Peran Nenek dalam Film "How to Make Millions Before Grandma Dies"

Film "How to Make Millions Before Grandma Dies" adalah karya drama keluarga yang disutradarai dan ditulis oleh Pat Boonnitipat, yang dikenal dengan ..

Film "How to Make Millions Before Grandma Dies" adalah karya drama keluarga yang disutradarai dan ditulis oleh Pat Boonnitipat, yang dikenal dengan judul lokal "Lahn Mah" di Thailand. Film ini menampilkan penampilan dari aktor Putthipong Assaratanakul (Billkin), aktris Tontawan Tantivejakul, dan juga aktris senior Usha Seamkhum.

Film "How to Make Millions Before Grandma Dies" berhasil menarik perhatian jutaan penonton di Indonesia, yang tak kuasa menahan air mata dalam waktu seminggu setelah penayangan resmi.

Kisahnya mengisahkan perjalanan emosional seorang cucu pertama, M, yang pada awalnya hanya merawat neneknya dengan motif mengharap imbalan warisan besar. Namun, perubahan karakter M yang signifikan terjadi di tengah-tengah film, di mana ia menemukan makna yang lebih dalam dalam merawat sang nenek yang sedang sakit. Proses ini terasa sangat tulus hingga akhirnya M tetap setia merawat neneknya hingga sang nenek menghembuskan napas terakhirnya karena kanker.

Film ini tidak hanya menyoroti perjalanan emosional M, tetapi juga mengeksplorasi dinamika hubungan antara nenek dan cucu dalam konteks keluarga. Nenek sering dianggap sebagai figur yang penuh kebijaksanaan dan cinta tanpa syarat, yang memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi cucunya.

Film ini sangat relevan bagi sebagian besar penonton, terutama bagi mereka yang memiliki hubungan emosional yang dekat dengan nenek mereka, karena film ini menggambarkan dengan sangat halus dan hangat hubungan antara cucu dan nenek. Penonton seolah diundang untuk merasakan kelembutan dan kedamaian dalam interaksi antara cucu dan nenek.

Tidak hanya itu, konflik internal yang rumit terkait dengan warisan menambahkan bumbu yang menarik dalam cerita, sehingga menjadikan film ini sebagai salah satu film Thailand yang paling diminati di Indonesia, selain film "Hunger".

Film ini juga menggambarkan betapa sulitnya memahami dinamika keluarga tanpa adanya komunikasi yang memadai. Hubungan hangat antara M dan Amah, yang ditampilkan dalam film, memberikan gambaran tentang proses pembelajaran dan pertumbuhan yang dialami oleh M, seperti ikut berjualan conge dengan neneknya di pagi hari atau membantunya naik tangga.

Peran Nenek

Sebagai seorang pria, tindakan M dalam merawat Amah membuka mata terhadap dampak negatif dari konsep maskulinitas yang toksik, yang sering kali menghambat keterlibatan pria dalam pekerjaan perawatan, terutama terkait dengan lansia. Meskipun ada banyak kesempatan kerja yang tersedia, pria cenderung enggan mengambil peran tersebut, meninggalkannya pada wanita untuk mengisi posisi tersebut. Hal ini tercermin dalam statistik yang menunjukkan bahwa hampir 90 persen perawat lansia adalah perempuan.

Film ini juga menggambarkan preferensi yang lebih besar dari sang nenek terhadap anak laki-lakinya, tetapi kesadaran akan pengorbanan yang dilakukan oleh anak perempuannya menjadi jelas di akhir film. Dialog “anak laki-laki dapat warisan aset, tapi anak perempuan dapat warisan gen kanker” dalam film membahas mengenai pembagian warisan yang juga menyoroti isu diskriminasi gender yang sering dialami oleh perempuan, yang dianggap menerima bagian yang lebih sedikit atau bahkan tidak adil dibandingkan dengan laki-laki dalam hal warisan, tidak sedikit dari netizen merasa bahwa ini adalah sebuah realita yang sering terjadi.

Sedangkan, peran nenek di dunia nyata sering dianggap sebagai penjaga pengetahuan dan kebijaksanaan dalam keluarga, membawa pengalaman hidup berharga dan menjadi tiang utama dalam struktur keluarga. Bagi cucu, hubungan dengan nenek merupakan pintu ke masa lalu, memungkinkan mereka memahami akar keluarga, tradisi yang dijaga, dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi. Hal ini membentuk identitas yang kuat dan membantu mereka merasa terhubung dengan sejarah keluarga mereka.

Selain itu, hubungan ini juga menjadi pondasi penting untuk dukungan emosional. Nenek adalah sosok yang bisa diandalkan untuk berbagi kisah, mengurangi kecemasan, atau memberikan pelukan hangat saat cucu mengalami kesulitan. Kehadiran nenek memberikan rasa aman dan nyaman yang tak ternilai bagi cucu, membantu mereka mengatasi perasaan kesepian atau kecemasan. Demikian pula, kakek juga memainkan peran penting dalam kehidupan cucunya, menjadi sosok orang tua kedua. Kehilangan nenek atau kakek sering kali meninggalkan perasaan sepi dan kekosongan yang sulit diisi. 

Tidak hanya itu, interaksi antara cucu dan nenek juga memiliki nilai pendidikan yang besar. Melalui cerita-cerita nenek tentang masa lalu, cucu belajar tentang nilai-nilai seperti kerja keras, kesederhanaan, dan keberanian.

Di sisi lain, cucu membawa kebahagiaan dan keceriaan bagi nenek. Dengan kepolosan dan kegembiraannya, cucu mencerahkan hari-hari nenek dan membawa kesegaran dalam kehidupan yang mungkin sudah lama mereka jalani. Bersama cucu, nenek dapat menikmati momen-momen berharga, menghibur diri dengan tawa mereka, dan merasakan kebahagiaan yang sejati dalam kebersamaan.

Selain itu, nenek juga dapat menjadi mentor untuk cucu dalam menghadapi tantangan dan mengambil keputusan penting dalam hidup mereka. Ketika nenek dan cucu saling terlibat dalam kehidupan satu sama lain, mereka membangun hubungan yang langgeng dan berharga. Ini adalah ikatan yang tidak hanya memberi manfaat bagi individu, tetapi juga memperkuat kesatuan keluarga secara keseluruhan.

Dengan demikian, film ini tidak hanya menyajikan kisah yang mengharukan, tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang pentingnya hubungan keluarga, komunikasi yang baik, dan penghormatan terhadap peran setiap anggota keluarga. Hubungan yang terjalin antara nenek dan cucu dalam film ini menciptakan fondasi yang kuat untuk dukungan emosional, pertumbuhan pribadi, dan kelangsungan harmoni dalam keluarga. Kedua belah pihak saling melengkapi, membawa kebahagiaan, cinta, dan kebijaksanaan ke dalam lingkungan keluarga. Dengan mempertahankan dan menghormati ikatan ini, kita tidak hanya memperkaya kehidupan nenek dan cucu, tetapi juga mewariskan warisan tak ternilai berupa kasih sayang dan penghargaan antar generasi dalam keluarga.

Biodata Penulis:

Andaru Sekar Jagatru saat ini aktif sebagai mahasiswa S1 angkatan 2023 di Universitas Sebelas Maret dengan Program Studi Ilmu Lingkungan. Andaru Sekar memiliki minat di bidang menulis sejak SD dan bahkan sudah menerbitkan satu buku cerpen berjudul "Friendstar: Sahabat-Sahabat Hebat", serta banyak cerpen lainnya yang bisa dijumpai di berbagai koran seperti Joglosemar dan Solopos.

© Sepenuhnya. All rights reserved.