Umur Penentu Seseorang Menikah?

Umur hanyalah angka, katanya. Mungkin umur ideal menikah untuk wanita ialah 20-25 tahun sedangkan laki-laki 25-30 tahun. Umur sering kali dianggap ...

Menikah merupakan jenjang yang sakral. Sebuah langkah besar yang diambil sepasang manusia ke arah yang lebih serius dalam suatu hubungan. Bukan hal mudah menjalani sebuah biduk rumah tangga. Bukan hanya menyatukan dua isi kepala saja. Perlu adanya dukungan dari keluarga terdekat.

Menikah bukan hanya tentang si wanita dan si laki-laki yang akan menikah. Namun, banyak kepala yang harus disatukan. Bukan hanya tentang pernyataan cinta dan pernyataan siap untuk menikah. Namun, tentang komitmen, tujuan, finansial, keluarga, orang sekitar, kelangsungan hidup, perbedaan pendapat, dan banyak lagi yang harus dipertimbangkan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius itu.

Jadi, apakah umur menjadi penentu seseorang untuk menikah?

Umur hanyalah angka, katanya. Mungkin umur ideal menikah untuk wanita ialah 20-25 tahun sedangkan laki-laki 25-30 tahun. Umur sering kali dianggap sebagai penentu kesiapan seseorang untuk menikah. Namun, kembali lagi kesiapan menikah itu banyak, antara lain mental, fisik, material, finansial dan lain sebagainya. Pola pikir seseorang, tidak ada yang tahu. Orang yang telah dewasa, baik fisik dan mental, belum tentu dapat membina dan menjalankan rumah tangga secara sempurna, apalagi yang belum dewasa.

Persoalan yang amat penting dalam sebuah pernikahan ialah kedewasaan yang juga berpengaruh besar terhadap keberhasilan berumah tangga. Namun, sebenarnya kedewasaan bukanlah sesuatu yang bisa diukur secara mutlak berdasarkan angka. Setiap individu memiliki tingkat kematangan yang berbeda-beda, yang tidak selalu sejalan dengan usianya. Kedewasaan sangat penting dalam sebuah pernikahan, terutama dalam menghadapi berbagai konflik yang mungkin muncul dalam kehidupan rumah tangga.

Umur Penentu Seseorang Menikah

Pasangan yang memiliki kematangan emosi yang tinggi, cenderung lebih mampu menyelesaikan masalah dengan bijak, serta menyesuaikan diri dengan peran baru sebagai suami atau istri. Keberhasilan sebuah pernikahan salah satu aspeknya ialah kematangan emosi. Kematangan emosi sendiri dapat didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk menggunakan emosinya dengan baik, mengendalikan emosinya, dan menyalurkan emosinya pada hal-hal yang bermanfaat. Individu yang telah mencapai kematangan emosi dapat mengendalikan emosinya, berpikir secara lebih baik, dan melihat persoalan secara objektif.

Faktor lain yang menentukan keberhasilan sebuah pernikahan, ialah stabilitas finansial, kesiapan emosional dan psikologis, tujuan hidup, serta konteks sosial dan budaya juga memainkan peran yang sama pentingnya.

Menemukan pasangan yang tepat dan membangun hubungan yang kokoh menjadi hal penting sebagai penentu seseorang menikah, tidak hanya tentang mengikuti agenda sosial atau norma tertentu. Usia memang dapat menjadi salah satu indikator kedewasaan, tetapi tidak selalu menjadi tolok ukurnya. Karena kedewasaan sendiri merupakan suatu keadaan dimana seseorang telah mencapai tingkat kematangan dalam berpikir dan bertindak, sedangkan tingkat kematangan itu hadir pada masing-masing orang secara berbeda-beda. Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa mungkin saja sampai dengan akhir hayatnya manusia tidak pernah mengalami kedewasaan karena kedewasaan tidak selalu berbanding lurus dengan usia. Kedewasaan dalam pernikahan lebih terkait dengan kemampuan individu dalam berpikir dan bertindak secara matang. Seseorang yang menikah di usia muda dengan kematangan mental yang baik, belum tentu dapat menyelesaikan permasalahan rumah tangga dengan tenang dan positif. 

Di era modern ini, banyak kasus masalah rumah tangga yang berujung tragis karena kurangnya kematangan emosi dan komunikasi yang buruk. Entah itu terkait kekerasan dalam rumah tangga, cekcok, hingga yang berakhir dengan pembunuhan karena komunikasi yang tidak berjalan dengan baik maupun tingginya ego seseorang dalam menyelesaikan sebuah permasalah. Untuk itu perlu suatu kematangan emosi, kematangan individu, stabilitas finansial, kesiapan emosional dan psikologis, tujuan hidup, serta konteks sosial dan budaya semua memainkan peran yang sama pentingnya. 

Terlepas dari anggapan bahwa usia menjadi penentu utama, kedewasaan individu dalam menghadapi sebuah pernikahan jauh lebih penting. Kedewasaan tidak selalu sejalan dengan usia, setiap orang memiliki tingkat kedewasaan yang berbeda-beda dan inilah yang sebenarnya memengaruhi keberhasilan sebuah pernikahan. Pasangan yang memasuki pernikahan dengan kematangan emosi yang tinggi lebih mampu menghadapi tantangan dan konflik yang mungkin muncul. Pasangan yang memasuki ikatan pernikahan dengan kematangan emosi yang tinggi lebih mampu menghadapi berbagai masalah yang mungkin muncul. 

Terlalu terburu-buru menikah hanya untuk memenuhi ekspektasi sosial atau norma tertentu bisa berujung pada penyesalan di kemudian hari. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa menikah bukanlah sekadar mengikuti agenda sosial atau norma tertentu, tetapi tentang membangun hubungan yang kokoh dengan pasangan yang tepat.

Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, "Nikahkanlah orang yang kalian ridai akhlak dan agamanya." Ketika belum merasa siap, jangan terburu-buru atau dipaksa untuk menikah. Kesiapan adalah kunci untuk menghadapi beragam dinamika pernikahan, baik itu kesenangan maupun tantangan yang muncul. Jangan khawatir jika belum menemukan pasangan atau belum siap, karena jodoh akan datang pada waktunya.

Pernikahan bukan sekadar tentang umur dan cinta, melainkan tentang kesiapan untuk menerima segala hal mulai dari kebahagiaan hingga penderitaan, dari kekecewaan hingga penerimaan akan kekurangan pasangan. Oleh karena itu, persiapkanlah dengan baik sebelum melangkah ke dalam ikatan suci pernikahan.

Pernikahan bukanlah tentang siapa yang lebih cepat atau siapa yang lebih muda, melainkan tentang menemukan pasangan yang tepat dan membangun hubungan yang kokoh dan berkelanjutan. Jodoh akan datang pada waktu yang tepat, jadi jangan terlalu terburu-buru atau dipaksa untuk menikah jika memang belum siap.

Pernikahan adalah tentang kesiapan untuk menerima segala hal, baik suka maupun duka, serta kesiapan untuk saling mendukung dan memahami satu sama lain. Oleh karena itu, sebelum melangkah ke jenjang pernikahan, pastikan telah benar-benar siap dalam segala hal.

Dan penting untuk tidak menggeneralisasi atau menilai seseorang berdasarkan usianya saja, tetapi melihat keseluruhan gambaran dari kehidupan dan kesiapan mereka.

Biodata Penulis:

Rafika Kusuma Hidayati lahir pada tanggal 25 Maret 2004 di Surakarta. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa S-1, Ilmu Lingkungan, di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.