Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model penalaran penulisan artikel ilmiah mahasiswa Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analisis konten dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Desain ini untuk membuat estimasi beberapa gejala dalam konteks data. Desain tersebut digunakan jika analisis konten merupakan satu-satunya teknik yang digunakan. Penelitian ini menemukan berbagai model penalaran penulisan artikel ilmiah mahasiswa Program Studi Agribisnis, FP, UNS. Model penalaran penulisan artikel ilmiah dapat diklasifikasikan berdasarkan arah atau alur penalaran yakni penalaran deduktif dan penalaran induktif. Model penalaran deduktif bersifat dominan, artinya di setiap artikel ilmiah mahasiswa terdapat model penalaran tersebut, bahkan model tersebut beberapa kali muncul pada setiap artikel ilmiah mahasiswa. Model penalaran juga dapat diklasifikasikan berdasarkan urutan pengembangan paragraf. Temuan dalam penelitian ini antara lain model urutan waktu atau kronologis dan model urutan kepentingan.
FOMO di Kalangan Mahasiswa Baru
FOMO (Fear of Missing Out) atau rasa takut akan ketinggalan sesuatu sudah menjadi fenomena yang umum di kalangan mahasiswa baru. Dengan kemajuan teknologi dan media sosial, FOMO semakin sering mempengaruhi kehidupan kampus. FOMO bisa memberikan dampak positif dengan mendorong mahasiswa lebih terlibat dalam berbagai aktivitas dan menjalin hubungan sosial. Namun, FOMO juga memiliki dampak negatif yang dapat merugikan kesehatan mental dan keseimbangan hidup mereka. Berikut ini adalah beberapa contoh dampak positif dan negatif dari FOMO pada mahasiswa baru.
Dampak Positif FOMO
1. Peningkatan Sosialisasi dan Hubungan Sosial
FOMO dapat mendorong mahasiswa baru untuk lebih aktif dalam berinteraksi sosial. Ketika mahasiswa merasa khawatir akan ketinggalan kegiatan yang dilakukan teman-teman mereka, mereka cenderung lebih sering berpartisipasi dalam berbagai acara kampus seperti kegiatan ekstrakurikuler, organisasi mahasiswa, atau acara sosial lainnya. Hal ini membantu mereka membangun hubungan yang lebih erat dan memperluas jaringan sosial.
Kehidupan sosial yang aktif dan hubungan yang baik dengan teman-teman memberikan dukungan emosional yang penting dan membuat pengalaman kuliah lebih menyenangkan.
2. Peluang Pengalaman dan Pembelajaran
FOMO dapat mendorong mahasiswa untuk mencoba hal-hal baru dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas. Dengan mengikuti berbagai kegiatan, mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi minat dan bakat yang mungkin belum mereka sadari.
Misalnya, mereka bisa menemukan ketertarikan dalam bidang seni, olahraga, atau organisasi yang nantinya bisa menjadi bagian penting dalam perjalanan akademis dan karier mereka. Pengalaman yang beragam ini juga meningkatkan keterampilan interpersonal dan memberikan wawasan yang lebih luas tentang dunia di sekitar mereka.
3. Motivasi untuk Mencoba Hal Baru
Ketakutan akan ketinggalan sesuatu dapat menjadi motivasi kuat bagi mahasiswa untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba hal-hal baru. Misalnya, mereka mungkin tertarik untuk mengikuti seminar, workshop, atau kegiatan lain yang belum pernah mereka ikuti sebelumnya.
Dengan mencoba berbagai hal baru, mahasiswa dapat mengembangkan diri mereka secara menyeluruh dan menjadi lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan di masa depan.
Sumber: https://unsplash.com/@fairytailphotography |
Dampak Negatif FOMO
1. Gangguan terhadap Konsentrasi dan Produktivitas
Salah satu dampak negatif dari FOMO adalah gangguan terhadap konsentrasi dan produktivitas. Mahasiswa yang mengalami FOMO cenderung sering memeriksa media sosial untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh teman-teman mereka. Aktivitas ini bisa sangat mengganggu, terutama saat mereka sedang belajar atau menyelesaikan tugas akademis.
Akibatnya, waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar menjadi terbuang, dan hasil akademis mereka bisa menurun.
