Surat Pendek kepada Paman di Kota
Pamanku yang baik
Pohon nangka yang menemani masa kanak-kanakmu itu
Sudah lama ditebang
Lalu, sungai tempat berenang tiap hari
Sudah keruh airnya dan kotor
Tanah lapang di sudut desa
Tidak lagi bisa untuk main bola dan layang-layang
Beberapa rumah sudah berdiri di atasnya
Begitu pula sawah di sekitar rumah kakek-nenek
Kini menjadi perkampungan yang sangat rapat
Sumber: Surat dari Samudra (2018)
Analisis Puisi:
Puisi "Surat Pendek kepada Paman di Kota" karya Bambang Tri Subeno menyampaikan nostalgia dan perubahan lingkungan desa melalui narasi yang sederhana namun mengena. Dengan menggunakan bentuk surat, puisi ini menghadirkan sebuah pesan personal yang kuat kepada pembaca, menggambarkan perubahan drastis yang terjadi di desa tempat paman penulis tumbuh.
Struktur dan Gaya Bahasa
Puisi ini terdiri dari satu bait panjang dengan kalimat-kalimat yang langsung dan tanpa banyak metafora yang kompleks. Bentuk surat membuatnya terasa lebih intim dan personal, seolah-olah kita sedang membaca surat yang sebenarnya dikirim dari seorang keponakan kepada pamannya.
Tema dan Makna
Tema utama puisi ini adalah perubahan dan nostalgia. Melalui gambaran perubahan fisik di desa, penulis menyampaikan kesedihan atas hilangnya kenangan masa kecil dan perubahan lingkungan yang drastis.
- Pamanku yang baik: Pembukaan ini menunjukkan rasa hormat dan kasih sayang penulis kepada pamannya. Ini menetapkan nada yang personal dan hangat untuk seluruh puisi.
- Pohon nangka yang menemani masa kanak-kanakmu itu / Sudah lama ditebang: Pohon nangka di sini berfungsi sebagai simbol kenangan masa kecil yang manis, kini telah hilang. Penebangan pohon ini menandakan hilangnya sebagian dari masa lalu dan nostalgia.
- Sungai tempat berenang tiap hari / Sudah keruh airnya dan kotor: Sungai yang dulu bersih dan menjadi tempat bermain kini berubah menjadi kotor. Ini menggambarkan degradasi lingkungan yang terjadi akibat perubahan dan mungkin juga urbanisasi.
- Tanah lapang di sudut desa / Tidak lagi bisa untuk main bola dan layang-layang / Beberapa rumah sudah berdiri di atasnya: Tanah lapang yang dulu menjadi tempat bermain sekarang telah digantikan oleh rumah-rumah, menunjukkan perubahan fungsi ruang di desa dan hilangnya tempat bermain anak-anak.
- Begitu pula sawah di sekitar rumah kakek-nenek / Kini menjadi perkampungan yang sangat rapat: Sawah yang dulu menjadi bagian penting dari lanskap pedesaan dan sumber penghidupan kini telah berubah menjadi perkampungan yang padat. Ini mengindikasikan urbanisasi dan hilangnya lahan pertanian.
Nostalgia dan Kehilangan
Puisi ini sangat kental dengan nuansa nostalgia dan rasa kehilangan. Penulis menyampaikan perubahan yang terjadi dengan nada sedih dan penuh penyesalan. Kenangan masa kecil yang penuh keceriaan dan kebebasan kini hanya tinggal cerita, digantikan oleh pembangunan dan perubahan yang membawa dampak negatif terhadap lingkungan dan kehidupan sosial di desa.
Pesan dan Relevansi
Pesan yang disampaikan oleh puisi ini adalah tentang dampak negatif dari urbanisasi dan pembangunan yang tidak terkendali. Ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga lingkungan dan warisan budaya yang berharga dari masa lalu. Puisi ini relevan dalam konteks modern, di mana banyak daerah pedesaan mengalami perubahan yang serupa, sering kali mengorbankan nilai-nilai tradisional dan keindahan alam.
Puisi "Surat Pendek kepada Paman di Kota" karya Bambang Tri Subeno adalah puisi yang menyentuh dan penuh makna tentang perubahan dan nostalgia. Melalui narasi sederhana dan personal, puisi ini menggambarkan perubahan drastis yang terjadi di desa, menyoroti hilangnya kenangan masa kecil dan degradasi lingkungan. Pesan puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga lingkungan dan menghargai warisan budaya, serta dampak urbanisasi yang tidak selalu positif. Ini adalah puisi yang mengajak pembaca untuk merenungkan perubahan yang terjadi di sekitar kita dan pentingnya mempertahankan keindahan dan nilai-nilai tradisional yang berharga.
Karya: Bambang Tri Subeno
Biodata Bambang Tri Subeno:
- Bambang Tri Subeno lahir pada tanggal 17 Maret 1966 di Wonogiri.
- Bambang Tri Subeno meninggal dunia pada tanggal 3 Juli 2021.