Tips Bahagia Ala Kaum Stoa

Kaum Stoa merupakan sekelompok kaum pada zaman Yunani Kuno yang berhasil mengembangkan logika menjadi bentuk-bentuk penalaran yang sistematis.

3000 tahun sebelum masehi, seorang pedagang kaya dari Siprus melakukan perjalanannya dari Phoenicia menuju Peiraeus dengan kapal yang melewati laut Mediterania, pedagang tersebut bernama Zeno. Ia membawa barang khas dari Phoenicia berupa pewarna tekstil berwarna ungu yang sangat mahal, namun di tengah perjalanannya kapal yang ditumpangi Zeno karam dan membuatnya kehilangan seluruh barang yang dibawanya dan terdampar di Athena. Di sebuah toko buku ia tertarik dengan buku filsafat dan bertanya pada penjual buku tersebut di mana ia bisa bertemu dengan para filsuf tersebut, kebetulan Crates melintasi toko dan Zeno belajar filsafat dari Crates dengan aliran Cynic, sampai Zeno mengajar sendiri di sebuah teras berpilar atau alun-alun Yunani, sejak saat itu pengikut filsafat tersebut diberi nama “Kaum Stoa” – Filosofi Teras, Henry Manampiring.

Kaum Stoa merupakan sekelompok kaum pada zaman Yunani Kuno yang berhasil mengembangkan logika menjadi bentuk-bentuk penalaran yang sistematis. Kaum Stoa mengenalkan tentang argumentasi disjungtif dan hipotesis. Yang saat ini terkenal dengan filsafat Stoa yang dijadikan buku Filosofi Teras. Filsafat Stoa mengajarkan kita bahwa tidak semua hal itu buruk atau sial, karena tergantung dengan cara pandang kita tentang masalah atau kesialan yang kita lewati.

Bahagia adalah saat kita merasakan kedamaian dan tidak merasa terganggu. Bagi Kaum Stoa terdapat istilah Bahagia seperti Ataraxia dari akar kata Yunani Atarakos yang memiliki arti not troubled atau tidak masalah, dan istilah Apatheia yang memiliki arti situasi dimana kita bebas dari segala emosi dan nafsu-nafsu (seperti iri hati, amarah, kecewa, dan rasa pahit).

Tips Bahagia Ala Kaum Stoa

Para filsuf Stoa memberikan tips yang dapat dilakukan untuk menjadi manusia yang lebih bahagia tanpa harus bergantung pada harta, prestasi, warna kulit, karier atau profesi. Berikut beberapa tips dari filsuf Stoa:

  1. Hidup selaras dengan alam, filsuf Stoa percaya bahwa segala sesuatu di alam memiliki keterkaitannya. Melawan alam karena kita tidak suka dengan apa yang terjadi adalah hal yang sia-sia, apalagi marah-marah dengan peristiwa yang sudah terjadi, hal itu sangat sia-sia.
  2. Memahami dikotomi kendali, para filsuf sepakat adanya hal yang bisa kita kendalikan dan ada pula yang tidak bisa. Kita tidak bisa selalu mengendalikan opini dan tindakan orang lain, terlebih kesehatan dan kekayaan, kita hanya bisa berusaha untuk mempertahankannya. Kebahagiaan datang dari hal yang bisa kita kendalikan seperti opini kita, tujuan kita, dan keinginan kita, maka dari itu kita tidak boleh menggantungkan kebahagiaan pada hal yang tidak bisa kita kendalikan sendiri.
  3. Mengendalikan interpretasi dan persepsi, bentuk keresahan dan kecemasan muncul dari dalam diri kita sendiri, artinya kita dapat mengendalikan hal tersebut. Contoh mudahnya yaitu saat kehilangan pekerjaan, Kaum Stoa memiliki pemikiran yang tenang, tanggapan yang dilakukan mereka yaitu “ini kesempatan untuk mencoba bidang baru, lumayan mengembangkan kemampuan saya.” Dan saat terjebak kemacetan Kaum Stoa memilih untuk tenang dan mencari ide agar waktunya tidak terbuang sia-sia dengan membaca buku atau berita pagi hari.
  4. Metode S – T – A – R , yaitu Stop – Think and Asses – Respond. Metode ini bermanfaat untuk menahan rasa emosi, selain itu Filsuf Stoa mengajarkan bahwa kita tidak boleh tergesa dalam melakukan sesuatu. Metode S – T – A – R ini membutuhkan kemampuan mendeteksi emosi dari dalam diri ini, jadi jika sudah merasa ingin marah terapkan metode ini.
  5. Mengendalikan dan memperkuat mental, kita tidak boleh menyiksa diri kita sendiri dengan pikiran kita atau bahasa kekiniannya kita tidak boleh negative thinking, namun pada poin ke 6…
  6. Premeditatio malorum atau memikirkan hal buruk yang mungkin terjadi, hal tersebut dilakukan agar saat kita mendapati hal buruk tersebut kita tidak akan memaklumi hal tersebut karena sudah paham atau mengetahuinya, dan kita tidak terlalu sedih.
  7. Kita tidak boleh ribet, jika menemukan hal yang tidak kita suka, ya sudah kita meninggalkannya atau menggantinya saja, karena hal yang ribet membuat emosi kita ikut naik, kan?
  8. Amor fati atau mencintai takdir, kita harus mensyukuri apa yang terjadi di masa kini, namun beberapa orang berharap untuk tidak ada di situasi ini. Stoisisme mengajarkan kita untuk melihat tidak hanya dari satu sudut pandang, contohnya yaitu saat kita berada di keramaian dan ternyata sepatu yang kita miliki diambil orang lain, di sini kita bisa berpikir “Mungkin ini waktunya untuk ganti model sepatu lagi.” Atau kita bisa menuju pusat pencarian barang hilang sebagai suatu pengalaman.
  9. Jangan baper, baper membuat kita berada pada suatu masalah, baper pada buaya darat misalnya, yang akan membuat sakit hati yang kemudian berdampak pada rasa bahagia kita yang berganti menjadi sedih. Baper adalah persepsi kita sendiri yang sering kali kita tergesa dalam menyimpulkannya. Hal tersebut menimbulkan masalah karena hanya dari diri kita yang menyimpulkannya, yang belum tentu benar dan dapat merusak suatu hubungan.
Dari Kaum Stoa kita mengetahui bahwa seluruh peristiwa yang terjadi di alam ini merupakan takdir yang sudah digariskan, dan kita hanya bisa mengendalikan apa yang ada di dalam diri kita sendiri. Selain itu marah-marah dan segala bentuk melawan alam adalah hal yang sia-sia, karena hal yang mudah adalah kita hanya perlu menikmati apa yang ada sekarang ini dengan kebahagiaan dan kedamaian.

Biodata Penulis:

Maula Sherin Sheliana saat ini aktif sebagai mahasiswa, Ilmu Lingkungan, di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.