Cerpen: Kesehatanku

Seperti biasa aku berangkat ke kampus dengan mengendarai motor setiap harinya. Rumahku tidak terlalu jauh dari kampus, jadi aku tidak pernah telat; ..

Suatu hari, pagi yang medung dengan aktivitas yang seperti biasa, tapi ada yang tidak biasa di pagi hari ini. Tubuhku yang kurang sehat walau begitu tidak menghalangiku untuk beraktivitas sebagai seorang mahasiswi.

Seperti biasa aku berangkat ke kampus dengan mengendarai motor setiap harinya. Rumahku tidak terlalu jauh dari kampus, jadi aku tidak pernah telat; kecuali ketika ada kepentingan, aku bisa saja telat. Aku berangkat ke kampus selalu bersama teman-teman yang lainnya. Suasana saat itu tidak seperti biasanya, karena pada saat itu cuaca sangat gelap karena cuaca mendung.

Pada saat itu aku memang kurang bersemangat, karena tubuhku yang kurang sehat, tapi aku harus tetap mengikuti mata kuliah. Jam menunjukkan bahwa mata kuliah pertama, kedua, dan ketiga selesai. Saat jam mata kuliah berikutnya sudah dimulai, tapi aku merasa badanku tidak enak, aku merasa sendi-sendiku sangat nyeri dan badanku hangat. Aku memberitahu keadaanku sudah tidak enak pada teman sebangkuku, dia melihatku dan mulai merasa khawatir.

“Kamu tidak apa apa?” Ujar teman di sampingku.

Karena keadaanku sudah semakin buruk, aku meminta izin kepada dosen untuk pergi ke toilet.

“Permisi pak saya izin ke toilet.”

Pada saat itu dosen memperbolehkan aku untuk pergi ke toilet. Saat sampai di toilet aku melamun dan memikirkan sakit yang aku rasakan saat ini tidak seperti sakit sebelumnya. Entah mengapa aku mulai berbicara sendiri.

“Aku sakit apa, aku harus kuat!”

Saat aku kembali ke kelas jam pulang sudah tiba. Seakan membuatku merasa lega, aku ingin segera berbaring di tempat tidur karena badanku bertambah sakit, aku segera pulang.

“Tumben aku sakit seperti ini.” Ujarku dalam hati ketika mengendarai motor.

Akhirnya aku sudah tiba di rumahku. Tanpa berpikir panjang aku segera menuju kamar tidurku untuk membaringkan tubuhku yang sakit ini. Aku tidak bisa tidur walau sudah berbaring. Mungkin karena aku belum makan aku menjadi lapar. Aku segera menghubungi ibuku yang pada saat itu tidak ada di rumah. Kemudian ibuku datang membawa makanan untukku dan bertanya.

“Kenapa kamu pucat sekali?” Ujar ibuku yang melihatku berbaring dengan lemas di tempat  tidur.

“Persendianku terasa sakit, bu, dan badanku hangat. Aku juga merasa pusing!” Ujarku yang pada saat itu berbaring di tempat tidur.

Sore hari telah tiba, ayahku kembali dari pekerjaannya dan melihatku berbaring di tempat tidur dengan wajah yang pucat dan lemas.

“Kamu kenapa kok pucat sekali?” Ujar ayahku sambil memegang dahiku.

“Persendianku sakit ayah dan badanku hangat dan pusing” Ujarku menjawab pertanyaan ayahku.

Ayahku segera menyuruhku untuk diperiksa ke puskesmas yang tidak jauh dari rumahku, aku sudah tidak kuat. Saat itu berdiri dan berjalan saja membuat aku kesakitan dan pusing. Saat tiba di puskesmas aku segera diperiksa oleh perawat. Aku didiagnosa penyakit biasa, hanya kelelahan dan kurang vitamin. Perawat langsung memberiku resep obat untuk dikonsumsi dan menyuruhku pulang untuk beristirahat yang cukup.

Setelah beberapa hari, sakitku belum sembuh. Aku kembali periksa di puskesmas dan tetap saja hasilnya sama. Aku beberapa hari sudah mengonsumsi obat dari puskesmas tapi aku belum juga sembuh.

