Mudik Meriah: Memulai Tradisi Pulang Kampung di Hari Lebaran

Kedatangan libur Lebaran yang sudah di depan mata, bagai pengingat bahwa UTS juga semakin mendekat. Peribahasa “bersusah-susah dahulu, bersenang ...

Rabu, 9 Agustus 2023 adalah hari ketika saya melangkah memasuki babak baru dalam hidup. Menjelajahi jejak kehidupan yang belum pernah saya alami sebelumnya, menjadi anak rantau. Minggu demi minggu berlalu, saya menjalani hari yang cukup berat. Saat sendiri saya sering merenung dengan ditemani isak tangis yang mengiringi. Rindu keluarga di rumah, yang sering Gen Z sebut “Homesick”. 

Sangat terasa sudah 8 bulan berlalu, hingga akhirnya tiba bulan Ramadan.  Bulan yang biasa saya lalui bersama keluarga, pada tahun 2024 saya lalui sendiri. Cukup menyedihkan, tetapi terasa ringan karena setiap malam saya masih bisa berbicara dengan ibu melalui video call.

Kedatangan libur Lebaran yang sudah di depan mata, bagai pengingat bahwa UTS juga semakin mendekat. Peribahasa “bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian” memiliki makna dalam konteks ini. Hal ini berarti UTS harus saya lalui terlebih dahulu sebelum akhirnya saya berkesempatan untuk Mudik Lebaran.

Mudik Meriah

Minggu, 7 April 2024 tibalah hari di mana saya akan mudik ke Kebumen, kampung halaman saya. Saya sudah memesan tiket kereta yang akan berangkat pukul 08.00 pagi. Semalam kost-kostan sudah sepi. Semua penghuni telah pulang lebih dulu, hanya tersisa saya. Di malam hari saya sulit tidur karena takut akan bangun terlambat esoknya. Tetapi dengan deretan alarm yang saya pasang, saya berhasil bangun tepat waktu.

Pagi itu rasanya bahagia sekali karena itulah saat pertama saya merasakan Mudik Lebaran untuk bertemu keluarga dan saudara. Ditemani bapak Ojol saya berangkat ke salah satu stasiun yang ada di kota Surakarta. Sesampainya di sana suasana mudik sangat terasa. Kondisi ruang tunggu yang full akan pemudik, menambah rasa excited saya. Hingga akhirnya tiba giliran saya memasuki gerbong kereta.

Ketika saatnya tiba, saya melangkah memasuki gerbong kereta. Mencari kursi sesuai tiket yang telah saya pesan. Rasa kecewa sejenak terlintas dibenak saya karena kesalahan saya dalam memilih kursi. Saya mendapatkan kursi yang posisinya mundur, membuat saya berdesis, "Ah, pusing ini”. Tapi perjalanan itu saya nikmati dengan sedikit memotret pemandangan melalui jendela. Tiga jam saya lalui untuk mudik dari Surakarta menuju Kebumen terasa singkat. 

***

Sampai di rumah saya disambut hangat oleh keluarga dan saudara yang telah mudik terlebih dahulu. Pertanyaan yang dulu saya dengar untuk saudara yang merantau sekarang saya dapatkan juga. “Pulang kapan?” sebuah pertanyaan yang kini menjadi familiar di telinga saya semenjak menjadi anak rantau. Tradisi baru bagi saya yang setiap tahun yang akan saya rasakan, Mudik Lebaran. 

Sudah tinggal menghitung hari menuju Lebaran, saya senang kembali merasakan buka dan sahur bersama keluarga. Tidak lupa saya sempatkan untuk bertemu teman-teman lama saya. Bernostalgia bersama sembari menceritakan kehidupan saat ini.

***

Saatnya Hari Raya Idulfitri, Salat Id saya lakukan bersama keluarga saya di masjid terdekat. Selesai salat kami sekeluarga berziarah ke makam kakek saya. Kemudian kami pulang ke rumah dan bersiap untuk melakukan sungkeman dan menyambut tamu yang datang.

Suasanya yang sangat indah, penuh dengan kebahagiaan. Bermain dengan keponakan saya yang masih kecil membangkitkan semangat untuk menjalani hari yang panjang. Walaupun sudah menjadi anak rantau, saya belum bisa menghasilkan uang sendiri. Tentu, salah satu yang saya tunggu di momen ini adalah THR.

Senin, 15 April 2024 di mana hari Lebaran sudah berlalu, saya harus kembali ke Surakarta untuk kembali menjalani kehidupan kuliah. Tugas dan laporan praktikum yang menumpuk masih harus saya kerjakan. Instagram story teman-teman saya juga sudah dipenuhi foto dengan caption “Back to Reality”. Mudik Lebaran pertama saya singkat tapi sangat meriah. Saya akan menunggu datangnya Mudik Lebaran tahun 2025. 

Biodata Penulis:

Anisa Maulina saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret.

© Sepenuhnya. All rights reserved.