Puisi: Kami Menolak Lupa (Karya Fiersa Besari)

Puisi "Kami Menolak Lupa" karya Fiersa Besari menyoroti tema politik dan sosial, khususnya dalam konteks sejarah Indonesia, dengan fokus pada ...
Kami Menolak Lupa
21 Mei 1998,
sebuah peristiwa besar terjadi di negeri ini.
Namun, kebanyakan dari kita cenderung bersikap apatis.
Padahal, sejarah ada untuk dipelajari,
bukan untuk dilupakan lantas diulangi

Ini bukan tentang politik yang terpoles cantik
Padahal penuh dengan intrik nan menggelitik
Bukan pula perihal nomor "satu" atau "dua"
Yang perselisihan pendukungnya tak henti jua

Ini adalah tentang PR yang tidak kunjung selesai
Nasib orang hilang, masih hidup atau sudah usai?
Mereka yang menuntut keadilan berbaris manis
Berhias hitam, hingga kering tangis, di hari kamis

        Kami menolak lupa...

Sebuah rezim diktakor runtuh di bulan Mei '98
Negeri bersorak dan bergerak penuh harapan
Puluhan tahun berganti, rakyat mulai tak sabaran
Sedihnya, yang dulu digulingkan, kini dirindukan

Negara punya banyak pekerjaan, itu sudah seyogianya
Tapi saya yakin
Lupa masa lalu bukan salah satu tugasnya
Entah siapa pun pilihanmu, entah siapapun presidennya
Bangsa yang besar adalah yang menghargai sejarahnya

        Kami bisa dibungkam
        Kami bisa dibunuh
        Tetapi kebenaran
        Harus ditegakkan
        Kami menolak lupa...


Catatan:
Diunggah di Youtube Fiersa Besari pada 21 Mei 2019.

Analisis Puisi:

Puisi "Kami Menolak Lupa" karya Fiersa Besari adalah sebuah karya yang menyoroti tema politik dan sosial, khususnya dalam konteks sejarah Indonesia, dengan fokus pada peristiwa yang terjadi pada bulan Mei 1998. Melalui penggunaan bahasa yang lugas dan puitis, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang pentingnya mengingat sejarah dan memperjuangkan kebenaran.

Penolakan terhadap Lupa: Puisi ini secara tegas menyatakan penolakan terhadap lupa terhadap peristiwa bersejarah, khususnya peristiwa yang terjadi pada bulan Mei 1998. Dengan menggunakan kalimat "Kami menolak lupa," penyair menegaskan komitmennya untuk tidak melupakan dan mengaburkan sejarah.

Kritik terhadap Politik dan Keadilan: Puisi ini juga mengkritik politik yang diwarnai oleh intrik dan pertentangan, serta menyoroti masalah ketidakadilan dalam penegakan hukum. Dengan menyebutkan nasib orang yang hilang tanpa jejak dan mereka yang menuntut keadilan namun seringkali tidak mendapatkannya, puisi ini mencerminkan ketidakpuasan terhadap kondisi sosial-politik yang ada.

Pentingnya Menghargai Sejarah: Melalui baris-baris terakhir, puisi ini menekankan pentingnya menghargai sejarah sebagai bagian dari identitas dan martabat bangsa. Pembaca diingatkan bahwa bangsa yang besar adalah yang menghargai sejarahnya, menegaskan bahwa memahami dan mengingat sejarah adalah bagian dari tanggung jawab bersama untuk membangun masa depan yang lebih baik.

Panggilan untuk Tindakan: Puisi ini juga mengandung panggilan untuk tindakan, baik dalam memperjuangkan kebenaran maupun dalam menjaga semangat perlawanan terhadap ketidakadilan. Meskipun dihadapkan pada potensi ancaman atau bahaya, penyair menegaskan bahwa kebenaran harus tetap ditegakkan.

Puisi "Kami Menolak Lupa" adalah sebuah karya yang kuat dan menggugah, yang menyoroti pentingnya mengingat sejarah dan memperjuangkan kebenaran dalam konteks politik dan sosial. Dengan bahasa yang lugas dan puitis, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung, mengkritik, dan bertindak demi membangun masyarakat yang lebih adil dan beradab.

Fiersa Besari
Puisi: Kami Menolak Lupa
Karya: Fiersa Besari

Biodata Fiersa Besari:
  • Fiersa Besari lahir pada tanggal 3 Maret 1984 di Bandung, Jawa Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.