Puisi: Dock Tanjung Priok (Karya Syahril Latif)

Puisi "Dock Tanjung Priok" karya Syahril Latif menggambarkan pemandangan yang khas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dengan fokus pada kehidupan ..
Dock Tanjung Priok

Di bawah matahari Jakarta. Panas menyengat
Crane teknologi
sedang menyantap mangsa
sebuah rangka kapal tua
500 dead weight ton

Tanjung Priok resah dan panas
Kuli-kuli telanjang dada
bertopi baja
meleleh peluh karat besi
Panas menyayat

Dan bangkai teknologi itu
terkapar lunglai di pantai

Di dermaga kapal-kapal mancanegara
diam saja diusik angin Jakarta
seperti
asap perang, huru-hara mahasiswa
rintih kelaparan, bencana alam
tak menyentuhnya

Mari, kita lupa dalam kerja

Sumber: Tiga Puluh Sajak (1973)

Analisis Puisi:

Puisi "Dock Tanjung Priok" karya Syahril Latif menggambarkan pemandangan yang khas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dengan fokus pada kehidupan dan keadaan sehari-hari di sekitar dermaga.

Gambaran Keadaan Dermaga dan Pelabuhan

Puisi ini dimulai dengan deskripsi tentang panasnya cuaca di Jakarta yang menyengat, yang secara langsung menciptakan latar belakang yang keras dan tidak nyaman. Penggunaan imajeri tentang crane teknologi yang sedang bekerja mengangkat rangka kapal tua menyoroti kontras antara teknologi modern dengan kapal-kapal tua yang teronggok di dermaga.

Kehidupan Para Buruh Pelabuhan

Syahril Latif dengan jelas menggambarkan kehidupan para pekerja pelabuhan (kuli-kuli) yang bekerja keras di bawah panas terik. Mereka digambarkan telanjang dada dan memakai topi baja, yang menunjukkan kekerasan dan kelelahan dari pekerjaan mereka yang berat. Peluh yang meleleh di atas besi karat menciptakan gambaran yang kuat tentang kondisi kerja yang keras dan panas.

Kontras Antara Kehidupan Lokal dan Internasional

Puisi ini menyoroti kontras antara kehidupan di Tanjung Priok dengan dermaga kapal-kapal mancanegara yang diam dan tidak terpengaruh oleh kehidupan sehari-hari di sekitarnya. Meskipun Jakarta mungkin mengalami berbagai peristiwa seperti "asap perang, huru-hara mahasiswa, rintih kelaparan, bencana alam," keadaan ini tidak mempengaruhi kehidupan di dermaga internasional yang terkesan tenang dan terpisah.

Panggilan untuk Melupakan dalam Kerja

Puisi ini ditutup dengan panggilan untuk "lupa dalam kerja," mungkin sebagai cara untuk menghadapi kerasnya kehidupan di pelabuhan ini dengan mengorbankan diri dalam pekerjaan mereka. Ini mencerminkan semangat kerja keras dan ketahanan dari para pekerja pelabuhan yang terus bekerja di bawah kondisi yang sulit.

Puisi "Dock Tanjung Priok" karya Syahril Latif memberikan gambaran yang jelas dan kuat tentang kehidupan di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Dengan menggunakan bahasa yang kaya akan imaji dan pengamatan yang tajam terhadap detail-detail fisik dan sosial, penyair berhasil menggambarkan kontras antara kehidupan lokal dan internasional, serta menghadirkan suasana yang keras dan tidak nyaman di sekitar dermaga. Syahril Latif mengundang pembaca untuk merenungkan tentang kerja keras, ketahanan, dan kehidupan di tengah-tengah kompleksitas pelabuhan yang sibuk.

Puisi
Puisi: Dock Tanjung Priok
Karya: Syahril Latif

Biodata Syahril Latif:
  • Syahril Latif lahir pada tanggal 3 Juni 1940 di Silungkang, Sumatera Barat.
  • Syahril Latif meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 1998 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.