Puisi: Sambutan Pada Bayi Lahir (Karya S.K. Insan Kamil)

Puisi "Sambutan Pada Bayi Lahir" karya S.K. Insan Kamil mengangkat tema kesulitan hidup dan harapan masa depan melalui kelahiran seorang bayi.
Sambutan Pada Bayi Lahir

Bertanya hati ibu yang terkulai letih
Dari kemelut melawan maut,
Siapa sambut manusia baru
Selain kita, derita dan kelam?

Dia anak kelima dan kita masih di sini
Di hati yang keras tak bisa tawa.

Hanya sejengkal -- ah, dekat sekali --
Jarak antara teratak kita
dan sorga di sebelah,
Mengapa kita masih macet juga di sini.

Begini panjangnya dahaga musim kemarau,
Di tangan siapa kemudi musim.

Sudahlah,
Sedang gula sekarang kurang manisnya.
Gelak pesta di sebelah
Di luar dunia kita!

Besok kita terus kerja cari madu,
Cari senyum dan cerah matamu.
Dan ini bayi akan teruskan kerja kita
Dengan tangan dan langkah tegap-pasti.

Sekarang diamlah
jika bersuara derita semakin parah....

Sumber: Mimbar Indonesia (Juni, 1964)

Analisis Puisi:

Puisi "Sambutan Pada Bayi Lahir" karya S.K. Insan Kamil mengangkat tema kesulitan hidup dan harapan masa depan melalui kelahiran seorang bayi. Dalam suasana yang penuh dengan penderitaan dan kesusahan, kelahiran bayi ini menjadi simbol harapan baru dan kemungkinan perbaikan di masa depan.

Struktur dan Nada

Puisi ini dibagi menjadi tujuh bait dengan alur yang mengalir dan nada yang penuh ketegangan namun diimbangi dengan harapan. Nada yang digunakan dalam puisi ini adalah reflektif dan melankolis, mencerminkan rasa lelah dan putus asa dari sang ibu, namun juga terdapat secercah harapan melalui kelahiran sang bayi.

Penggunaan Bahasa dan Imaji

Bahasa yang digunakan dalam puisi ini sederhana namun penuh dengan makna mendalam. Imaji yang kuat tercipta melalui deskripsi yang hidup, seperti "kemelut melawan maut" yang menggambarkan perjuangan ibu saat melahirkan. Frasa "derita dan kelam" dan "dahaga musim kemarau" menciptakan suasana kesulitan dan penderitaan yang mendalam. Sebaliknya, kata-kata seperti "madu," "senyum," dan "cerah matamu" memberikan kontras yang menunjukkan harapan dan kebahagiaan yang diinginkan.

Karakterisasi

Karakter utama dalam puisi ini adalah sang ibu yang baru saja melahirkan dan anak yang baru lahir. Sang ibu digambarkan sebagai sosok yang letih dan penuh penderitaan namun tetap memiliki harapan untuk masa depan yang lebih baik bagi anaknya. Anak yang baru lahir menjadi simbol harapan dan penerus perjuangan keluarga.

Simbolisme

Simbolisme dalam puisi ini sangat kuat. Kelahiran bayi menjadi simbol harapan dan masa depan yang lebih baik di tengah penderitaan. "Teratak kita" dan "sorga di sebelah" menggambarkan kontras antara kehidupan yang keras dan kebahagiaan yang diinginkan. "Musim kemarau" menjadi simbol kesulitan yang panjang, sedangkan "madu" melambangkan kebahagiaan dan kemanisan yang diidamkan.

Pesan Sosial dan Kemanusiaan

Puisi ini menyampaikan pesan sosial yang kuat tentang realitas kehidupan yang keras dan penuh penderitaan, namun juga menggarisbawahi pentingnya harapan dan kerja keras untuk masa depan yang lebih baik. Pesan kemanusiaan yang tersirat adalah bahwa setiap kelahiran adalah kesempatan baru untuk memperbaiki keadaan dan meneruskan perjuangan.

Puisi "Sambutan Pada Bayi Lahir" karya S.K. Insan Kamil adalah puisi yang menggambarkan kesulitan hidup dan harapan masa depan melalui kelahiran seorang bayi. Melalui penggunaan bahasa yang sederhana namun penuh makna, penyair berhasil menciptakan imajeri yang kuat dan simbolisme yang mendalam. Tema tentang perjuangan hidup, penderitaan, dan harapan memberikan kedalaman pada puisi ini, menjadikannya karya yang menyentuh dan penuh inspirasi. Pesan sosial dan kemanusiaan yang disampaikan melalui puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya terus berjuang dan berharap, meskipun dalam kondisi yang sulit.

S.K. Insan Kamil
Puisi: Sambutan Pada Bayi Lahir
Karya: S.K. Insan Kamil

Biodata S.K. Insan Kamil:
  • S.K. Insan kamil (nama lengkapnya adalah Sirullah Kaelani Insankamil) lahir pada tanggal 22 Februari 1928 di Jatiseeng Ciledug, Cirebon.
  • S.K. Insan kamil meninggal dunia pada tanggal 3 Oktober 1990.
  • S.K. Insan kamil pernah menggunakan beberapa nama samaran: Sirullah, Sirullah Kaelani, Sirullah I.K, dan S.K. Kamil.
© Sepenuhnya. All rights reserved.