Puisi: Mensyukuri Gerimis Hujan (Karya Hillari Dita Regi)

Puisi "Mensyukuri Gerimis Hujan" karya Hillari Dita Regi menggambarkan momen reflektif seorang individu yang mengalami kesulitan tetapi menemukan ...

Mensyukuri Gerimis Hujan


sepulang menjalankan tugas - masih dalam ibadah puasa
aku memburu jarum jam yang merambat pelan-pelan
di tengah perjalanan, waktu berbuka tiba
tak mungkin aku mampir warung di kanan-kiri jalan yang
penuh antrean

aku harus belajar bersyukur
dengan air hujan yang menderas dari atas
aku berbuka dengan rasa bahagia
jika air hujan yang Kau limpahkan mampu mengusir
amuk hausku yang membakar itu
aku merasa kurang bersyukur saat beragam jus
yang selama ini kunikmati hanya terasa sekadar warna-warni
aku akan belajar bersyukur dengan beragam minuman
yang akan terus kupesan
Bukankah Tuhan masih tersenyum bahagia menyediakan?

Sumber: Surat dari Samudra (2018)

Analisis Puisi:

Puisi "Mensyukuri Gerimis Hujan" karya Hillari Dita Regi menggambarkan momen reflektif seorang individu yang mengalami kesulitan tetapi menemukan makna syukur di tengah keadaan tersebut. Puisi ini memadukan tema ibadah, perjalanan, dan introspeksi diri dengan nuansa religius yang kental.

Tema dan Makna

Tema utama dari puisi ini adalah syukur dan penghayatan spiritual dalam menghadapi kesulitan. Momen berbuka puasa di tengah perjalanan yang diwarnai hujan deras menjadi titik sentral di mana penulis merefleksikan tentang pentingnya bersyukur atas segala hal, bahkan yang tampaknya sepele seperti hujan. Melalui hujan, penulis menemukan rasa syukur yang lebih mendalam dibandingkan dengan kenikmatan material yang biasa dinikmati.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini terdiri dari dua bait dengan pola baris yang tidak teratur. Gaya bahasa yang digunakan bersifat naratif dengan deskripsi yang mendetail tentang pengalaman penulis. Kalimat-kalimat dalam puisi ini lebih panjang dan bercerita, memberikan kesan reflektif dan mendalam.

Imaji dan Simbolisme

Hillari Dita Regi menggunakan imaji visual dan sensorik untuk menggambarkan situasi berbuka puasa di tengah hujan. "Air hujan yang menderas dari atas" dan "amuk hausku yang membakar" adalah contoh dari imaji yang kuat dalam puisi ini. Hujan dalam puisi ini berfungsi sebagai simbol berkah dan anugerah Tuhan yang sederhana tetapi penuh makna. Jus yang biasanya dinikmati di hari-hari biasa menjadi simbol kenikmatan material yang sering kali diabaikan nilainya.

Emosi dan Suasana

Puisi ini menyiratkan perasaan syukur, refleksi, dan kebahagiaan yang mendalam. Ada perubahan suasana dari ketergesaan dan kegelisahan dalam perjalanan menuju rasa tenang dan puas saat penulis memutuskan untuk bersyukur dengan apa yang ada. Emosi dalam puisi ini beralih dari ketegangan karena waktu berbuka yang hampir tiba menjadi ketenangan dan kepuasan batin.

Pesan

Pesan utama dari puisi ini adalah pentingnya bersyukur atas segala hal yang diberikan Tuhan, baik yang besar maupun yang kecil. Penulis mengajak pembaca untuk melihat berkah dalam segala situasi dan menemukan rasa syukur yang mendalam bahkan dalam kondisi yang tidak ideal. Ini juga menggambarkan bahwa kebahagiaan sejati datang dari penghayatan spiritual dan syukur atas apa yang ada, bukan dari materi atau kenyamanan fisik semata.

Puisi "Mensyukuri Gerimis Hujan" karya Hillari Dita Regi adalah refleksi puitis tentang pentingnya syukur dalam kehidupan sehari-hari, terutama di saat-saat sulit. Melalui penggunaan imaji yang kuat dan gaya naratif yang mendalam, penulis menggambarkan bagaimana menemukan makna syukur dalam hujan yang turun di tengah perjalanan berbuka puasa. Puisi ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati dan rasa puas dapat ditemukan dalam berkah yang sederhana dan penghayatan spiritual yang mendalam.

Hillari Dita Regi
Puisi: Mensyukuri Gerimis Hujan
Karya: Hillari Dita Regi
© Sepenuhnya. All rights reserved.