Cerita Kecil, Kebahagiaan Besar

Lebaran pada setiap tahun memiliki cerita yang khas dan berbeda-beda. Maka dari itu, Lebaran dikatakan sebagai cerita kecil yang memiliki ...

Setiap tahun, umat muslim merayakan hari kemenangan yaitu Lebaran. Lebaran adalah waktu yang paling ditunggu oleh umat Islam di seluruh dunia. Lebaran adalah perayaan yang sangat berarti dan menjadi momen kemenangan setelah sebulan berpuasa dan beribadah di bulan Ramadan. Lebaran juga menjadi waktu yang tepat untuk bersilaturahmi dengan keluarga, sanak saudara, dan teman-teman terdekat.

Lebaran pada setiap tahun memiliki cerita yang khas dan berbeda-beda. Maka dari itu, Lebaran dikatakan sebagai cerita kecil yang memiliki kebahagiaan besar. Artinya, Lebaran menggambarkan cerita-cerita kecil dalam momen Lebaran namun memberikan kebahagiaan yang besar. Hal-hal besar itulah yang terkadang hanya kita jumpai pada saat momen Lebaran saja. Mulai dari keluarga jauh yang pulang kampung, membuat berbagai makanan khas lebaran, dan lain sebagainya.

Cerita Kecil, Kebahagiaan Besar

Ada berbagai tradisi saat lebaran. Yang pertama adalah bermaaf-maafan. Tradisi bermaaf-maafan adalah tradisi di mana kita akan saling memaafkan satu sama lain. Contohnya kita sebagai anak harus sungkem kepada orang tua. Biasanya, orang yang lebih muda akan melakukan sungkem di hari Lebaran kepada orang yang lebih tua. Ketika selesai melakukan Salat Idulfitri, maka saya dan adik saya akan memohon maaf (sungkem) kepada orang tua. Hal ini dilakukan untuk saling memaafkan dan memulai lembaran baru dengan hati yang bersih. Setelah selesai, saya dan keluarga akan berkunjung ke rumah kakek dan nenek. Setibanya di sana, saya dan keluarga akan sungkem. Lalu setelah selesai, saya dan keluarga akan berkunjung kerumah tetangga dan melakukan sungkem.

Yang kedua adalah berkunjung ke rumah kerabat. Biasanya dilakukan dengan mengunjungi ke rumah kerabat dan tetangga untuk mengucapkan "mohon maaf lahir dan batin" secara langsung. Hal itu dilakukan agar kesalahan yang kita lakukan bisa terhapus pada saat Lebaran. Tak hanya bermaaf-maafan, biasanya orang tua akan berbagi cerita.

Pada Lebaran tahun ini, saya mengunjungi rumah kerabat yang paling terdekat hingga terjauh. Setelah selesai berkunjung ke rumah kakek-nenek, saya dan keluarga akan berkunjung ke rumah tetangga serta kerabat untuk melakukan sungkem.

Total tetangga dan kerabat yang saya kunjungi ada 13. Waktu yang saya butuhkan untuk mengunjungi kerabat dan tetangga adalah 7 jam. Biasanya dimulai dari jam 9 pagi dan jeda pada saat jam 12 dan dilanjut hingga jam 5 sore.

Pengalaman yang menyenangkan ketika berkunjung adalah mencoba makanan. Biasanya makanan yang disediakan pada tiap rumah berbeda-beda. Namun pasti ada makanan pada setiap rumah saat Lebaran, yaitu kue Lebaran. Biasanya kue Lebaran berupa kue nastar, kue putri salju, kue kastangel, kue sagu, dan lain-lain. Kue Lebaran biasanya hanya dijumpai ketika Lebaran saja karena menjadi ciri khas saat Lebaran.

Yang ketiga adalah tradisi memberikan fitrah kepada anak-anak saat Lebaran. Biasanya fitrah diberikan oleh orang tua, kakek, maupun kerabat yang kita kunjungi. Biasanya, saudara terdekat akan memberikan uang fitrah dengan jumlah yang lebih besar daripada kerabat ataupun tetangga. Nominal pemberian fitrah tentu berbeda-beda, mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 200.000.

Bagian ini adalah yang terseru dan paling menyenangkan. Karena kita akan mendapat uang yang banyak hasil berkunjung ke rumah kerabat. Namun, biasanya orang tua memandang kita sudah besar dan tidak perlu uang. Tapi justru kitalah yang lebih membutuhkan uang karena kebutuhan.

Biasanya anak kecil akan mendapatkan uang fitrah lebih banyak dari kita. Padahal kebutuhan mereka lebih sedikit jika dibandingkan dengan kita. Itulah keseruan-keseruan selama Lebaran yang penuh kebahagiaan. Lebaran yang memiliki cerita kecil, tapi mengandung kebahagiaan yang besar.

Abelia Desta Mahestina

Biodata Penulis:

Abelia Desta Mahestina lahir pada tanggal 12 Februari 2005 di Sukoharjo. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.