Bermain Kupu-Kupu
Nikmatilah kupu-kupu yang beterbangan di halaman rumah
bukan rumahmu yang berhalaman sesak. Tetapi rumah nenek yang
terus menawarkan gelak
Gelak tawa, gelak ceria — tempat kamu juga dalam menaburkan cita-cita
Di sela bermain dengan puluhan kupu-kupu yang warna-warni itu
nenek akan membelaimu. Menunjukkan sejarah kasih sayang
yang tidak pernah hilang. Kamu akan menghirup berjilid
pengalaman hidup
napas panjang berjuang
tak pernah lelah menggenggam kesuksesan
Ayo Nak, senyampang di rumah nenek
Bermainlah kupu-kupu di halaman luas nenekmu
Selepas liburan nanti, kupu-kupu di rumahmu sulit kamu temukan
Mungkin telah telanjur lengket di halaman buku paket
Wonogiri, 2018
Sumber: Surat dari Samudra (2018)
Analisis Puisi:
Puisi "Bermain Kupu-Kupu" karya Budi Wahyono adalah puisi yang menyajikan gambaran nostalgia tentang masa kecil, kasih sayang keluarga, dan perbedaan antara kebebasan serta tanggung jawab hidup. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini mengajak pembaca untuk meresapi momen-momen kecil yang berharga sebelum tenggelam dalam kesibukan dunia.
Makna Simbol Kupu-Kupu dalam Puisi
Sejak baris pertama, puisi ini mengajak pembaca untuk menikmati keindahan kupu-kupu yang beterbangan:
"Nikmatilah kupu-kupu yang beterbangan di halaman rumah"
Kupu-kupu sering dijadikan simbol keindahan, kebebasan, dan keceriaan. Dalam puisi ini, kupu-kupu menggambarkan masa kanak-kanak yang penuh kebebasan dan kebahagiaan. Kupu-kupu juga bisa diartikan sebagai mimpi dan harapan yang sedang berkembang, sesuai dengan imajinasi seorang anak yang masih bermain dan menabur cita-citanya.
Namun, yang menarik adalah penekanan bahwa kupu-kupu ini bukan ditemukan di rumah si anak sendiri, melainkan di rumah neneknya:
"Bukan rumahmu yang berhalaman sesak. Tetapi rumah nenek yang terus menawarkan gelak"
Bagian ini menunjukkan kontras antara lingkungan rumah si anak—mungkin di kota yang padat—dengan rumah nenek yang lebih luas, bebas, dan penuh kehangatan. Rumah nenek diibaratkan sebagai tempat yang memberi kenyamanan dan kegembiraan, tempat di mana anak bisa bebas bermain dan merasakan kasih sayang.
Peran Nenek sebagai Simbol Kasih Sayang dan Warisan Nilai Hidup
Nenek dalam puisi ini bukan sekadar sosok keluarga, tetapi juga simbol kehangatan dan sumber nilai-nilai kehidupan:
"Di sela bermain dengan puluhan kupu-kupu yang warna-warni itunenek akan membelaimu. Menunjukkan sejarah kasih sayangyang tidak pernah hilang."
Kehadiran nenek yang membelai menunjukkan kasih sayang yang tulus dan mendalam. Nenek tidak hanya memberikan cinta, tetapi juga memperkenalkan sejarah kehidupan yang penuh perjuangan.
"Kamu akan menghirup berjilid pengalaman hidupnapas panjang berjuangtak pernah lelah menggenggam kesuksesan."
Bagian ini menekankan bahwa di balik masa kecil yang menyenangkan, ada pelajaran penting tentang perjuangan dan keberhasilan yang diwariskan oleh generasi sebelumnya. Nenek tidak hanya menjadi saksi, tetapi juga guru kehidupan yang mengajarkan pentingnya ketekunan dan kerja keras.
Realitas Hidup: Dari Kupu-Kupu ke Halaman Buku
Salah satu bagian paling kuat dalam puisi ini adalah bagian akhirnya, yang menggambarkan perbedaan antara dunia bermain dan dunia pendidikan formal:
"Selepas liburan nanti, kupu-kupu di rumahmu sulit kamu temukanMungkin telah telanjur lengket di halaman buku paket."
Baris ini menggambarkan perubahan yang tak terhindarkan ketika seorang anak harus kembali dari liburan ke rutinitas sekolahnya. Kupu-kupu yang melambangkan kebebasan dan kebahagiaan perlahan tergantikan oleh buku pelajaran dan tanggung jawab akademik.
Ada kesan bahwa dunia anak yang penuh keceriaan semakin tergantikan oleh tuntutan kehidupan yang lebih serius. Hal ini bisa menjadi kritik halus terhadap sistem pendidikan atau gaya hidup modern yang sering kali membuat anak-anak kehilangan waktu bermain dan berinteraksi dengan alam.
Puisi "Bermain Kupu-Kupu" karya Budi Wahyono adalah puisi yang mengajak pembaca untuk merenungkan nilai kebebasan, kebahagiaan masa kecil, serta pentingnya kasih sayang keluarga. Dengan menggunakan simbol kupu-kupu, rumah nenek, dan buku pelajaran, puisi ini menggambarkan perjalanan hidup seorang anak dari dunia bermain yang bebas menuju kehidupan yang penuh tanggung jawab.
Melalui puisi ini, pembaca diajak untuk tidak melupakan kehangatan masa kecil dan kasih sayang keluarga, terutama dari sosok nenek yang menjadi penjaga kenangan dan nilai kehidupan. Puisi ini juga mengingatkan bahwa, meskipun kehidupan terus berjalan dan membawa tantangan, selalu ada tempat di mana kita bisa menemukan ketenangan—baik itu dalam kenangan ataupun dalam pelukan orang yang kita cintai.
Karya: Budi Wahyono