2. Ketergantungan pada Teknologi
FOMO seringkali berkaitan dengan ketergantungan pada teknologi, terutama media sosial. Mahasiswa yang terus-menerus memeriksa media sosial bisa mengalami gangguan tidur karena merasa perlu selalu mengetahui apa yang terjadi di sekitar mereka.
Hal ini tidak hanya berdampak negatif pada kesehatan fisik mereka, tetapi juga mengurangi waktu untuk bersosialisasi langsung dan beraktivitas fisik. Ketergantungan pada teknologi juga mengurangi kemampuan mereka untuk menikmati momen saat ini tanpa terganggu oleh apa yang mungkin mereka lewatkan.
3. Gangguan Kesehatan Mental
FOMO dapat menyebabkan stres dan kecemasan yang berlebihan. Mahasiswa yang merasa selalu ketinggalan atau tidak cukup baik dibandingkan dengan orang lain bisa mengalami penurunan kesejahteraan mental dan emosional.
Perasaan tidak aman dan tekanan untuk selalu berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat bisa mengganggu keseimbangan mental mereka. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa mengarah pada masalah kesehatan mental yang lebih serius seperti depresi atau gangguan kecemasan.
4. Hubungan Sosial yang Kurang Berkualitas
Meskipun FOMO dapat meningkatkan kuantitas interaksi sosial, hal ini tidak selalu berarti peningkatan kualitas hubungan. Mahasiswa yang terlalu fokus pada kuantitas mungkin mengabaikan persahabatan yang benar-benar bermakna.
Akibatnya, mereka bisa merasa kesepian meskipun memiliki banyak teman di media sosial. Hubungan sosial yang superfisial ini bisa menghambat pertumbuhan persahabatan yang kuat dan saling mendukung.
5. Perasaan Tidak Pernah Cukup
FOMO dapat membuat mahasiswa merasa tidak puas dengan kehidupan mereka sendiri. Mereka mungkin selalu merasa bahwa hidup mereka kurang menarik atau kurang berarti dibandingkan dengan apa yang mereka lihat di media sosial. Perasaan ini bisa mengarah pada rendahnya rasa harga diri dan kebahagiaan yang terabaikan.
Mahasiswa yang terus-menerus membandingkan diri mereka dengan orang lain mungkin mengabaikan kepentingan dan kebahagiaan pribadi mereka, yang pada akhirnya bisa merugikan kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
Bagaimana Cara Mengelola FOMO dengan Sehat?
Untuk mengatasi dampak negatif FOMO, penting sekali bagi mahasiswa dan orang tua mereka untuk mengenali tanda-tanda FOMO dan belajar cara mengelola perasaan ini dengan sehat. Ada beberapa strategi yang bisa dilakukan antara lain:
- Batasi Penggunaan Media Sosial: Tetapkan waktu khusus untuk memeriksa media sosial dan hindari penggunaan yang berlebihan, terutama saat belajar atau sebelum tidur.
- Prioritaskan Kualitas Hubungan: Fokus pada membangun hubungan yang bermakna dan mendalam daripada hanya berusaha memiliki banyak teman.
- Nikmati Momen Saat Ini: Melatih diri untuk menikmati momen saat ini tanpa merasa perlu selalu tahu apa yang terjadi di tempat lain.
- Tetapkan Prioritas: Tentukan aktivitas dan hubungan yang paling penting dan beri perhatian lebih pada hal-hal tersebut.
- Cari Dukungan: Jika perasaan FOMO menjadi terlalu mengganggu, cari dukungan dari teman, keluarga, atau konselor kampus untuk membantu mengelola perasaan tersebut.
Dengan memahami dan mengelola FOMO dengan baik, mahasiswa dapat menikmati pengalaman kampus yang lebih seimbang dan memuaskan, serta memaksimalkan potensi mereka untuk berkembang dalam berbagai aspek kehidupan.
Daftar Pustaka:
- Cahyadi, A. (2021). Gambaran Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) pada Generasi Z di Kalangan Mahasiswa. Widya Warta, 2.
- Putri, L. S., Purnama, D. H., & Idi, A. (2019). Gaya Hidup Mahasiswa Pengguna Media Sosial di Kota Palembang (Studi pada mahasiswa FOMO di Universitas Sriwijaya dan Universitas Muhammadiyah Palembang). Jurnal Masyarakat dan Budaya, 129-148.
Biodata Penulis:
Arjuna Elang Samudra saat ini aktif sebagai mahasiswa, Program Studi S1 Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret.