Analisis Puisi:
Puisi "Lagu" karya Gunoto Saparie adalah sebuah karya yang mengeksplorasi makna dan peran lagu dalam kehidupan manusia.
Pertanyaan tentang Makna Lagu: Puisi ini dimulai dengan serangkaian pertanyaan yang menggambarkan kebingungan atau keheranan penyair terhadap keberadaan lagu. Penyair bertanya, "mengapakah lagu itu kau putar berulang-ulang?", menyoroti kebiasaan manusia yang sering kali mendengarkan lagu secara berulang tanpa henti. Hal ini mencerminkan betapa lagu bisa memiliki daya tarik yang kuat bagi manusia, bahkan ketika situasi di sekitar tidak mendukung.
Gelisah dalam Mimpi: Penyair menyatakan bahwa lagu terus mengalir dalam gelisah di dalam mimpi. Hal ini bisa diinterpretasikan sebagai pengalaman emosional yang mendalam yang terkait dengan lagu, di mana lagu-lagu tertentu dapat membangkitkan perasaan yang kuat atau bahkan memunculkan kenangan yang terpendam.
Hubungan dengan Sastra: Penyair juga mengaitkan lagu dengan sajak-sajak kelabu yang terpendam di dalam hati. Ini menggambarkan bagaimana lagu bisa menjadi sarana ekspresi yang kuat, seperti puisi, untuk menyampaikan perasaan atau pengalaman yang sulit diungkapkan dengan kata-kata biasa.
Kesepian dan Keheningan: Puisi ini menciptakan gambaran tentang suasana malam yang sepi dan hening, di mana lagu-lagu terus berkumandang meskipun keadaan sekitar tidak mendukung. Ini bisa menggambarkan perasaan kesepian atau keheningan yang diisi oleh kehadiran lagu-lagu, seolah-olah lagu-lagu tersebut menjadi teman setia dalam momen-momen sunyi.
Pertanyaan tentang Makna Waktu: Penyair juga mengajukan pertanyaan tentang makna waktu dalam konteks lagu. Ketika malam semakin sunyi dan tanpa bintang, lagu-lagu terus berkumandang, menunjukkan bahwa lagu-lagu memiliki kekuatan untuk menembus waktu dan menciptakan pengalaman yang mendalam di dalamnya.
Puisi "Lagu" karya Gunoto Saparie adalah sebuah karya yang menggambarkan kekuatan dan makna yang terkandung dalam lagu. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan peran lagu dalam kehidupan manusia dan bagaimana lagu-lagu tersebut bisa menciptakan pengalaman emosional yang mendalam, bahkan dalam situasi yang sunyi dan hening.
Karya: Gunoto Saparie
Biodata Gunoto Saparie:
Gunoto Saparie lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Negeri Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Negeri Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.
Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, kolom, dan artikel tentang kesenian, ekonomi, politik, dan agama, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981), Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996), Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), Mendung, Kabut, dan Lain-Lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019), dan Lirik (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2020).
Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).
Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.
Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain.
Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya. Ia pernah menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif (Jakarta). Kini ia masih aktif menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Info Koperasi (Kendal), Majalah Justice News (Semarang), dan Majalah Opini Publik (Blora).
Saat ini Gunoto Saparie menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia ‘Satupena’ Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah.
Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Jakarta dan Nairobi, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Pusat, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Menteri Lingkungan Hidup, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.