Setiap Muslimin dan Muslimat selalu menyambut kedatangan bulan Ramadhan dengan antusiasme yang mendalam. Di tanah Pasundan, perasaan kegembiraan ini dirayakan dalam berbagai macam tradisi. Perayaan ini dilakukan sebagai kesempatan untuk introspeksi dan peningkatan spiritualitas, dengan tujuan mengembangkan diri menuju kualitas iman yang lebih baik selama menjalankan ibadah di bulan Ramadhan.
Salah satu tradisi disebut dengan kuramasan secara harfiah berarti berkeramas, membersihkan diri dengan mandi secara menyeluruh, yang menjadi persiapan penting sebelum berpuasa Ramadhan sebagai simbol kebersihan spiritual dan fisik.
Lalu, terdapat tradisi yang disebut munggahan, hal ini dilakukan dengan menghabiskan hari terakhir sebelum masuknya bulan suci, masyarakat berkumpul untuk menikmati hidangan bersama serta berbagi dengan sesama. Tradisi ini, menegaskan nilai-nilai solidaritas dan kebersamaan.
Pada saat umat Muslim menjalankan ibadah puasa, terdapat beberapa kebiasaan yang dilakukan masyarakat Sunda, salah satunya adalah ngabuburit. Menurut pakar bahasa Sunda Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Dr. Gugun Gunardi, M.Hum., ngabuburit dalam bahasa Sunda berarti ngalantung ngadagoan burit atau bermain sambil menunggu waktu sore. Biasanya, ngabuburit bisa dilakukan dengan berbagai aktivitas untuk mengisi waktu hingga saat berbuka tiba.
Saya pribadi melakukan beberapa kegiatan saat ngabuburit, seperti mencari takjil untuk berbuka puasa dan bermain bersama teman-teman. Berbuka puasa bersama juga menjadi salah satu kebiasaan yang dilakukan umat Muslim, tidak hanya di wilayah Tanah Sunda, tetapi juga tersebar luas di seluruh Indonesia.
Biasanya, saya bertemu dengan teman-teman yang sudah lama tidak bertemu, dan juga berbuka puasa bersama dengan keluarga. Kegiatan ini dikenal dengan istilah bukber atau buka bersama. Bukber ini, bisa dianggap sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi.
Setelah berpuasa selama satu bulan dan memperdalam amalan ibadah pada bulan Ramadhan, umat Muslim pun merayakan Hari Raya Idul Fitri. Hal-hal yang biasa dilakukan saat lebaran ini adalah sungkeman, yakni meminta maaf kepada anggota keluarga yang lebih tua sebagai tanda penghormatan dan perdamaian dalam lingkup keluarga.
Lalu, kebiasaan yang dilakukan keluarga saya adalah menyediakan tumpeng atau tumpengan, sebagai sebuah simbol yang mengarah kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai pusat dari rasa syukur. Sebelum memakan tumpeng, keluarga berkumpul untuk menyampaikan ucapan syukur serta doa untuk kami yang masih ada di dunia ini dan mengingat orang tua, kakek, nenek, serta leluhur yang telah berpulang.
Lalu, berkunjung ke rumah sanak saudara dan berkumpul di rumah sesepuh menjadi bagian penting dari agenda perayaan ini. Tak lupa, keluarga juga melaksanakan tradisi nyekar, yang berarti ziarah ke makam keluarga. Dalam kunjungan ini, saya dan keluarga menghormati leluhur dengan berdoa dan menaburkan bunga serta air sebagai wujud kasih sayang dan penghormatan yang tulus.
Demikianlah, tradisi-tradisi yang dilakukan saat menjelang bulan Ramadhan, saat menjalani puasa dan saat perayaan Hari Raya Idul Fitri (lebaran) di wilayah Tanah Sunda. Meskipun beberapa kebiasaan atau tradisi ini secara luas dilakukan oleh mayoritas masyarakat Sunda, namun secara khusus beberapa di antaranya mencerminkan kekhasan yang menjadi bagian dari tradisi keluarga saya. Tidak dapat dipungkiri, bahwa keluarga saya tidak melaksanakan seluruh tradisi yang ada di wilayah Tanah Sunda.
Biodata Singkat:
Rahmadiani Zein lahir pada tanggal 12 Desember 2003. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswi, Fakultas Ilmu Budaya, di Universitas Padjadjaran.