Puisi: Catatan Seorang Pedagang di Pasar Terong Makasar (Karya M. Aan Mansyur)

Puisi "Catatan Seorang Pedagang di Pasar Terong Makasar" karya M. Aan Mansyur menyuguhkan sebuah refleksi mendalam mengenai ketidakadilan sosial, ....
Catatan Seorang Pedagang
Di Pasar Terong Makasar

Dulu aku tak percaya orang lain
berani mengusirku dari rumah
sendiri. Tapi kota ini memaksaku
paham selalu ada orang mengaku
lebih berhak atas milikku.

Mereka dating membawa batu,
pasir, semen, besi, air, minyak tanah,
api, tentara, polisi, dan preman
untuk menebar kecemasan. aku
lebih takut kepada mata uang.....
dan kesenangan-kesenangan......
daripada mata senjata.

Aku tahu betegur sapa dengan
senyum bahkan kepada musuh
yang berpura-pura bertandang
sebagai tamu, teman, atau
pelanggan.

Aku mungkin kehabisan kata
meladeni mereka berbincang
tentang masa depan. Tapi aku
selalu punya senyum untuk
menolak semua yang cuma andai.

Sudah kulingkari nyaris semua
angka di kalender. Sudah kulingkari
hari ini dan besok. Aku waspada.
Aku selalu waspada. Kewaspadaan
yang terlatih tak bias dikalahkan
oleh senjata buatan pabrik.

Besok datang lagi orang-orang itu.

Sumber: Melihat Api Bekerja (2015)

Analisis Puisi:

Puisi "Catatan Seorang Pedagang di Pasar Terong Makasar" karya M. Aan Mansyur menyuguhkan sebuah refleksi mendalam mengenai ketidakadilan sosial, ketahanan pribadi, dan realitas kehidupan seorang pedagang di pasar. Puisi ini menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi oleh individu yang berada di tengah-tengah perubahan sosial dan tekanan dari berbagai pihak.

Struktur Puisi

Puisi ini memiliki struktur naratif yang menggambarkan pengalaman dan refleksi pribadi seorang pedagang. Dengan menggunakan bentuk bebas, puisi ini mengalir seperti catatan harian yang menceritakan perjalanan emosional dan psikologis tokoh utamanya.

Gaya Bahasa

  • Bahasa Konkrit dan Detail: Penggunaan bahasa yang konkret seperti "batu, pasir, semen, besi" memberikan gambaran jelas tentang tekanan yang dihadapi pedagang. Ini menciptakan visualisasi yang kuat tentang ancaman dan konflik.
  • Kesederhanaan dan Repetisi: Bahasa yang sederhana namun repetitif menekankan pada keteguhan dan kesadaran diri pedagang. Frasa seperti "aku selalu waspada" menggambarkan kecermatan dan kewaspadaan yang mendalam.
  • Ironi dan Kontradiksi: Ironi muncul ketika pedagang lebih takut pada "mata uang" dan "kesenangan-kesenangan" daripada "mata senjata." Ini mencerminkan ketidakadilan sosial dan kesulitan yang lebih mendalam.

Ketidakadilan Sosial

Puisi ini menyoroti tema ketidakadilan sosial yang dihadapi oleh pedagang:
  • Pengusiran dan Hak Kepemilikan: "Dulu aku tak percaya orang lain berani mengusirku dari rumah sendiri" menunjukkan konflik mengenai hak milik dan pengusiran. Ini mencerminkan ketidakadilan yang dihadapi oleh individu di tengah urbanisasi dan perkembangan kota.
  • Ancaman dan Tekanan: "Mereka datang membawa batu, pasir, semen" menggambarkan berbagai bentuk tekanan dan ancaman yang dihadapi pedagang, dari fisik hingga administratif.

Ketahanan Pribadi

Puisi ini juga menekankan ketahanan pribadi pedagang dalam menghadapi tantangan:
  • Senyum sebagai Pertahanan: Pedagang menggunakan senyum sebagai cara untuk melawan ancaman dan kesulitan. "Aku selalu punya senyum untuk menolak semua yang cuma andai" menunjukkan bagaimana ketahanan mental dan sikap positif membantu mengatasi ketidakpastian.
  • Kewaspadaan dan Kesadaran: "Aku selalu waspada" menekankan kewaspadaan pedagang dalam menghadapi situasi yang tidak pasti. Ini mencerminkan ketangguhan dan strategi bertahan hidup di tengah tekanan.

Realitas Kehidupan Sehari-hari

Puisi ini menggambarkan realitas kehidupan sehari-hari pedagang:
  • Kehidupan di Pasar: "Catatan Seorang Pedagang di Pasar Terong Makasar" menggambarkan kehidupan pedagang sebagai bagian dari kehidupan pasar yang dinamis dan sering kali penuh tekanan.
  • Perubahan dan Ketidakpastian: "Sudah kulingkari nyaris semua angka di kalender" menunjukkan bagaimana pedagang menghadapi perubahan dan ketidakpastian dalam hidupnya.

Emosional

Puisi ini menyentuh perasaan mengenai kesulitan dan ketidakadilan:
  • Empati dan Keteguhan: Pembaca dapat merasakan empati terhadap pedagang yang berjuang melawan ketidakadilan sosial dan tekanan yang dihadapinya. Keberanian dan ketahanan pedagang menambah dimensi emosional yang kuat dalam puisi ini.
  • Kesadaran Sosial: Puisi ini mendorong pembaca untuk menyadari tantangan yang dihadapi oleh individu di masyarakat yang lebih luas, serta memberikan refleksi tentang bagaimana perubahan sosial mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
Puisi "Catatan Seorang Pedagang di Pasar Terong Makasar" karya M. Aan Mansyur adalah karya yang menggambarkan ketidakadilan sosial dan ketahanan pribadi dengan gaya bahasa yang kuat dan simbolis. Melalui struktur naratif dan penggunaan bahasa yang konkret, puisi ini menawarkan wawasan mendalam tentang pengalaman sehari-hari pedagang dan tantangan yang dihadapinya. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang realitas sosial dan keberanian individu dalam menghadapi ketidakpastian dan ancaman.

M. Aan Mansyur
Puisi: Catatan Seorang Pedagang di Pasar Terong Makasar
Karya: M. Aan Mansyur

Biodata M. Aan Mansyur:
  • M. Aan Mansyur lahir pada tanggal 14 Januari 1982 di Bone, Sulawesi Selatan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.