Fast Fashion: Pengertian, Dampak, dan Cara Mengatasinya

Fast fashion dapat didefinisikan sebagai pakain yang murah dan mengikuti tren yang mengambil kiblat dari catwalk atau budaya para selebriti lalu ....

Industri fashion merupakan salah satu penyumbang polusi serta limbah yang terbesar di dunia. Dikutip dari waste4change.com, dikatakan bahwa sekitar 10% emisi karbon berasal dari industri fashion yang menjadikan hal itu sebagai penyumbang polusi terbesar kedua setelah industri minyak. Kondisi ini terjadi karena kebiasaan yang konsumtif oleh masyarakat dewasa yang menjadikan pakaian sebagai kebutuhan untuk pemenuhan estetika serta simbol status, namun bukan melihat pakaian sebagai pemenuhan hidup semata.

Hal itu kemudian mendukung para produsen pakaian untuk menciptakan fast fashion dengan keuntungan sementara yaitu berharga murah, cepat, dan memiliki kualitas rendah untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Produsen pakaian seperti Zara, Forever 21, UNIQLO, dan H&M yang menciptakan pakaian murah dan modis untuk pemenuhan kebutuhan konsumen. Namun, fast fashion ini mempunyai dampak yang signifikan terhadap lingkungan.

Fast Fashion Pengertian, Dampak, dan Cara Mengatasinya

Menurut data dari SIPSN KLHK (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) pada tahun 2021, Indonesia menghasilkan 2,3 juta ton limbah tekstil atau setara dengan 12% sampah di Indonesia. Namun, sangat disayangkan hanya 0 ton limbah tekstil tersebut yang berhasil didaur ulang di tahun 2021. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui apa itu fast fashion, ciri-cirinya, dan bagaimana mengatasinya dalam rangka mengurangi dampak fast fashion yang buruk bagi manusia serta lingkungan sekitarnya.

Yuk sama-sama mengenal fast fashion lebih dekat!

Apa Itu Fast Fashion?

Istilah “fast fashion” menjadi lebih menonjol pada perbincangan seputar fashion, keberlanjutan, dan kesadaran lingkungan. Istilah ini pertama kali digunakan pada awal tahun 1990-an, Ketika Zara tiba di New York.

New York Times kala itu menciptakan fast fashion untuk Zara yang memiliki misi membuat pakaian hanya dengan waktu 15 hari.

Fast fashion dapat didefinisikan sebagai pakain yang murah dan mengikuti tren yang mengambil kiblat dari catwalk atau budaya para selebriti lalu ditransformasikan menjadi pakaian yang memiliki kecepatan tinggi untuk didistribusikan melalui toko-toko untuk memaksimalkan tren saat ini.

Konsep dari fast fashion adalah mendapatkan model-model terbaru di pasaran dengan waktu secepat mungkin, hal ini bertujuan agar pembeli dapat membelinya saat model tersebut masih berada di puncak popularitasnya dan setelah tren berakhir pakaian-pakaian tersebut akan dibuang dan digantikan dengan model pakaian sesuai tren berikutnya.

Dengan menawarkan gaya terbaru dengan harga yang terjangkau, fast fashion telah menarik perhatian konsumen di seluruh dunia. Sistem produksi dan konsumsi yang berlebih seperti ini menjadikan fashion sebagai salah satu pencemar terbesar di dunia.

Apa Saja Dampak dari Fast Fashion?

1. Overproduction

Salah satu dampak dari fast fashion yaitu bertambahnya limbah akibat konsumsi produk. Penumpukan limbah ini terjadi karena produsen pakaian akan memproduksi lebih banyak produk daripada kebutuhan pasar. Mirisnya lagi, jutaan pakaian tersebut cenderung sulit didaur ulang.

World Clean Up Day mengatakan bahwa setiap tahun ada sekitar 30% produk yang telah diproduksi namun tidak terjual. Sisa dari produk tak terjual kemudian akan berakhir pada pembuangan dan dibakar.

Selain itu, dilansir dari data GreenPeace bahwa kebanyakan dari konsumen hanya menyimpan setengah dari pakain barunya. Hal ini pastinya membuat limbah dari produk fast fashion akan terus-menerus menumpuk.

2. Masyarakat yang Konsumtif

Ketika kita mengikuti tren fast fashion, kita pasti akan lebih banyak membeli produk-produk itu. Namun, produk-produk tersebut sudah dinilai ketinggalan zaman jika tren muncul dengan sangat cepat, hal ini mendorong budaya "membuang".

Fashion yang cepat membuat kita merasa perlu berbelanja lebih banyak untuk tetap modis, yang menghasilkan rasa kebutuhan dan ketidakpuasan yang terus-menerus. Namun, banyak dari konsumen tidak sadar bahwa produk fashion lama tersebut akan berakhir di tempat pembuangan dan menyebabkan pencemaran tanah.

3. Eksploitasi Tenaga Kerja

Fast fashion tidak hanya memiliki dampak besar terhadap lingkungan, tetapi juga menimbulkan berbagai masalah sosial, terutama di negara-negara berkembang. Untuk menjaga biaya produksi tetap rendah, banyak perusahaan fast fashion mempekerjakan pekerja di negara-negara berkembang dengan upah rendah dan kondisi kerja yang buruk.

Berdasarkan Laporan Departemen Tenaga Kerja AS pada tahun 2018 memberikan bukti bahwa adanya pekerja paksa dan pekerja anak di industri fashion di Argentina, Bangladesh, Brasil, Tiongkok, India, Indonesia, Filipina, Turki, Vietnam dan lain-lain. Produksi pakaian yang cepat berarti keuntungan menggantikan kesejahteraan manusia terutama pekerja. 

4. Mencemari Planet

Industri fashion menyumbang sekitar 10% emisi karbon dan menjadi industri penyumbang polusi terbesar kedua setelah industri minyak. Perusahaan fashion memproduksi sekitar 150 miliar pakaian, yang secara tidak langsung nantinya akan dibuang oleh konsumen beberapa saat setelah digunakan.

Proses tersebut akan terus berulang setiap tahun sehingga lama-kelamaan bahan kimia dan limbah produk menumpuk di tempat pembuangan, yang akan membawa dampak buruk bagi manusia, hewan, dan lingkungan.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

1. Beralih pada Sustainable Fashion

Kita dapat berkontribusi dengan cara memilih pakaian yang dibuat dengan bahan berkelanjutan contohnya seperti katun organik, rami, atau serat daur ulang.

Rekomendasi merek seperti Patagonia dan Stella McCartney adalah pilihan yang pas untuk memulai beralih pada sustainable fashion sebab merek-merek tersebut memberi penawaran produk-produk yang lebih ramah lingkungan.

2. Memilih Model yang Timeless

Kita harus mencoba untuk mengubah pola belanja kita dari sebelumnya yang hanya membeli pakaian karena tren hingga menjadi membeli pakaian karena kebutuhan dan bahan yang tahan lama. Sehingga, hal ini dapat menurunkan kebiasaan konsumtif kita dan mengurangi limbah produk fashion.

Industri fast fashion adalah salah satu industri dengan dampak kerusakan lingkungan terbesar. Oleh karena itu, mari sama-sama kita ikut andil dengan berperan aktif dalam mengupayakan untuk mengurangi dampak buruk dari fast fashion, dengan lebih bijak dalam menggunakan pakaian!

Rossiana Indah Permatasari
Biodata Penulis:

Rossiana Indah Permatasari saat ini aktif sebagai mahasiswa, Ilmu Lingkungan, di Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.