The Man: Lelaki yang Dikagumi, Perempuan yang Dikritik

“The Man” adalah salah satu lagu dari album Taylor Swift berjudul Lover yang dirilis pada tahun 2019 lalu. Dalam lagu ini, Taylor Swift dengan ...

Taylor Swift, seorang ikon penyanyi pop, tidak hanya dikenal karena bakatnya dalam menciptakan lagu yang menggugah, namun juga karena kemahirannya dalam menyampaikan pesan-pesan yang dalam melalui lirik dalam lagunya. Salah satu lagunya yang fenomenal dengan mencerminkan kekuatan emosional yang luar biasa bertajuk “The Man”.

“The Man” adalah salah satu lagu dari album Taylor Swift berjudul Lover yang dirilis pada tahun 2019 lalu. Dalam lagu ini, Taylor Swift dengan sangat jujur mengungkapkan perjuangannya melawan isu ketidaksetaraan gender yang dialaminya. Taylor Swift menyampaikan pesan kuat tentang stereotip gender, penghargaan yang tak seimbang, dan tantangan yang dihadapi para kaum perempuan dalam budaya patriarki di segala bidang terutama dalam dunia pekerjaan.

Musik digunakan sebagai media penyampaian makna sebagaimana Taylor Swift menafsirkan pesan untuk khalayak yang ia tulis dalam lagunya. Dalam lagu “The Man”, Taylor Swift menggunakan lirik yang tajam dan penuh keberanian untuk memperlihatkan perbedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan di lingkungan masyarakat.

Taylor Swift menghadapi kritik dan penilaian akan perilakunya, namun apabila pria yang melakukannya hal tersebut akan dinormalisasi dan bahkan dipuji oleh standar dan nilai dari para masyarakat.

“The Man” menyampaikan gagasan bahwa perempuan harus mencapai ke standar tertentu agar setara dan sama berharganya dengan laki-laki. Namun, standar dan ketentuan ini selalu dan pasti dilakukan oleh laki-laki. Oleh karena itu, Taylor Swift mengajak para pendengarnya dalam upaya untuk menabrak stereotip yang menetapkan laki-laki di tahta tertinggi.

The Man Lelaki yang Dikagumi, Perempuan yang Dikritik

Lirik dalam lagu ini merupakan kritik terhadap representasi dan stereotip gender perempuan dalam masyarakat. Taylor Swift secara langsung menyebutkan bagaimana representasi perempuan dan laki-laki di masyarakat dalam perjalanan karirnya. Ia memperlihatkan bagaimana sudut pandang bagi perempuan jika mendapat hak dan kewajiban yang sama dengan laki-laki.

Taylor Swift juga menjelaskan bahwa ia mengidealkan bagaimana jika karirnya berada di kondisi tersebut, sebab keberadaan dan ruang bagi perempuan tidak bisa disamakan posisinya dengan laki-laki. 

Dalam masyarakat yang kapitalis, seorang perempuan dituntut untuk harus bersikap kejam dan bekerja dua kali lipat sehingga dapat mengikuti aturan laki-laki agar diberi kesempatan untuk maju dan bisa diakui bahwa perempuan juga dapat mengukir karya tanpa batasan tertentu. Taylor Swift menulis:

"I’m so sick of running as fast as I can 

Wondering if I’d get there quicker if I was a man 

And I’m so sick of them coming at me again 

Cause if I was a man, then I’d be the man"

Terjemahan:

"Aku muak berusaha terlalu keras

Bertanya-tanya apakah aku akan sukses lebih cepat jika aku seorang lelaki

Dan aku sangat muak dengan mereka yang terus mengkritikku

Karena jika aku seorang lelaki, maka aku akan menjadi lelaki paling sejati"

Taylor Swift tahu bahwa segala pencapaiannya di industri musik akan sangat mengesankan jika dia bukan perempuan, representasinya sebagai penyanyi akan sangat berbeda. Ketimpangan gender terutama di dunia kerja yang sering kali terjadi adalah ketidakadilan terhadap perempuan.

Perempuan perlu berusaha lebih keras dibandingkan laki-laki jika ingin tujuan dan impiannya terpenuhi. Laki-laki lebih memiliki keuntungan dalam dunia pekerjaan daripada perempuan karena pandangan umum masyarakat yang masih menganut maskulinitas. Laki-laki dapat dengan mudahnya berada pada puncak karirnya.

Taylor Swift merasa muak seperti yang disampaikan dalam lirik "I'm so sick of running as fast as I can, wondering if I'd get there quicker if I was a man", ia menggambarkan bagaimana wanita sering merasa perlu berjuang dua kali lipat untuk mendapatkan pengakuan yang sama dengan pria.

Sering kali juga masyarakat mengkritik, menghakimi, merendahkan atau meragukan kemampuan dan kesuksesan seorang perempuan yang berprestasi. Perempuan dikepung oleh budaya patriarki ketika akan atau bahkan sudah meraih sesuatu dalam hidupnya.

"They’d say I hustled, put in a work

They wouldn’t shake their heads and question how much of this I deserve 

What I was wearing, if I was rude 

Could all be separated from my good ideas and power moves"

Terjemahan:

"Mereka akan mengatakan aku seorang pekerja keras

Mereka tidak akan kagum dan mempertanyakan seberapa layak aku mendapatkan kesuksesan ini

'Pakaian apa yang aku kenakan?' 'Apakah aku seorang yang kejam?'

Bisakah pertanyaan-pertanyaan itu dipisahkan dari kreativitasku?"

Peran perempuan dalam bidang karirnya tertutup oleh perbedaan gender yang sangat terang-terangan. Perempuan kurang mendapatkan apresiasi dan penghargaan pencapaian di sepanjang karirnya. Akan selalu ada bagi mereka suatu hal tertentu yang dirasa tidak dapat dijangkau perempuan bukan karena ambisinya namun karena gendernya. Asumsi ini menjadikan wanita tidak boleh lebih tinggi posisinya daripada laki-laki. Taylor Swift menyoroti adanya kesenjangan antara kedua gender tersebut, suara dan seruan perempuan tak didengar lalu hak perempuan tak kunjung menemui titik terang. 

“The Man” adalah karya musik yang luar biasa melampaui sebuah lagu bila hanya untuk rekreasi. Dalam penulisan lirik di lagu ini menyampaikan seluruh suara perempuan dari segala penjuru dunia. Taylor Swift menyoroti kesenjangan dan perbedaan yang terus-menerus perempuan hadapi.

Taylor Swift membahas bagaimana hal yang dikatakan dan dilakukan perempuan akan dilihat secara berbeda dengan laki-laki, dan bagaimana hal ini tidak mungkin dapat memisahkan siapa dirinya, pencapaiannya, karirnya, dan konsep mengenai budaya patriarki bagi perempuan.

Dalam liriknya, ia memberikan pesan yang kuat dan mendalam sebagai representasi “The Man” menjadi lagu yang membawa perubahan dan pemberdayaan. Lagu ini diharapkan akan terus menggema dan menginspirasi generasi mendatang dalam pembentukan pola pikir yang terbuka dan ramah perempuan.

Rossiana Indah Permatasari

Biodata Penulis:

Rossiana Indah Permatasari saat ini aktif sebagai mahasiswa, Ilmu Lingkungan, di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.