“Kenapa kamu belum sembuh juga ya… ayah semakin khawatir dengan keadaanmu!”

“Sebaiknya kita bawa saja ke dokter.” Ujar ibuku.

Pagi hari telah tiba, ayah dan ibuku segera bersiap siap untuk segera mengantarkanku untuk diperiksa disalah satu dokter yang sangat jauh dari rumahku. Setelah sampai di lokasi aku masuk menemui dokter yang akan memeriksaku.

“Halo... ada keluhannya apa ya?” Dokter bernyata kepadaku.

“Persendian terasa nyeri semua dok, pusing dan demam tidak turun-turun.” Ujar ibuku yang menemaniku.

Dokter langsung menyuruhku untuk segera opname. Entah bagaimana perasaan ibuku pada saat itu. Ibuku segera memanggil ayahku untuk masuk menemui dokter dan dokter menyarankan kepada ayahku untuk aku segera diopname di salah satu Rumah Sakit rekomendasi dari dokter.

Aku dan ayah-ibuku langsung berangkat menuju Rumah Sakit yang direkomendasi dari dokter itu. Sesampainya di rumah sakit, aku memasuki ruang UGD dan berbaring di tempat pasien. Perawat menghampiriku dan ibu-ayahku, perawat tersebut bertanya aku sakit apa.

“Persendian terasa nyeri, pusing dan demam tidak turun – turun” Ujar ibuku.

Perawat mengatakan untuk menginfusku. Saat perawat akan menyuntikkan jarum infus ke tanganku, perawat tersebut kesulitan karena pembuluh darahku tidak terlihat jelas, karena aku kekurangan cairan. Mereka memberitahuku di saat sakit makanan dan minuman akan sulit masuk ke tubuh. Selesai jarum infus terpasang di tanganku perawat berkata ke ibuku untuk menunggu aku dipindahkan ke ruangan opname.

Setelah beberapa jam menunggu, perawat kembali menghampiriku untuk segera membawaku dipindah ke ruang opname. Saat itu aku merasa sedih karena harus berbaring di tempat tidur rumah sakit. Ibuku melihatku yang sedih, menenangkanku agar aku tidak menangis, kuat dan sabar.

Sore hari di rumah sakit, salah satu perawat mengambil darahku untuk diuji lab memastikan apa penyakitku. Tidak lama malam harinya dokter yang menanganiku menemuiku dan memberitahu hasil dari lab tersebut, ternyata diagnosa sebelumnya salah, aku dan ayah ibuku diberitahu bahwa penyakitku bukan karna kelelahan melainkan adalah Autoimun. Kami terkejut saat dokter mengatakan penyakit itu, Ayahku bertanya kepada dokter.

“Bagaimana bisa anak saya terkena penyakit Autoimun, Dok?’ Ujar ayahku yang terlihat gelisah.

“Walaupun genetik menjadi salah satu penyebab tapi ada beberapa faktor lain yang disebabkan oleh asap rokok, paparan sinar matahari, atau infeksi dan virus tertentu”. Ujar dokter.

Ibuku berkata bahwa di keluarga kita tidak ada yang mempunyai penyakit Autoimun, mungkin salah satu penyebabnya adalah Asap rokok, dan ayahku adalah seorang perokok, aku juga dekat dengan ayahku. Dokter menenangkan ibu dan ayahku agar tidak gelisah, dokter berkata bahwa aku bisa sembuh dengan menerapkan pola hidup sehat, berolah raga secara rutin dan mengkonsumsi makanan yang sehat.

Setelah beberapa hari di ruang opname salah satu perawat menemui ibuku dan berkata bahwa aku diperbolehkan pulang, aku yang mendengarnya sangat senang akhirnya aku boleh pulang. Ibuku langsung menelpon ayahku untuk segera menjemput ke rumah sakit. Saat ayahku tiba di rumah sakit, dia berkata.

“Apa kamu sudah tidak merasakan nyeri sendi lagi, Nak?” Ujar ayahku yang menatapku penuh dengan kasih sayang dan rasa khawatir.

