Tepat satu minggu yang lalu, seluruh umat muslim merayakan Hari Raya Iduladha 1445 H, yang dirayakan pada tanggal 10 Zulhijah. Hari Raya Iduladha juga biasa disebut sebagai Lebaran Haji karena dalam pelaksanaan satu hari sebelum Iduladha yaitu tanggal 9 Zulhijah para umat islam yang sedang ibadah haji melaksanakan rangkaian puncak berupa wukuf atau berdiam diri di Padang Arafah.
Iduladha berasal dari bahasa Arab yaitu al-udhiyah yang artinya permulaan siang setelah terbitnya matahari, adapun secara syariat bisa diartikan penyembelihan binatang ternak. Sedangkan Kurban berasal dari bahasa Arab, yaitu qarraba yang berarti dekat. Adapun secara syariat juga memiliki arti penyembelihan binatang ternak.
Hari Raya Iduladha, juga biasa dikenal sebagai Hari Raya Kurban, dirayakan dengan penyembelihan hewan kurban. Seluruh umat muslim yang tergolong mampu, maka akan berkurban dengan hewan ternak seperti unta, sapi, kambing, dan domba. Tetapi di Indonesia biasanya hanya ada sapi, kambing, maupun domba yang mudah untuk ditemukan.
Dalam penentuan hewan kurban juga ada aturannya masing-masing, yaitu satu sapi untuk berkurban sebanyak tujuh orang, dan satu kambing atau satu domba hanya diperuntukkan kurban satu orang.
Sejarah berkurban dalam islam yakni ketika Nabi Ibrahim bersedia untuk mengorbankan puteranya yaitu Nabi Ismail. Hal itu dilakukan oleh Nabi Ibrahim karena wujud kepatuhannya terhadap perintah Allah SWT. Tetapi atas mukjizat Allah SWT, pisau yang digunakan untuk menyembelih Nabi Ismail tidak melukainya sedikitpun.
Dalam memilih hewan kurban, ada syarat yang harus dipenuhi agar hewan tersebut bisa dijadikan hewan kurban. Pertama, hewan tersebut merupakan hewan ternak yang berupa unta, sapi, kambing, maupun domba. Kedua, usia hewan tersebut harus cukup. Untuk sapi minimal berusia dua tahun dan telah masuk tahun ke-3, untuk domba berusia satu tahun atau minimal enam bulan, dan untuk kambing minimal berusia satu tahun dan telah masuk tahun ke-2.
Syarat ketiga untuk memilih hewan kurban yaitu bebas dari cacat. Memperhatikan kondisi hewan kurban dan menghindari kondisi fisik cacat. Seperti hewan yang buta, sedang sakit, dan kaki pincang. Keempat, hewan kurban bukan berasal dari hewan yang memakan najis atau kotoran mereka sendiri karena hal tersebut dapat menyebabkan sakit pada hewan dan menyebarkan penyakit.
Banyak keutamaan berkurban yang didapatkan jika kita melaksanakan kurban. Berkurban dapat mendekatkan diri kita kepada Allah SWT. Dalam berkurban, ketakwaan dan ketulusan dalam mengorbankan harta benda untuk berkurban maka itulah yang membuat kita lebih dekat kepada Allah SWT.
Banyak pendapat berkata bahwa hewan kurban akan menjadi kendaraan kita menuju surga. Hal tersebut memang benar, bahwa pada hari kiamat nanti hewan kurban tersebut akan mendatangi orang yang berkurban dalam keadaan utuh tanpa kurang satu apapun pada tubuhnya.
Berkurban juga mengajarkan kita untuk lebih peduli terhadap sesama. Daging kurban pasti akan dibagikan kepada masyarakat sekitar yang kurang mampu. Hal itu mengajarkan kita untuk selalu berbagi kepada sesama karena semua harta benda dan rezeki yang kita miliki merupakan titipan Allah dan harus kita gunakan dengan sebaik-baiknya.
Rasa syukur yang kita miliki atas pemberian dari Allah juga merupakan keutamaan dalam berkurban. Sebagai seorang muslim, menyedekahkan atau mengorbankan harta yang dimiliki berarti mengakui bahwa segala sesuatu tersebut berasal dari Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya.
Banyak sekali keutamaan berkurban yang bisa kita dapatkan. Apabila kita berada dalam kondisi mampu untuk berkurban, maka berkurbanlah. Tidak akan ada kata rugi jika kita mau berkorban untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kebaikan dari Allah SWT akan menjadi balasan untuk kita yang senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya.
Biodata Penulis:
Kalya Shakti Effendie saat ini aktif sebagai mahasiswa S1 Agribisnis di Universitas Sebelas Maret.