Bersyukur
Turun ke sawah naik ke kali
Sungai citarum mengalir deras
Petir membelah bumi
Gubuk tua pun bergoyang
Pasar Maruyung terus dikunjungi
Rezeki datang menghampiri
Sesuap nasi bisa terpenuhi
Berjualan ikan hasil tadi
Kampung anyaman jadi saksi
Perjuangan hidup lika-liku
Meski terpaksa tempuh derita
Cekalnya hati menempuh ranjau
Senyuman manis terpancarkan
Akhlak indah yang menemani
Untaian doa selalu dipanjatkan
Bersyukur atas apa yang dimiliki
Bandung, 4 Juni 2024
Analisis Puisi:
Puisi "Bersyukur" karya Rin mengangkat tema tentang kesyukuran dan keteguhan hati dalam menghadapi tantangan hidup. Melalui penggambaran kehidupan sehari-hari di pedesaan, puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya bersyukur dan tetap teguh meski di tengah kesulitan.
Tema dan Makna
Tema utama dalam puisi ini adalah kesyukuran dan ketabahan. Puisi ini menggambarkan kehidupan sederhana di pedesaan, di mana setiap individu berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, di balik perjuangan tersebut, terdapat rasa syukur yang mendalam atas rezeki yang diterima, sekecil apapun itu.
Makna puisi ini terletak pada pengingat bahwa dalam segala keadaan, baik susah maupun senang, kita harus selalu bersyukur. Kesederhanaan dan keteguhan hati dalam menghadapi tantangan hidup adalah kunci utama untuk mencapai kebahagiaan sejati.
Struktur dan Gaya Bahasa
Puisi ini terdiri dari empat bait dengan masing-masing empat baris. Struktur yang teratur ini mencerminkan stabilitas dan keteraturan dalam kehidupan meskipun penuh dengan tantangan.
Gaya bahasa yang digunakan sederhana namun penuh makna. Penggunaan kata-kata sehari-hari seperti "sawah," "kali," "gubuk," dan "pasar" membuat puisi ini mudah dipahami dan relatable bagi banyak orang. Metafora dan personifikasi digunakan untuk menggambarkan alam dan kehidupan di pedesaan dengan lebih hidup dan dinamis.
Simbolisme dan Imaji
- Sawah dan Kali: Sawah dan kali melambangkan kehidupan agraris di pedesaan, di mana masyarakat bergantung pada alam untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Aliran sungai yang deras dan petir yang membelah bumi menggambarkan kekuatan alam yang harus dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
- Gubuk Tua: Gubuk tua yang bergoyang melambangkan ketidakpastian dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat pedesaan. Meskipun kondisi fisik yang rapuh, semangat untuk bertahan tetap kuat.
- Pasar Maruyung: Pasar adalah simbol aktivitas ekonomi dan interaksi sosial. Di sini, rezeki diperoleh melalui hasil kerja keras, menunjukkan bahwa meskipun hidup sederhana, masyarakat tetap dapat menemukan kebahagiaan dan rezeki dalam usaha mereka.
- Senyuman Manis dan Akhlak Indah: Senyuman manis dan akhlak yang baik mencerminkan sikap positif dan kebaikan hati yang dimiliki oleh masyarakat pedesaan. Ini adalah nilai-nilai yang menjadikan mereka tetap kuat dan bersyukur dalam segala kondisi.
Emosi dan Suasana
Puisi ini menggambarkan suasana kehidupan pedesaan yang penuh dengan perjuangan namun tetap disertai dengan rasa syukur. Ada perasaan kelelahan dan tantangan, namun juga ada kebahagiaan dan ketenangan yang berasal dari kesederhanaan dan keteguhan hati.
Emosi yang disampaikan adalah campuran antara keprihatinan atas kesulitan yang dihadapi dan kebahagiaan yang ditemukan dalam rasa syukur. Hal ini menciptakan suasana yang kontras namun harmonis, menggambarkan keseimbangan antara kesulitan dan kebahagiaan dalam hidup.
Pesan Moral
Pesan moral dari puisi ini adalah pentingnya bersyukur dalam segala situasi. Meskipun hidup penuh dengan tantangan dan kesulitan, rasa syukur dan keteguhan hati akan membawa kebahagiaan sejati. Puisi ini juga menekankan nilai kerja keras, kejujuran, dan kebaikan hati sebagai fondasi untuk mencapai kehidupan yang bermakna.
Puisi "Bersyukur" karya Rin adalah karya yang sederhana namun penuh makna, menggambarkan kehidupan di pedesaan dengan segala tantangan dan kebahagiaannya. Melalui penggambaran alam dan aktivitas sehari-hari, puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya rasa syukur dan keteguhan hati dalam menghadapi segala situasi. Gaya bahasa yang sederhana dan imaji yang kuat membuat puisi ini relatable dan mudah dipahami, sekaligus memberikan inspirasi bagi pembaca untuk selalu bersyukur dan berbuat baik dalam hidup mereka.
Karya: Rin
Biodata Rin:
- Karina Eka Putri lahir pada tanggal 6 Desember 1998 di Bandung.
- Rin mempunyai punya hobi literasi sejak kecil, namun karya-karyanya baru dipublikasikan pada tahun 2021.
- Buku Antologi "Setumpuk Rindu untuk Ayah", terdapat tiga puisi yang ditulis oleh Rin, di antaranya "Ayahku, Pahlawanku", "Ayah, Aku Rindu" dan "Pantaskah Aku Memanggilmu, Ayah?".
- Ia aktif menulis di Asqa Imagination School (AIS) #46.