu runtuh

bangunlah kembali rumah itu. ia tempat bagi bakal anak dan istrimu.
bagi nuranimu. jangan biarkan cuaca mengoyaknya dengan warna-
warni musim yang beraneka, yang tak kuat kau menahannya

di tubuhmu kulihat rumah-rumah yang mulai runtuh. seperti rumah
yang sama di tubuhku. yang telah penuh dengan perdu

2007-2008

Sumber: 60 Puisi Indonesia Terbaik (2009)

Analisis Puisi:

Puisi "Membangun Rumah" karya Ari Pahala Hutabarat menyajikan sebuah gambaran yang mendalam dan simbolis tentang kondisi manusia melalui metafora rumah yang runtuh. Puisi ini mengajak pembaca merenungkan makna rumah, baik secara fisik maupun emosional, serta tanggung jawab yang melekat padanya.

Struktur dan Gaya Bahasa

  • Rumah sebagai Representasi Diri: Puisi ini menggunakan rumah sebagai metafora untuk tubuh dan diri manusia. "di tubuhmu aku melihat rumah-rumah yang runtuh. jendelanya koyak-patah. pintunya hilang, ubin pecah, cat terkelupas, dan sumur kerontang." Rumah yang rusak menggambarkan kerusakan internal, mungkin secara emosional atau spiritual.
  • Rumput yang Kekuningan: Simbolisme alam digunakan untuk menunjukkan perubahan dan keausan dari waktu ke waktu. "padahal ada juga sedikit sisa sedikit rumput di halaman-agak hijau kekuningan. tanda bahwa dulu pernah engkau merawatnya." Rumput yang kekuningan menunjukkan bahwa pernah ada perawatan dan perhatian, namun kini mulai terabaikan.
  • Ajakan untuk Membangun Kembali: Puisi ini bukan hanya sebuah observasi tetapi juga sebuah panggilan untuk bertindak. "bangunlah kembali rumah itu. ia tempat bagi bakal anak dan istrimu. bagi nuranimu." Penulis mendorong pembaca untuk memperbaiki dan merawat diri, demi masa depan dan tanggung jawab kepada orang lain.

Tema dan Makna

  • Kerusakan Internal: Puisi ini menggambarkan bagaimana kerusakan fisik rumah merefleksikan kerusakan internal pada diri manusia. Rumah yang runtuh dan kehilangan keindahannya mencerminkan bagaimana seseorang bisa mengalami kehancuran emosional atau spiritual.
  • Perawatan Diri dan Tanggung Jawab: Penulis menekankan pentingnya merawat diri dan lingkungan sekitar sebagai bentuk tanggung jawab. "jangan biarkan cuaca mengoyaknya dengan warna-warni musim yang beraneka, yang tak kuat kau menahannya." Ini menggambarkan pentingnya ketahanan dan perawatan terus-menerus dalam menghadapi tantangan hidup.
  • Pengingat Akan Masa Lalu dan Harapan untuk Masa Depan: Puisi ini mengingatkan pembaca bahwa meski ada kerusakan, masih ada harapan untuk membangun kembali. "bangunlah kembali rumah itu. ia tempat bagi bakal anak dan istrimu. bagi nuranimu." Masa lalu yang pernah dirawat menunjukkan bahwa perubahan positif masih mungkin terjadi dengan usaha dan perhatian.
  • Kesamaan dalam Kerusakan: Penulis juga mencatat bahwa kerusakan ini adalah pengalaman yang umum, bukan hanya dialami oleh satu individu. "seperti rumah yang sama di tubuhku. yang telah penuh dengan perdu." Ini menunjukkan bahwa semua orang mengalami tantangan yang sama dalam kehidupan mereka.

Emosional

Puisi ini membangkitkan rasa introspeksi dan kesadaran diri. Dengan menggambarkan kerusakan rumah, penulis berhasil menyentuh aspek emosional pembaca, mengingatkan mereka akan pentingnya perawatan diri dan tanggung jawab terhadap masa depan. Ada rasa keprihatinan namun juga harapan bahwa dengan usaha, kerusakan tersebut dapat diperbaiki.

Puisi "Membangun Rumah" karya Ari Pahala Hutabarat adalah puisi yang mendalam dan penuh makna, menggunakan metafora rumah untuk menggambarkan kondisi internal manusia. Melalui bahasa yang lugas dan simbolisme yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tanggung jawab mereka terhadap diri sendiri dan orang-orang yang mereka cintai. Ini adalah panggilan untuk bertindak, untuk memperbaiki kerusakan dan membangun masa depan yang lebih baik dengan usaha dan perhatian.

Ari Pahala Hutabarat
Puisi: Membangun Rumah
Karya: Ari Pahala Hutabarat

Biodata Ari Pahala Hutabarat:
  • Ari Pahala Hutabarat (akrab disapa Ari atau Ucok) lahir pada tanggal 24 Agustus 1975 di Palembang.
© Sepenuhnya. All rights reserved.