Menguraikan Pemikiran dan Gagasan Seno Gumira Ajidarma pada Cerpen Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi

Banyak sekali hasil karya sastra yang Seno Gumira lahirkan, seperti cerpen, novel, dan esai. Hal ini membuktikan bahwa Seno layak disebut sebagai ...

Kumpulan cerpen “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi” karya Seno Gumira Ajidarma selain berbentuk prosa juga diadaptasi menjadi skenario film yang kemudian diangkat ke layar lebar pada tahun 2019. Dalam catatan penulis yang terdapat di awal halaman buku, Seno menulis bahwa cerpen “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi” pernah dikirimkan ke sebuah lomba penulisan cerpen, namun tidak menang. Meski demikian, cerpen tersebut terpilih untuk dipublikasikan dan akhirnya diterbitkan sebagai buku pada tahun 1995.

Setelah saya selesai membaca cerpen “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi” edisi keempat yang merupakan bentuk skenario kemudian Seno alihkan menjadi prosa, titik fokus saya adalah bahwa Seno seorang jurnalis yang juga aktif menulis karya sastra. Banyak sekali hasil karya sastra yang Seno Gumira lahirkan, seperti cerpen, novel, dan esai. Hal ini membuktikan bahwa Seno layak disebut sebagai sastrawan dalam kesusastraan Indonesia. Karya sastranya banyak memuat pemikiran kritis yang ingin ia sampaikan melalui tulisan. Namun, sangat disayangkan Seno lebih nyaman menyandang status sebagai wartawan atau jurnalis daripada penulis. Seno mengungkapkan bahwa “Sebutan wartawan lebih praktis ketimbang sebutan lainnya. Wartawan bisa menulis, kan. Jadi wartawan itu seolah-olah mewakili semuanya” (Ajidarma, 2012).

Menguraikan Pemikiran dan Gagasan Seno Gumira Ajidarma
Sumber: BBC Indonesia

Dalam cerpen “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi”, saya melihat pemikiran dan gagasan Seno Gumira bahwa penindasan dalam negeri ini masih banyak terjadi. Kita bisa melihat dari masa penjajahan kelam sebagai bentuk penindasan seperti kerja paksa, dan hingga sekarang pun penindasan masih terus terjadi. Misalnya, Seno dan cerpen ini pernah mengalami sensor pada judulnya menjadi “Kamar Mandi” saja, atau bentuk penindasan lainnya yaitu pendapat mayoritas yang selalu menang. Seno juga ingin memberi gambaran bahwa tokoh suami-suami dalam cerpen tersebut merupakan contoh manusia yang sangat tidak beradab. Seno mengeluarkan gagasannya bahwa pendidikan sangat penting karena dalam pendidikan seseorang dapat belajar adab yang seharusnya dilakukan. Berikut bukti gagasan Seno dalam kutipan:

“Pendidikan! Tidak ada cara lain selain pendidikan! Pendidikan di segala bidang akan membuat manusia beradab! Suatu pendidikan semesta! Kalau perlu sekolah tinggi tidak usah bayar!” (Ajidarma, 2017: 64)

Seno juga mengungkapkan bentuk kritik bahwa ‘kesadaran manusia ditentukan oleh kelas sosialnya.’ Dalam hal ini, Seno memberi gambaran bahwa—dengan segala hormat—orang kampung dalam cerpen tersebut masih kurang pengertian tentang kesadaran dalam mengontrol sesuatu yang sebenarnya dapat dikendalikan.

Menurut saya, kelas sosial yang lebih tinggi biasanya sudah sadar akan apa yang boleh dilakukan dan apa yang harus dibatasi atau dikontrol. Meskipun tidak semua kelas sosial rendah kurang kesadaran berpikir dan tidak semua kelas sosial tinggi berpikir baik.

Dalam cerpen “Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi” digambarkan bahwa laki-laki di sana tidak bisa menertibkan praksis imajinasinya, bahkan di depan istri-istri mereka. Hal ini kembali pada persoalan pendidikan, dari sudut mana pun pendidikan adalah hal penting yang membuat manusia dapat mengerti adab dan kesadaran tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Selain itu, Seno Gumira dalam cerpen ini juga mengutarakan pemikiran dan pendapatnya bahwa manusia tidak bisa hidup tanpa imajinasi. Manusia memang hidup berdasarkan suatu gagasan yang ia pegang, dan gagasan itu adalah suatu imajinasi. Namun, Seno ingin orang-orang dapat menertibkan imajinasinya.

Menurut saya, imajinasi yang kita pikirkan harus bisa dibatasi. Jika kita memikirkan imajinasi yang berlebihan, mungkin dapat berimbas pada diri sendiri pula. Meskipun sulit menghapus imajinasi, setidaknya imajinasi dapat dikontrol oleh diri sendiri.

Daftar Pustaka:

  • Ajidarma, Seno Gumira. (2017). Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi: Jogja Bangkit Publisher. 
  • Indonesia, BBC. (2012). Pengembaraan Seno Gumira Ajidarma. Diakses pada 30 Mei 2023, dari https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2012/09/120903_tokoh_agustus2012_senogumiraajidarma
Febry Yani Marcela
Biodata Penulis:
Febry Yani Marcela (kerap disapa Febry) lahir pada tanggal 17 Februari 2004 di Bogor. Ia merupakan seorang mahasiswa program sarjana di Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Padjadjaran.

© Sepenuhnya. All rights reserved.