Sumber: Mimbar Indonesia (Agustus, 1948)
Analisis Puisi:
Puisi "Sriwedari" karya Mahatmanto menghadirkan sebuah narasi yang penuh dengan imaji-imaji yang kuat dan intensitas emosional yang mendalam. Dalam puisi ini, Mahatmanto menggambarkan pengalaman batin seseorang yang terombang-ambing antara kenangan lama dan realitas yang pahit.
Tema dan Atmosfer
Puisi ini mengeksplorasi tema-tema kegelapan, kekerasan, dan kebingungan emosional. Mahatmanto menggunakan metafora Sriwedari, yang mungkin mengacu pada kebun raya atau tempat hiburan, untuk menciptakan latar yang kontras dengan pengalaman emosional yang terasa begitu menyakitkan dan intens.
Imajeri yang Kuat
Puisi ini kaya akan imaji-imaji yang intens dan menggugah. Misalnya, "buaya betina Sriwedari" yang diiringi dengan "kerling tajam" dan "mata burung hantu" yang "menembus gelap kelam" memberikan kesan ketegangan dan kegelapan yang mendalam. Imaji-imaji ini tidak hanya menggambarkan lanskap fisik, tetapi juga mencerminkan keadaan emosional yang berkecamuk di dalam hati penyair.
Gaya Bahasa dan Ekspresi Emosional
Gaya bahasa Mahatmanto dalam puisi ini terasa puitis namun juga membingungkan. Pemilihan kata-kata yang intens dan penggunaan frasa-frasa yang membingungkan seperti "nyeri veneri / menggigit menyengat / menikam tajam / kejam, laknat ......... keparat........." menambahkan lapisan dramatis dan kebingungan yang mendalam dalam pengalaman yang digambarkan.
Struktur dan Penyampaian
Puisi ini terstruktur dalam baris-baris yang pendek namun sarat dengan makna. Tiap bait membawa pembaca melalui pengalaman emosional yang kompleks, dari kenangan lama yang menyakitkan hingga realitas yang tak terhindarkan. Struktur ini mencerminkan perjalanan batin yang rumit dan penuh ketegangan.
Puisi "Sriwedari" karya Mahatmanto adalah sebuah eksplorasi yang mendalam tentang kegelapan emosional dan konflik batin. Dengan menggunakan imaji-imaji yang kuat dan gaya bahasa yang intens, Mahatmanto berhasil menghadirkan sebuah karya yang memprovokasi dan menggugah untuk merenungkan makna-makna yang tersembunyi di balik kehidupan dan pengalaman manusia.
Dengan demikian, puisi "Sriwedari" bukan sekadar sebuah puisi, tetapi juga sebuah cerminan dari kompleksitas kehidupan dan pertarungan batin yang tiada henti.
Karya: Mahatmanto
Biodata Mahatmanto:
- Mahatmanto (nama sebenarnya adalah R. Suradal Abdul Manan) lahir di Kulur, Adikarta, Yogyakarta, pada tanggal 13 Agustus 1924.
- Dalam dunia sastra, Mahatmanto menggunakan cukup banyak nama samaran, beberapa di antaranya adalah Abu Chalis, Murbaningrt, Murbaningsih, Murbaningrad, Moerbaningsih, SA Murbaningrad, Suradal, Sang Agung, dan Sri Armajati Murbaningsih.