Ada yang baru nih dari Songmont! Tas Elegan dengan Kualitas Terbaik

Puisi: Gerimis (Karya Cecep Syamsul Hari)

Puisi "Gerimis" karya Cecep Syamsul Hari menggambarkan perjalanan batin penulis dalam menghadapi kenangan dan perasaan yang kompleks.
Gerimis

Di sudut sebuah perpustakaan
yang mengandung angin basah pada bingkai-bingkai jendelanya,
aku menemukan kembali wajahmu yang gaib itu.

Mencair dari kebekuan kenangan
dan malam-malam penuh siraman cahaya bulan
purnama.

Aku ketuk pintu terkunci itu,
hujan hari terakhir bulan Desember menyisakan butir-butir embun
berpendaran pada ujung rambutmu yang jauh.

Begitu sukar memahami dirimu
sebagai pertemuan biasa atau kebetulan saja.          

Aku kesepian dan tak mengerti.

Wajahmu memandangku di mana-mana,
menangis tanpa airmata.

Aku susuri jalan darahku sendiri.
Takjub menemukan kepingan-kepingan luka
membangun dunianya sendiri.

Di sudut sebuah pura desa
yang disapu gerimis sepanjang hari,
kukecup kedua kelopak matamu dengan seluruh hatiku.

Dosa begitu manis dalam lidahku,
barangkali seperti khuldi.

Dari pagi berkabut itu
aku memulai pengembaraanku yang abadi.

Mencari sepucuk pesan
dari kata-kata yang tak sempat kau ucapkan.

1994-2006

Sumber: 21 Love Poems (2006)

Analisis Puisi:

Puisi "Gerimis" karya Cecep Syamsul Hari adalah sebuah karya yang menyelami tema nostalgia, kesedihan, dan pencarian makna. Melalui deskripsi yang puitis dan simbolisme yang kaya, puisi ini mengajak pembaca untuk meresapi pengalaman emosional dan refleksi pribadi penulis.

Struktur dan Tema

Puisi ini menggambarkan suasana dan perasaan yang berbeda, namun saling terhubung oleh tema sentral yaitu pencarian dan kerinduan. Struktur puisi yang melibatkan lokasi dan waktu yang berbeda mencerminkan perjalanan batin penulis dalam mencari arti dari kenangan dan perasaan yang tersisa.

Perpustakaan dan Kenangan

Di sudut sebuah perpustakaan, penulis menemukan kembali "wajahmu yang gaib" di tengah suasana angin basah dan bingkai jendela. Perpustakaan di sini bisa melambangkan tempat penyimpanan memori dan kenangan, sedangkan angin basah dan bingkai jendela menciptakan suasana melankolis dan nostalgia. "Wajahmu yang gaib" menunjukkan sebuah kenangan atau sosok yang sulit dijangkau atau difahami secara jelas.

Ketidakpastian dan Kesedihan

Ketika penulis menyebutkan "Mencair dari kebekuan kenangan" dan "malam-malam penuh siraman cahaya bulan purnama," ada perasaan perlahan-lahan mengatasi masa lalu dan kembali mengingat kenangan indah namun sulit. Ketidakmampuan untuk memahami pertemuan atau kebetulan ini menunjukkan kebingungan dan kesepian penulis. Hujan terakhir bulan Desember dengan butir-butir embun pada rambut yang jauh menambah kesan keterpisahan dan jarak emosional.

Kesepian dan Pencarian Jati Diri

Penulis menggambarkan wajah yang "menangis tanpa airmata" dan "jalan darahku sendiri" sebagai simbol dari kesedihan dan pencarian diri. Kepingan-kepingan luka yang membangun dunia sendiri menunjukkan perasaan terfragmentasi dan kesulitan dalam menyatukan pengalaman yang menyakitkan. Ini adalah refleksi mendalam tentang bagaimana luka emosional membentuk identitas dan pengalaman penulis.

Pura Desa dan Gerimis

Pura desa yang disapu gerimis sepanjang hari melambangkan kedamaian dan ketenangan di tengah kesedihan. Mencium kelopak mata dengan seluruh hati menandakan ungkapan kasih dan pengabdian yang mendalam. Dosa yang terasa manis dan perbandingan dengan khuldi (paradise) menggambarkan ambiguitas moral dan rasa campur aduk dalam pengalaman penulis.

Pengembaraan dan Pencarian Makna

Pengembaraan yang abadi di pagi berkabut menunjukkan perjalanan batin yang tak berkesudahan dalam mencari makna dan pesan dari kata-kata yang tak pernah diucapkan. Ini adalah penutup yang menegaskan pencarian terus-menerus untuk memahami kenangan dan mencari arti dari apa yang hilang atau belum disampaikan.

Simbolisme dan Pesan

  • Perpustakaan dan Pura Desa: Keduanya adalah simbol tempat-tempat refleksi dan pengabdian. Perpustakaan adalah tempat penyimpanan memori, sedangkan pura desa melambangkan tempat kedamaian dan spiritualitas.
  • Gerimis dan Embun: Elemen cuaca ini menciptakan suasana melankolis dan dingin, mencerminkan perasaan kesedihan dan keterasingan.
  • Wajah Gaib dan Airmata: Wajah yang tidak terlihat secara jelas dan menangis tanpa airmata menggambarkan ketidakmampuan untuk benar-benar memahami atau menghubungi sosok yang penting, serta perasaan kehilangan yang mendalam.
Puisi "Gerimis" karya Cecep Syamsul Hari adalah sebuah eksplorasi emosional yang mendalam tentang nostalgia, kesedihan, dan pencarian makna dalam hidup. Dengan menggunakan simbolisme yang kuat dan deskripsi yang puitis, puisi ini menggambarkan perjalanan batin penulis dalam menghadapi kenangan dan perasaan yang kompleks. Melalui gambaran perpustakaan, pura desa, dan elemen cuaca, puisi ini menawarkan refleksi yang mendalam tentang pengalaman pribadi dan pencarian untuk memahami arti dari apa yang hilang.

Cecep Syamsul Hari
Puisi: Gerimis
Karya: Cecep Syamsul Hari

Biodata Cecep Syamsul Hari:
  • Cecep Syamsul Hari lahir pada tanggal 1 Mei 1967 di Bandung.
© Sepenuhnya. All rights reserved.