“Aku sudah merasa lebih baik ayah, tenang saja tidak perlu khawatir” Ujarku yang menenangkan ayahku untuk tidak khawatir.

Setelah beberapa jam menunggu, datang seorang perawat yang akan membuka infus yang berada di tanganku, perawat tersebut juga memberiku beberapa obat. Ibuku bertanya.

“Obat ini untuk apa ya?” Ujar ibuku yang memegang obat tersebut.

“Ini obat untuk menghilangkan rasa nyeri pada sendi, dikonsumsi bila nyeri sendi itu kambuh, Bu.” Ujar perawat.

Saat aku sudah bersiap untuk pulang, dokter yang merawatku mendatangi aku dan ayah-ibuku. Dokter mengingatkan ayahku untuk berhenti merokok karena asap rokok juga berpengaruh pada penyakit Autoimun, dan dokter juga mengingatkanku untuk selalu berolahraga secara rutin dan menjaga pola makan yang sehat, juga memberitahuku untuk tidak mengkonsumsi MSG.

“Terimakasih, Dokter” Ujar ayahku yang berhadap hadapan dengan dokter tersebut.

“Terimakasih, Dokter. Saya akan rutin berolahraga” Ujarku yang sangat senang.

Setelah bersiap-siap, ayahku menelpon ibuku untuk segera menuju di depan pintu masuk rumah sakit, ayahku sudah menunggu di sana. Di perjalanan pulang aku sangat senang.

“Akhirnya aku bisa menghirup udara luar lagi” Ujarku yang melihat pemandangan desaku. Ibuku memberitahuku agar aku menjaga pola hidup yang sehat dan mengurangi makanan-makanan yang mengandung MSG.

Saat  tiba di rumah, keluargaku menghubungi ibuku bahwa mereka akan menjengukku. Mereka berkata sangat senang melihatku sehat kembali.

Kesehatanku

Keesokan harinya, sesuai apa yang dikatakan dokter bahwa aku harus berolahraga, aku melakukan yoga di teras rumah ditemani oleh ayahku yang sedang menyiram bunga.

“Ayo semangat!” Ujar ayahku sambil tersenyum.

Selesai berolahraga tiba-tiba ada suara mobil dari samping rumah, ibuku melihatnya dengan sangat senang, dan ternyata yang datang adalah keluarga besarku. Mereka datang untuk menjengukku yang baru saja keluar dari rumah sakit, sesuai dengan yang mereka bilang bahwa mereka ingin menjengukku.

“Assalamualaikum. Kamu sudah sehat, Nak?” Ujar pakdeku adik dari ayahku.

“Iya Pakde, Alhamdulillah sudah sehat.” Ujarku sambil memeluknya.

Mereka membawakan berbagai macam makanan untukku. Ayah dan ibuku menyuruh mereka masuk ke dalam untuk bersantai. Ayahku menceritakan apa penyakitku ke keluargaku, mereka semua terkejut setelah mendengar penyakitku. Pakdeku memberi semangat kepadaku.

“Ayo semangat, Nak. Pakde yakin kamu pasti sembuh dari penyakit itu!” Ujar Pakdeku melihatku sambil tersenyum.

“Kamu harus jaga pola makan dan harus rajin berolahraga, Nak, supaya penyakitmu tidak kambuh!” Ujar tanteku anak dari pakdeku.

“Baiklah, kalian jangan khawatir. Aku akan menjaga pola makan agar aku bisa sembuh dari penyakit ini.”

Aku sangat bahagia melihat keluargaku yang berkumpul bersama dan aku tidak menyangka mereka begitu khawatir kepadaku.

Probolinggo, Juli 2024

Adinda Rani Kurnia Hasfita

Biodata Penulis:

Adinda Rani Kurnia Hasfita lahir pada tanggal 25 Januari 2004. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Inggris, di Universitas Nurul Jadid. Adinda aktif mengikuti kegiatan sastra di lingkungan kampus dan pesantren.

© Sepenuhnya. All rights reserved.