Puisi: Cahaya Harapan di Ujung Gelap (Karya Okto Son)

Puisi "Cahaya Harapan di Ujung Gelap" karya Okto Son mengandung pesan tentang pentingnya harapan dan ketekunan di tengah kesulitan dan keraguan.
Cahaya Harapan di Ujung Gelap

Ada suara menyeru...
Waktu tak seluruh di tanganmu!

Ada angin berbisik risik...
Langkah mestilah maju
Kendati kadang ragu

Ada gemercik rintik
Menyapamu basah...
Menyentuhmu lembut...
Membasahi yang kering
Membasahi yang kasar

Ada detak jam tak terdengar lagi bunyinya

Suara dan bunyi-bunyian itu....
Menyadarkanmu 'tuk tidak nyaris dalam kelabu awan
Namun menyadarkanmu untuk menanti turunnya hujan

Walaupun dunia sekitarmu
Tak mengindahkanmu
Namun tunjukkanlah tekadmu
Di tengah jubah-jubah kebencian itu

2024

Analisis Puisi:

Puisi "Cahaya Harapan di Ujung Gelap" karya Okto Son merupakan sebuah karya yang mengandung pesan tentang pentingnya harapan dan ketekunan di tengah kesulitan dan keraguan. Melalui penggunaan simbolisme alam dan elemen-elemen audio, Okto Son menciptakan suasana yang menggambarkan perjuangan internal dan eksternal yang dihadapi manusia dalam perjalanan hidup mereka.

Tema Utama: Harapan dan Ketekunan

Tema utama dari puisi ini adalah harapan dan ketekunan. Okto Son menggambarkan perjalanan seseorang yang harus terus maju meskipun ada keraguan dan tantangan yang menghalangi. Penggunaan kata-kata seperti "waktu tak seluruh di tanganmu" dan "langkah mestilah maju kendati kadang ragu" menunjukkan bahwa meskipun manusia tidak memiliki kendali penuh atas waktu dan takdir, mereka harus tetap melangkah maju dengan keyakinan.

Simbolisme Alam

Okto Son menggunakan simbolisme alam untuk menggambarkan suasana hati dan kondisi emosional. "Angin berbisik risik" dan "gemercik rintik" melambangkan bisikan harapan dan keberanian yang mendorong seseorang untuk terus maju. Hujan yang "menyapamu basah... menyentuhmu lembut... membasahi yang kering... membasahi yang kasar" berfungsi sebagai metafora untuk pembaruan dan penyegaran, yang diperlukan untuk mengatasi masa-masa sulit.

Audiovisual dalam Puisi

Puisi ini juga menonjolkan elemen audio sebagai cara untuk menyadarkan dan memotivasi. Misalnya, "detak jam tak terdengar lagi bunyinya" menggambarkan perasaan kehilangan arah atau kendali. Namun, suara-suara lain seperti "ada suara menyeru" dan "angin berbisik risik" memberikan dorongan positif untuk tetap berjuang. Suara dan bunyi-bunyian ini berfungsi sebagai peringatan dan dorongan untuk tetap berharap dan bertahan di tengah kesulitan.

Kontras dan Perjuangan

Puisi ini menunjukkan kontras antara kegelapan dan cahaya, antara keputusasaan dan harapan. Frasa "tidak nyaris dalam kelabu awan namun menyadarkanmu untuk menanti turunnya hujan" menggambarkan pergeseran dari keadaan yang suram menuju momen harapan dan pembaruan. Puisi ini juga mencerminkan perjuangan untuk mempertahankan tekad dan optimisme meskipun lingkungan sekitar mungkin tidak mendukung, seperti yang tercermin dalam "walaupun dunia sekitarmu tak mengindahkanmu".

Pesan Akhir

Pesan akhir dari puisi ini adalah dorongan untuk menunjukkan tekad dan keberanian meskipun dihadapkan dengan kebencian dan ketidakpedulian dari lingkungan sekitar. "Namun tunjukkanlah tekadmu di tengah jubah-jubah kebencian itu" mengajak pembaca untuk tetap teguh dan berani menunjukkan harapan dan semangat mereka, meskipun dunia mungkin tampak tidak mendukung.

Puisi "Cahaya Harapan di Ujung Gelap" karya Okto Son adalah puisi yang penuh dengan simbolisme alam dan elemen audio untuk menyampaikan pesan tentang harapan dan ketekunan. Melalui bahasa yang penuh perasaan dan deskripsi visual yang kuat, puisi ini mengingatkan kita bahwa meskipun hidup penuh dengan tantangan dan keraguan, selalu ada harapan di ujung gelap dan alasan untuk terus maju dengan keyakinan dan tekad yang kuat.

Okto Son
Puisi: Cahaya Harapan di Ujung Gelap
Karya: Okto Son

Biodata Okto Son:
  • Oktovianus Son saat ini aktif sebagai mahasiswa di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana, Malang.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Daster IbuDi almari ibu ada sehelai dasterPenuh rahasia tentang cintaSuatu hari aku pernah memata-mataiDaster ibu tak pernah lama tersimpan rapi di almariAku selalu mengetuk daun r…
  • Segelas Wedang UwuhAroma rempah liar menari-nariMenyelusup ke pori- pori hangatkan tiap sendiLumer legit gula arenManisnya menghibur ruas jahe yang memarSelembar daun pandan gemula…
  • Bola Ubi UnguAku kedatangan tamu, saudara jauh juga lama tak bertemuAku bingung apa yang ingin aku suguhkanHanya ada ubi ungu, juga cokelat batangSyihab anakku sangat suka bola-bol…
  • MengingatnyaKala itu senja menyapaTeringat akan dirinyaRasa ingin memeluk hadirnyaMemberi senyum kian menerpaLangit menjadi saksi bisuPertemuan kita yang tak nyataBerharap tak ada …
  • Consciousness in LoveSuatu pagi di penghujung Juli tanpa matahariKetika aku menyadari puisi adalah seni paling tertinggiMaka menyayangimu adalah lukisan paling romantis tanpa warna…
  • Mengukir CakrawalaSecepat itu mendung menghampiriMembawa kerinduanWaktu akan terus tumbuhMengisi relung hatiMenghiasi buku dan penaMengukir cakrawalaDengan jari yang lentikMembuahk…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.