Puisi: Cikotok (Karya Indonesia O'Galelano)

Puisi "Cikotok" karya Indonesia O'Galelano mengeksplorasi tema eksploitasi alam dan manusia, serta ketidakadilan sosial yang terjadi di wilayah ...
Cikotok
lagu pamit bagi letkol guritno

di sebuah siang cerah bulan juni
waktu deburan ombak pelabuan ratu
menyobek pasang surut terurai
kakek tua pembuka pintu konsesi cimaja
menyuruh Tamu masuk ke cikotok

antara deretan gedung megah pegawai
dan bedeng panjang kuli tambang
tuan pilih rumah sederhana
seorang perwira pensiun, pikirku tak habis

di bawah kacamatamu ribuan orang
berpesta, dan terbaring menghitung nasib
tuan terseok antara kuasa dan hak pekerja

cikotok direbut dengan lugu putih
di atas kamar kerjamu samping kanan
tuan disuruh negara membarut
bumi mahal di selatan banten ini
tapi neng euis sitirahayu, puteri mandor toha
perlu duit buat sekolah
-- bapak sudah tua 47 tahun, katanya
mana duit?

kalau batu menggilas si ujang engging
dan cacat sedih seumur hidup
ара kata tuan dan juga negara?
upah dan ranjang rumah sakit
tak sepuas menghapus bintul pilu di dada

di sebuah siang cerah bulan juni
waktu deburan ombak ujungkulon
menampal petang yang turun di keterikan tadi
supir tuan membawaku pulang

dari kelok jalan terakir
termangu kugumam
memakulah bukit cikotok permai
si monaconya banten selatan

1961

Sumber: Mimbar Indonesia (September, 1964)

Analisis Puisi:

Puisi "Cikotok" karya Indonesia O'Galelano mengeksplorasi tema eksploitasi alam dan manusia, serta ketidakadilan sosial yang terjadi di wilayah penambangan. Lewat gambaran kehidupan sehari-hari di Cikotok, penulis menunjukkan ketimpangan antara para pekerja tambang dan pejabat yang memiliki kekuasaan.

Struktur dan Nada

Puisi ini memiliki struktur naratif dengan alur yang kronologis, dimulai dari siang cerah di bulan Juni hingga perjalanan pulang dari Cikotok. Nada yang digunakan adalah reflektif dan penuh keprihatinan, mencerminkan pandangan kritis penulis terhadap kondisi sosial yang ada.

Penggunaan Bahasa dan Imaji

Bahasa yang digunakan oleh Indonesia O'Galelano dalam puisi ini cukup lugas namun penuh dengan imaji yang kuat. Frasa seperti "deburan ombak pelabuan ratu," "gedung megah pegawai," dan "bedeng panjang kuli tambang" menciptakan kontras antara kemegahan dan kesederhanaan, antara kuasa dan ketidakberdayaan. Imaji yang diciptakan melalui deskripsi seperti "debur ombak," "menyobek pasang surut," dan "menghapus bintul pilu di dada" memberikan kedalaman emosional pada puisi ini.

Karakterisasi

Puisi ini menampilkan beberapa karakter, seperti kakek tua pembuka pintu konsesi, perwira pensiun, dan para pekerja tambang seperti Ujang Engging serta Neng Euis Sitirahayu. Kakek tua dan perwira pensiun mewakili generasi tua dan otoritas yang memiliki tanggung jawab moral dan sosial, sementara para pekerja tambang mewakili rakyat kecil yang terpinggirkan dan sering kali menjadi korban eksploitasi.

Simbolisme

Simbolisme dalam puisi ini sangat kuat. "Cikotok" sebagai lokasi tambang menjadi simbol dari kekayaan alam yang dieksploitasi tanpa memperhatikan nasib manusia yang terlibat di dalamnya. Frasa "batu menggilas si Ujang Engging" melambangkan ketidakadilan dan penderitaan yang dialami oleh para pekerja tambang.

Pesan Sosial dan Kemanusiaan

Puisi ini menyampaikan pesan sosial yang kuat tentang ketidakadilan dan eksploitasi. Penulis menunjukkan bahwa meskipun tambang memberikan keuntungan bagi segelintir orang, ada banyak orang yang menderita akibat pekerjaan berbahaya dan tidak mendapatkan kompensasi yang adil. Selain itu, puisi ini juga mengangkat isu pendidikan melalui tokoh Neng Euis Sitirahayu yang membutuhkan uang untuk sekolah.

Puisi "Cikotok" karya Indonesia O'Galelano adalah puisi yang menggambarkan ketidakadilan sosial dan eksploitasi di wilayah penambangan. Melalui penggunaan bahasa yang lugas namun penuh imajeri, penulis berhasil menciptakan gambaran yang kuat tentang kehidupan di Cikotok dan ketimpangan yang terjadi di sana. Dengan karakterisasi yang jelas dan simbolisme yang kuat, puisi ini menyampaikan pesan sosial yang mendalam tentang pentingnya keadilan dan perhatian terhadap nasib para pekerja yang sering kali diabaikan.

Puisi Indonesia O'Galelano
Puisi: Cikotok
Karya: Indonesia O'Galelano

Biodata Indonesia O'Galelano:
  • Indonesia O'Galelano lahir pada tanggal 17 November 1940 di Galela, Halmahera, Maluku Utara.
  • Indonesia O'Galelano meninggal dunia pada tanggal 1 Agustus 2012 di Depok, Jawa Barat.
  • Indonesia O'Galelano adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.