Puisi: Hari-Hari di Musim Panas (Karya Mahbub Djunaidi)

Puisi "Hari-Hari di Musim Panas" karya Mahbub Djunaidi mengeksplorasi tema-tema alam, waktu, dan kehidupan dengan bahasa metaforis yang mendalam.
Hari-Hari di Musim Panas

Landai tanah tiada bertopi
Bendungan air gemuruhnya sepi
Merayaplah tiap tumbuhan merayap
Gemuruh tiada ‘kan sampai tepi

Kusingkaplah tabir
Teratak pojok empat menyongsong langit
Perawan bersimpuh jela-jela rambutnya
Mimpi hari yang datang
Kenang hari yang lusa
Heranlah sempat menjangkau apa
Yang disebut waktu lari-cinta

Derum sampai di sini
Anak angin kehilangan induknya
Dan yang mati-matilah sirna
Dan yang lahir-lahirlah cinta
Supaya kembali deru yang abadi

Awan membunga lebar-lebar
Berkerut mukaku atas telaga
Yang bening dan berikan bendera
Songsong anggapan ini
Muka barut-barut sendiri

Perawan bersimpuh jela-jela rambutnya
Dan yang lahir-lahirlah cinta
Berkerut mukaku atas telaga

Sumber: Majalah Siasat (23 Agustus 1953)

Analisis Puisi:

Puisi "Hari-Hari di Musim Panas" karya Mahbub Djunaidi membawa pembaca ke dalam dunia alam yang indah dan kompleks. Puisi ini mengeksplorasi tema-tema alam, waktu, dan kehidupan dengan bahasa metaforis yang mendalam.

Gambaran Alam dan Alam Bawah Sadar: Penyair menggunakan gambaran alam, seperti tanah, air, dan tumbuhan, sebagai simbol untuk menggambarkan kehidupan, waktu, dan perubahan. Deru air, tumbuhan yang merayap, dan langit yang disongsong menjadi metafora yang memikat untuk menyampaikan ketidakterbatasan dan kompleksitas alam serta alam bawah sadar manusia.

Waktu dan Keabadian: Puisi ini menyoroti konsep waktu dengan cara yang kompleks. Penyair menyentuh tema tentang waktu dan keabadian dengan kalimat-kalimat seperti "yang disebut waktu lari-cinta" dan "supaya kembali deru yang abadi." Ini mengeksplorasi perubahan dan kontinuitas, menegaskan bahwa keabadian ada dalam perubahan yang terus-menerus.

Kehidupan, Cinta, dan Alam: Penyair mengaitkan kehidupan, cinta, dan perubahan alam secara halus. Puisi ini mencerminkan keadaan kehidupan yang selalu berubah, seperti kelahiran, kematian, dan cinta yang ada di dalamnya, serupa dengan perubahan alam pada musim panas.

Kompleksitas Wawasan dan Kehidupan: Dengan penggunaan bahasa metaforis, penyair menampilkan keindahan dan kompleksitas kehidupan serta alam. Puisi ini tidak menyediakan jawaban yang jelas, tetapi mengajak pembaca untuk merenung dan menggali makna dari setiap barisnya.

Puisi "Hari-Hari di Musim Panas" karya Mahbub Djunaidi adalah sebuah eksplorasi yang mendalam tentang kehidupan, alam, waktu, dan keabadian. Melalui bahasa metaforis yang kuat, penyair menciptakan gambaran alam yang indah dan mengundang pembaca untuk merenung tentang perubahan, kehidupan, dan keabadian.

Puisi: Hari-hari di Musim Panas
Puisi: Hari-Hari di Musim Panas
Karya: Mahbub Djunaidi

Biodata Mahbub Djunaidi:
  • Mahbub Djunaidi (dieja Mahbub Junaidi) lahir di Jakarta, pada tanggal 27 Juli 1933.
  • Mahbub Djunaidi meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 1 Oktober 1995 (pada usia 62 tahun).
  • Mahbub Djunaidi adalah salah satu sastrawan angkatan 1966-1970-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.