Tren Shimmer Menyala saat Lebaran Bikin Trauma

Banyak peminat baju berbahan Shimmer, karena terlihat elegan, warnanya soft dan cocok untuk hari Lebaran. Saking banyaknya peminat baju ini, ada ...

Hari Raya Idulfitri identik dengan saling bersilaturahmi kepada keluarga bahkan tetangga. Menjadi suatu tradisi ketika menjelang Lebaran masyarakat Indonesia berburu baju baru. Lebaran di setiap tahunnya selalu ada saja tren baju Lebaran, tahun kemarin baju yang viral adalah warna hijau sage. Lebaran tahun kemarin sampai-sampai lapangan untuk Salat Idulfitri dipenuhi warna hijau seperti rumput lapangan.

Kini, tren baju Lebaran yang tengah ramai dibahas di media sosial ialah tren baju Shimmer. Baju Shimmer yang tengah viral di Lebaran tahun ini tidak hanya gamis saja ada Shimmer Jilbab, Shimmer Kemeja, Rok Shimmer dan banyak macam lainnya.

Shimmer memiliki kharakteristik permukaan kainnya yang mengkilap. Banyak peminat baju berbahan Shimmer ini, karena terlihat elegan, warnanya soft dan cocok untuk hari Lebaran. Saking banyaknya peminat baju ini, ada penjual yang membagikan video di laman TikTok miliknya bagaimana baju Shimmer jualannya terjual laris. Penjual itu menerangkan keadaan tokonya sambil bilang “shimmer-shimmer”, hal ini yang menjadikan baju Shimmer viral di TikTok. Video itu banyak diparodikan Selegram-Selegram TikTok "bagaimana ketika orang-orang saat Lebaran nanti memakai baju silau?". Baju Shimmer malah dianggap norak karena parodi-parodi yang menyebar di media sosial.

Saya sebagai wanita yang menyukai baju-baju lucu ikut terdampak akibat pandangan orang-orang yang melihat baju Shimmer itu norak. Lebaran ini saya memutuskan untuk tidak membeli baju Shimmer, karena takut diolok-olok saudara atau tetangga saya. Seperti wanita lain yang ketika Lebaran memakai gamis baru. Saya membeli baju gamis yang kainnya tidak mencolok dan berkilau untuk menghindari kata-kata “shimmer-shimmer” terdengar.

Tren Shimmer Menyala saat Lebaran Bikin Trauma

Harapan saya tidak sesuai ketika saya ingin memakai kerudung berbahan Silk yang sudah saya beli sebelum video viral ibu-ibu itu menyebar. Bahan Silk berbeda dengan bahan Shimmer, bahan Silk mungkin menimbulkan kilauan ketika terkena cahaya matahari. Permukaanya juga berbeda, bahan Silk tidak terlalu menggelembung dan bertekstur halus. Shimmer dalam keadaan gelap tetap akan timbul kilauan dan teksturnya bergaris. Saya pikir karena berbeda dengan bahan Shimmer mungkin nggak akan mendapat olok-olok “shimmer-shimmer”. Kenyataannya ketika saya memutuskan memakai kerudung Silk di Lebaran hari ke-2, banyak yang nyorakin.

Paling parah saat itu saya tengah bersilaturahmi ke tetangga dan bertemu teman-teman desa saya yang bergerombol di pos kamling, seketika disoraki di sepanjang jalan “shimmer-shimmer”. Saya merasa sangat kesal, karena Shimmer dan Silk itu berbeda, tapi mereka menganggap kerudung yang saya pakai ini norak seperti Shimmer.

Ternyata tidak hanya saya yang mendapatkan trauma “shimmer-shimmer” di Lebaran kemarin. Wanita yang membagikan pengalamanya di sosial media juga mendapat respons yang kurang nyaman saat ia berkunjung di rumah neneknya. Wanita itu juga memakai kerudung berbahan Silk, tetapi tetangga neneknya ini ngevideo dan menertawakannya sambil bernyanyi “shimmer-shimmer”. Tanggapan wanita itu dalam videonya juga sangat kesal dan sampai menangis trauma di dalam mobil.

Dari kejadian-kejadian yang kurang nyaman dialami oleh beberapa warga Indonesia. Dapat kita simpulkan bahwa ada beberapa candaan yang membuat orang tidak nyaman bahkan trauma. Beberapa orang memiliki hati yang rapuh ketika mendengar ejekan tentang fisik, pakaian, atau barang-barang yang dikenakan. Maka dari itu kita harus menjaga ucapan kita sebelum berucap. Di sisi lain kita juga harus membuat hati kita percaya diri dan menganggap ucapan buruk kepada kita sebagai angin lewat saja.

Biodata Penulis:

Dinda Feta Falestri lahir pada tanggal 9 Februari 2005 di Boyolali. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret.
© Sepenuhnya. All rights reserved.