Puisi: Evaluasi (Karya Bakdi Soemanto)

Puisi "Evaluasi" karya Bakdi Soemanto memadukan kritik sosial dengan ironi tajam, menggambarkan permasalahan administratif dan sosial dalam konteks ..
Evaluasi

Laporan dibaca, dan ternyata
peserta KB di kampung itu
hanya 20 persen dari jumlah penduduk wanita
masa subur.
"Wah"
"Cilakak"
"Bahaya"
"Jauh di bawah target"

"Apa pengetiknya mengerti adat Timur?"

1980

Sumber: Kata (2007)

Analisis Puisi:

Puisi "Evaluasi" karya Bakdi Soemanto adalah sebuah karya yang memadukan kritik sosial dengan ironi tajam, menggambarkan permasalahan administratif dan sosial dalam konteks program keluarga berencana (KB). Dengan gaya bahasa yang ringkas namun penuh makna, puisi ini menawarkan refleksi kritis tentang bagaimana kebijakan dan laporan sering kali terpisah dari realitas sosial yang kompleks.

Struktur Puisi

Puisi ini terdiri dari beberapa baris yang singkat, dengan dialog yang merefleksikan respons terhadap laporan evaluasi program KB. Struktur ini memperkuat kesan langsung dan tajam dari kritik sosial yang disampaikan.
  • Laporan Evaluasi: Laporan menunjukkan bahwa hanya 20 persen dari jumlah penduduk wanita masa subur yang mengikuti program KB. Contoh: "Laporan dibaca, dan ternyata / peserta KB di kampung itu / hanya 20 persen dari jumlah penduduk wanita / masa subur."
  • Reaksi dan Kritikan: Reaksi terhadap laporan, yang disertai dengan frasa-frasa seperti "Wah," "Cilakak," dan "Bahaya," menunjukkan ketidakpuasan dan kekhawatiran terhadap pencapaian target. Contoh: "Wah / Cilakak / Bahaya."
  • Pertanyaan Kritis: Puisi diakhiri dengan pertanyaan yang mengkritik apakah pengetik laporan memahami konteks sosial dan budaya setempat, menyoroti ketidakselarasan antara kebijakan dan praktik lokal. Contoh: "Apa pengetiknya mengerti adat Timur?"

Gaya Bahasa

  • Ironi: Puisi ini memanfaatkan ironi untuk menunjukkan ketidaksesuaian antara target program KB dan kenyataan di lapangan. Reaksi yang terkesan dramatis dan frustrasi menunjukkan kegagalan sistem dalam mencapai target. Contoh: "Jauh di bawah target."
  • Dialog dan Reaksi Emosional: Penggunaan dialog dan reaksi emosional menambah dimensi nyata dan mendalam pada puisi, memberikan gambaran langsung tentang ketidakpuasan dan kebingungan yang dirasakan oleh pihak yang terlibat. Contoh: "Wah / Cilakak / Bahaya."
  • Pertanyaan Retoris: Pertanyaan di akhir puisi menantang pembaca untuk memikirkan kembali apakah laporan-laporan dan kebijakan yang ada telah mempertimbangkan konteks lokal dan budaya secara memadai. Contoh: "Apa pengetiknya mengerti adat Timur?"

Tema dan Makna

  • Kesenjangan antara Kebijakan dan Realitas: Puisi ini menyoroti kesenjangan antara kebijakan pemerintah dan kondisi di lapangan. Evaluasi program KB yang tidak memenuhi target menggambarkan ketidakmampuan sistem untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Contoh: "Jauh di bawah target."
  • Pertanyaan tentang Pemahaman Konteks: Dengan mempertanyakan apakah pengetik laporan memahami adat Timur, puisi ini menyoroti pentingnya memahami konteks lokal dalam perumusan dan evaluasi kebijakan. Contoh: "Apa pengetiknya mengerti adat Timur?"
  • Reaksi Emosional terhadap Ketidakberhasilan: Frasa-frasa seperti "Wah," "Cilakak," dan "Bahaya" menggambarkan frustrasi dan ketidakpuasan terhadap hasil evaluasi yang jauh dari target yang diharapkan. Ini mencerminkan perasaan pihak-pihak yang terlibat dalam program tersebut. Contoh: "Wah / Cilakak / Bahaya."
  • Ironi dari Target dan Kenyataan: Ironi terletak pada kenyataan bahwa meskipun target ditetapkan, pelaksanaannya menunjukkan hasil yang sangat berbeda. Puisi ini menggunakan ironi untuk menyoroti absurditas dalam pencapaian target yang tidak realistis atau tidak memperhitungkan kondisi lokal. Contoh: "Laporan dibaca, dan ternyata / peserta KB di kampung itu / hanya 20 persen."
Puisi "Evaluasi" karya Bakdi Soemanto memberikan kritik tajam terhadap pelaksanaan program keluarga berencana melalui penggunaan ironi dan reaksi emosional. Dengan menggambarkan ketidakberhasilan program dalam mencapai target dan mempertanyakan pemahaman kontekstual pengetik laporan, puisi ini mencerminkan frustrasi dan ketidakpuasan terhadap kebijakan yang tidak sesuai dengan realitas lokal. Gaya bahasa yang singkat namun tajam menambahkan kekuatan pada pesan sosial dan kritis yang disampaikan, membuat puisi ini menjadi refleksi mendalam tentang efektivitas kebijakan dan administrasi.

Bakdi Soemanto
Puisi: Evaluasi
Karya: Bakdi Soemanto

Biodata Bakdi Soemanto:
  • Prof. Dr. Christophorus Soebakdi Soemanto, S.U lahir pada tanggal 29 Oktober 1941 di Solo, Jawa Tengah.
  • Prof. Dr. Christophorus Soebakdi Soemanto, S.U meninggal dunia pada tanggal 11 Oktober 2014 (pada umur 72 tahun) di Yogyakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.