Puisi: Laut Berparuh Merah (Karya M. Aan Mansyur)

Puisi "Laut Berparuh Merah" karya M. Aan Mansyur menggabungkan gambaran alam dengan refleksi emosional, menciptakan narasi yang mengalir antara ...
Laut Berparuh Merah

Akan kuhentikan tahun-tahun
diamku demi mengatakan kau
cantik. Setelah itu, aku bunuh diri.
Atau memintamu menjadi seekor
gagak yang mematuk mataku. Aku
ingin melihat perih terakhir adalah
merah paruhmu.

Halaman dan rumahmu selalu
penuh langit jatuh. Permukaannya
menyentuh dan menjadi kalung
bagi leher kota. Laut merebutmu.
Matamu berteman dengan ikan
dan terancam mata pancing.

Laut adalah langit, namun sedikit
lebih basah. Keduanya cemburu
kepada matamu.

Waktu menjadi siang yang padam
berminggu-minggu. Menggenang
seperti kenangan yang
ditinggalkan jalan pulang.

Bencana melandai menjadi tongkat
yang menggandeng tanganku ke
pantai. Dengan gemetar rindu,
kusentuh alismu. Sesuatu yang asin
dan asing menjawabku. Butiran-
butiran garam yang terbuat dari
masa lalu kita. Aku tak bisa
merasakan angin lagi sebagai lagu.
Ia menyebut terlalu banyak nama.

Bekas lukaku hidup seperti sisa air
yang terperangkap di telinga usai
mandi.
Seperti gigi bungsu. Susah payah
Tumbuh dan merobek gusiku.

Kau kini laut berparuh merah.
Tulang rusukku debu. Cinta jadi
lumpur, jika aku menyentuhmu.
Aku menyimpan napas terakhir
dalam botol parfum. Aku
meletakkannya di rambut-rambut
halus tubuh berombakmu.

Kelak jika kau bangkit, lolos dari
laut, akan kususun debu-debuku
kembali sebagai kita. Sebagian
kuciptakan jadi kata-kata yang
cuma mencintai mulutmu dan
telingaku.

Sumber: Melihat Api Bekerja (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Laut Berparuh Merah" karya M. Aan Mansyur adalah sebuah karya yang penuh dengan keindahan puitis, simbolisme mendalam, dan emosi yang kompleks. Puisi ini menggabungkan gambaran alam dengan refleksi emosional, menciptakan narasi yang mengalir antara keindahan dan penderitaan. Dengan penggunaan bahasa yang kaya dan simbolis, Aan Mansyur berhasil menghadirkan pengalaman yang memikat dan menyentuh.

Simbolisme dan Metafora

Puisi ini dipenuhi dengan simbolisme yang kuat, menghubungkan elemen-elemen alam dengan emosi dan pengalaman manusia. Setiap simbol dan metafora dalam puisi ini membawa makna yang lebih dalam.
  • Paruh Merah: Paruh merah gagak adalah simbol kematian dan penderitaan. Ini menggambarkan keinginan sang penyair untuk mengakhiri penderitaannya dengan cara yang dramatis dan tragis.
  • Langit dan Laut: Langit dan laut dalam puisi ini adalah simbol dari ketidakpastian dan ketidakstabilan emosional. Langit yang jatuh dan laut yang merebut mencerminkan perasaan kehilangan dan kerapuhan.
  • Tulang Rusuk dan Debu: Tulang rusuk yang menjadi debu dan cinta yang berubah menjadi lumpur menggambarkan kehancuran dan kerusakan akibat cinta yang tidak terbalas atau menyakitkan.

Tema dan Pesan

Puisi ini mengeksplorasi tema-tema cinta, penderitaan, dan ketidakpastian. Melalui bahasa yang indah dan metafora yang mendalam, Aan Mansyur menyampaikan pesan tentang kompleksitas emosi manusia dan ketidakpastian yang sering menyertai cinta.
  • Cinta dan Penderitaan: Puisi ini menyoroti hubungan antara cinta dan penderitaan, menggambarkan bagaimana cinta yang dalam dapat membawa penderitaan yang sama dalamnya.
  • Ketidakpastian dan Keputusasaan: Tema ketidakpastian dan keputusasaan muncul melalui simbolisme laut dan langit. Penyair merasa terjebak dalam ketidakpastian emosional dan berusaha mencari cara untuk menghadapinya.
  • Kenangan dan Masa Lalu: Puisi ini juga mengeksplorasi kenangan dan masa lalu, menggambarkan bagaimana kenangan dapat menjadi beban yang berat dan sulit dilupakan.

Gaya dan Teknik Puitis

Aan Mansyur menggunakan berbagai teknik puitis untuk menciptakan efek emosional yang kuat dalam puisi ini.
  • Personifikasi: Laut dan langit dipersonifikasikan untuk mencerminkan perasaan dan pengalaman manusia, memberikan kedalaman emosional pada puisi.
  • Imaji: Penggunaan imaji dalam puisi ini sangat kuat, memberikan gambaran visual yang jelas dan mendalam tentang perasaan dan pengalaman sang penyair.
  • Pengulangan: Pengulangan kata dan frasa tertentu membantu memperkuat tema dan menciptakan ritme yang mendalam dalam puisi.
Puisi "Laut Berparuh Merah" karya M. Aan Mansyur adalah karya yang kaya dengan simbolisme dan emosi. Melalui penggunaan bahasa yang indah dan teknik puitis yang cermat, Aan Mansyur menciptakan narasi yang mendalam tentang cinta, penderitaan, dan ketidakpastian. Puisi ini menggambarkan kompleksitas emosi manusia dengan cara yang sangat puitis dan menyentuh, menjadikannya salah satu karya yang layak untuk direnungkan dan diapresiasi. Dengan menyelami setiap baris dan makna di baliknya, pembaca diajak untuk merasakan dan merenungkan keindahan dan penderitaan yang sering kali hadir bersamaan dalam kehidupan.

M. Aan Mansyur
Puisi: Laut Berparuh Merah
Karya: M. Aan Mansyur

Biodata M. Aan Mansyur:
  • M. Aan Mansyur lahir pada tanggal 14 Januari 1982 di Bone, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.