Puisi: Keringat dari Panas Itu (Karya Edi Rohaedi)

Edi Rohaedi memberi judul puisi "Keringat Dari Panas Itu" menggambarkan seseorang yang sombong dan angkuh dengan keberhasilannya setelah meraih ...

Keringat dari Panas Itu


Jangan engkau berlari
menjauh dari matahari
sementara sang petani
terus bermandi basah dengan matahari

    Engkau menyusup ke lubang berteduh
    sambil membawa anak-anakmu
    payung berwarna-warni
    mengipasi di sana-sini
    demi menutupi rasa malu
    dari panasnya matahari

Begitu hari-hari
ketika panas itu mengelupas dagingmu, engkau geram
sambil memanah, melempari langit biru
engkau marah pada tuhanmu
keringat dari kulitmu itu
jadi sebuah kebencian dan amarah
   
    Malu, engkau tak malu!!!
    pada ayahmu
    kau dilahirkan saat ayahmu
    bertatap mesra dengan matahari
    keringat jadi teman sehari-harinya
    yang dikeluarkan dari kulitnya
    oleh panas itu
    itulah makanan dan sari 
    yang kau bawa selama ini 
    dalam jasadmu

Sering-sering menolehlah ke belakang
saat engkau dimandikan
kala dijemur oleh ibumu
agar tulang masa berdirimu kokoh!!!

2024

Analisis Puisi:

Edi Rohaedi memberi judul puisi "Keringat Dari Panas Itu" menggambarkan seseorang yang sombong dan angkuh dengan keberhasilannya setelah meraih dunia dan kekayaannya. Setiap hari keaktivitasan dirinya hanya keluar-masuk turun-naik kendaraan yang mewah, yang sudah tak terhitung jumlah kendaraannya, rumahnya, yang layaknya seperti istana ratu Balqis yang megah, hidupnya yang bergelimang kesenangan dan kemewahan sekarang. Tapi dulu mereka hanya manusia biasa, seperti layaknya rakyat jelata, hanya satu baju yang terpakai, dia lupa dengan rasa kesombongan dalam kemewahannya. Mereka benci kalau sekiranya kedua kaki sampai menyentuh tanah, seringnya dia memakai kendaraan dan kendaraan.

Tema dan Makna

Tema utama dalam puisi ini adalah keangkuhan seseorang dengan gaya kemewahan, sang penyair menggambarkan seorang yang takut akan sinar matahari, artinya mereka tidak mau capai dalam menjalani hidup ini, dengan berjalan dan berdiri, cukup tekan kunci dan alarm mobil mewah dan dia bisa sampai ketujuan.
  1. Penyair menggambarkan mereka yangg hidup mewah selalu ditakuti rasa capai dan ngeluh, karenanya dia sudah lebih dari rasa kemewahan dalam hidupnya, lebih lebih kalau berlari menuju hidup yang lebih lagi
  2. Engkau menyusup ke lubang berteduh, mengartikan bilamana ada yang membuatnya gerah dan sedikit panas mereka masuk ke istananya yang selalu dihiasi lampu lampu temarau, lantai laksana sungai bening dan licin atau ke dalam mobil mewahnya yang ber-AC.
  3. Ketika tuhan memberi mereka cobaan dengan sedikit masalah pada kendaraan yang ditumpanginya, seakan tak mau turun di jalan dengan suasana panas terik, dia geram dengan suasana gaduh ini, padahal sudah menutupi badannya dengan payung yang indah.
  4. Penyair sengaja menggambarkan kilas balik kepada seluruh manusia, agar pandai pandailah mengenang jasa kedua orang tuanya dan berbakti, bagaimana asal mula pembentukan pada jiwa dan badannya itu yang kini sudah beraneka ragam warna.

Edi Rohaedi
Puisi: Keringat dari Panas Itu
Karya: Edi Rohaedi

Biodata Edi Rohaedi:
  • Edi Rohaedi lahir di kota Bogor, Jawa Barat, tepatnya di Bogor Barat, Cilendek Barat, 8 Mei 1974. Pendidikan Seni tahun 1999 di kota Bogor dan gelar menjadi guru (pendidik tahun 2002 sampai 2017). Prestasi di bidang seni 1992 sampai 2014 sebagai pengisi acara panggung internasional, dinobatkan sebagai tampilan yang terbaik sekota Bogor pada Festival Seni Pasundan sekota Bogor dan segudang prestasi yang diraih. Penghargaan segala bentuk tampilan keliling kota Bogor sebagai pencetus seni tari, seni puisi, seni peran, dan seni musik Sunda, kota Bogor. Pernah mengisi suara di radio RRI Kota Bogor.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Anak Jadah Darah luka Barak duka Rebah melemah Bertutup pintu Batas ragu Muka sendiri Inikah awal mimpinya? Mana istrinya? Mana warisnya? Tetangga …
  • Karangan Bunga Sambil tertawa Disusunnya bunga Menjadi karangan bunga Sambil tersenyum Dijualnya karangan bunga Lalu dibawa orang ke kubur Untuk menemani …
  • Catatan Asing Malam yang mengancik pukul tiga Alangkah langut hati yang terasing Begitu biru bibir kedinginan juga Berkerinyut kata di telinga kering Menggi…
  • Menarilah Kembangkan tangan menarilah Lenggokkan tubuh menarilah Ikuti irama lagu menarilah Ungkapkan senyum menarilah Rasa syukur menarilah Alirkan ke tub…
  • CUKA Kau bertanya tentang lukaku Aku bertanya tentang lukamu Kita saling bertanya Lalu Kita saling Merendam diri dalam cuka Banda Aceh, 4 Agustus 198…
  • Kur Lak Lak kur lak lak hujan pun berhenti dingin pun berhenti gigil pun berhenti nyeri pun berhenti kur lak lak marah pun berhenti iri pun berhenti pon…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.