Kupat Syawalan: Tradisi Khas Kota Klaten

Terdapat tradisi khas yang dilakukan oleh masyarakat di Klaten, Jawa Tengah yang dilakukan seusai hari raya Idulfitri. Tradisi Kupat Syawalan atau ...

Idulfitri atau Lebaran adalah hari raya umat islam yang sangat dinantikan momennya, hal ini menandakan berakhirnya bulan suci Ramadan di mana umat islam melakukan ibadah berpuasa selama 30 hari. Momen ini dimanfaatkan sebagai ajang untuk bersilaturahmi, saling memaafkan, dan berbagi kebahagiaan dan tak lupa berbagi THR.

Suasana Lebaran erat kaitannya dengan kumpul bersama seluruh keluarga besar, hari Lebaran waktu yang tepat di mana seluruh keluarga pulang menuju rumah mereka. Melepas rasa rindu yang sudah ditahan lama, memeluk kembali raga yang ditinggalkan selama beberapa saat, dan menghirup udara rumah yang hangat.

Ketupat

Terdapat tradisi khas yang dilakukan oleh masyarakat di Klaten, Jawa Tengah yang dilakukan seusai hari raya Idulfitri. Tradisi Kupat Syawalan atau Kenduri Ketupat dilakukan sebagai kegiatan syawalan yang rutin dilakukan setiap tahunnya. Tradisi ini merupakan perayaan mewujudkan rasa syukur oleh masyarakat di Klaten yang diperingati pada tanggal 8 syawal. Masyarakat Klaten mempertahankan tradisi ini sebagai simbol kebudayaan yang khas dan akan terus dilestarikan.

Dilansir dari Journal of Development and Social Change, simbol ketupat dalam tradisi ini memiliki makna sebagai wujud permintaan maaf yang menurut Bahasa Jawa yang berarti ngaku lepat atau mengakui kesalahan.

Selain makna tersebut, ketupat memiliki makna laku papat (lebar, luber, lebur, lan labur), lebar memiliki makna pintu yang lebar untuk suatu ampunan, luber yang memiliki arti melimpah banyaknya ketupat hingga luber agar seluruh masyarakat dapat menikmatinya, lebur memiliki makna habis atau selesainya bulan Ramadan dan menyambut hari raya Idulfitri, di mana semua kesalahan dilebur atau dimaafkan, dan labur yang memiliki makna simbol putih, bersih, dan suci, pembersihan lahir dan batin agar diri kita menjadi suci kembali, seperti ketupat yang ketika dibuka berwarna putih.

Tradisi Kupat ini memiliki kaitan dengan Sunan Kalijaga, masyarakat percaya bahwa yang pertama kali memperkenalkan ketupat adalah Sunan Kalijaga, kemudian tradisi ini dijadikan sebagai sarana untuk menyebarkan ajaran agama islam mengenai bersedekah, bersilaturahmi, dan bersyukur dengan kepada Allah SWT.

Dilansir dari Kr Jogja, ketupat menggunakan janur sebagai pembungkusnya yang memiliki filosofi bahwa menurut masyarakat Jawa, janur kuning melambangkan sebagai penolak bala. Ketupat dibentuk menjadi segi empat yang memiliki makna kiblat papat lima pancer yang artinya kemanapun manusia menuju, pasti akan kembali kepada Allah. Anyaman ketupat yang rumit melambangkan kesalahan manusia dan isi dari ketupat berupa beras putih yang melambangkan kebersihan dan kesucian.

Pembuatan ketupat biasanya dimulai pagi hari dan akan dilakukan kenduri pada sore harinya, pembuatan ketupat diawali dengan memasukkan beras sebanyak seperempat dari besar ketupat yang dibuat kemudian ketupat direbus selama 4 jam agar matang sempurna, setelah matang biasanya ketupat akan digantung atau diangin-anginkan agar ketupat tidak mudah basi, ketupat biasanya dihidangkan dengan menu pendamping seperti opor ayam kuah santan kuning, jangan lombok atau sambal goreng yang terdapat kentang, tahu, dan kacang tolo atau kacang tunggak di dalamnya, dan bubuk kedelai sangrai untuk menambah cita rasa gurih.

Setelah pembuatan ketupat selesai, di sore harinya akan diadakan acara kenduri bersama sebagai ungkapan rasa syukur dan dilakukan doa bersama untuk keselamatan. Tradisi ini masih sangat kental dan dilakukan setiap tahunnya agar tidak tergerus arus modernisasi. Hidangan ketupat ini biasanya dinikmati bersama seluruh anggota keluarga sekaligus untuk menjaga tali silaturahmi. Selamat Lebaran!

Biodata Penulis:

Maula Sherin Sheliana saat ini aktif sebagai mahasiswa, Ilmu Lingkungan, di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.