Puisi: Di Sebuah Penginapan di Desa Penestanan (Karya I Nyoman Wirata)

Puisi "Di Sebuah Penginapan di Desa Penestanan" karya I Nyoman Wirata menggambarkan dengan indah suasana dan kehidupan di sebuah desa di Bali.
Di Sebuah Penginapan di Desa Penestanan

hutanmu tampak berasap, Nyoman
lihat dari jendela

tuang sedikit tuak
hias dengan kembangsepatu merah
semua akan lebih terang
dilihat dengan mata telanjang
ada orang bekerja
puluhan tahun
mengangkat cadas dari lembah
mengukirnya jadi dewa di gubuk

hutan bercadar embun, tak sekadar permai
kehidupan bukan hanya penorama namun
lintasan wahyu
membuat cemburu
kehidupan dimulai
dari bunga dan dupa sebatang

seluk beluk mata air bukan sekadar air
itu tempat becermin
sebelum ke pura dekat sawah
birunya langit membuat hati pun khusuk

sigap menangkap bayang-bayang
menyandang kapak ke hulu
mengukir dewa di lubuk hati
tuang sedikit tuak dari
bumbung bambu ke dalam tubuh dinginmu
kita segera ngigel
dari hutan terdengar suara gamelan
birahi Rahwana melarikan Sita

Analisis Puisi:

Puisi "Di Sebuah Penginapan di Desa Penestanan" karya I Nyoman Wirata menggambarkan dengan indah suasana dan kehidupan di sebuah desa di Bali. Melalui penggunaan bahasa yang kaya dan imajinatif, Wirata mengajak pembaca untuk merasakan dan merenungkan makna kehidupan yang terjalin dengan alam, budaya, dan spiritualitas.

Gambaran Alam dan Kehidupan Pedesaan

Puisi ini dimulai dengan penggambaran hutan yang tampak berasap dilihat dari jendela, memberikan kesan misteri dan ketenangan. Asap di sini mungkin menggambarkan kabut pagi yang sering melingkupi pedesaan, menciptakan suasana yang sejuk dan damai. Penggambaran ini mengajak pembaca untuk memasuki dunia pedesaan yang jauh dari hiruk-pikuk kota.

“tuang sedikit tuak hias dengan kembangsepatu merah semua akan lebih terang” mencerminkan kebiasaan tradisional dan penggunaan elemen alam dalam kehidupan sehari-hari. Tuak, minuman tradisional, dan kembang sepatu merah sebagai hiasan, mencerminkan kearifan lokal dan bagaimana hal-hal sederhana dapat membawa kebahagiaan dan keceriaan.

Kerja Keras dan Dedikasi

Ada orang yang bekerja puluhan tahun mengangkat cadas dari lembah mengukirnya jadi dewa di gubuk

Baris ini menunjukkan betapa kerasnya kehidupan di desa, namun juga menggambarkan dedikasi dan ketekunan. Mengukir dewa dari cadas adalah metafora yang kuat untuk kerja keras dan ketekunan manusia dalam menghadapi tantangan hidup. Penciptaan dewa dari batu juga mencerminkan pentingnya spiritualitas dan seni dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali.

Spiritualitas dan Alam

“Hutan bercadar embun, tak sekadar permai kehidupan bukan hanya penorama namun lintasan wahyu”

Baris ini menekankan bahwa alam bukan hanya keindahan visual tetapi juga sumber inspirasi spiritual. Embun yang menutupi hutan memberikan kesan kesucian dan misteri, menggambarkan bagaimana alam dapat menjadi tempat untuk merenung dan mencari wahyu.

“kehidupan dimulai dari bunga dan dupa sebatang” menunjukkan betapa pentingnya ritual dan persembahan dalam budaya Bali. Bunga dan dupa adalah elemen penting dalam upacara keagamaan, mencerminkan hubungan erat antara manusia dan alam, serta pentingnya menjaga keseimbangan dan harmoni.

Refleksi dan Kontemplasi

“seluk beluk mata air bukan sekadar air itu tempat becermin sebelum ke pura dekat sawah birunya langit membuat hati pun khusuk”

Mata air di sini bukan hanya sumber air tetapi juga tempat untuk merenung dan mencari jati diri. Sebelum pergi ke pura, tempat ibadah yang suci, orang-orang bercermin di mata air, menunjukkan pentingnya refleksi dan kebersihan diri sebelum beribadah. Birunya langit yang membuat hati khusyuk menggambarkan bagaimana keindahan alam dapat membawa ketenangan dan kedamaian batin.

Tradisi dan Musik

“sigap menangkap bayang-bayang menyandang kapak ke hulu mengukir dewa di lubuk hati”

Bagian ini menggambarkan bagaimana tradisi dan kerja keras terjalin dalam kehidupan sehari-hari. Kapak sebagai alat kerja dan mengukir dewa di hati menggambarkan betapa dalamnya nilai-nilai spiritual dan budaya tertanam dalam diri seseorang. Ini adalah simbol dedikasi dan kesungguhan dalam menjalani hidup.

“dari hutan terdengar suara gamelan birahi Rahwana melarikan Sita”

Penutup puisi ini membawa kita kembali ke cerita epik Ramayana, di mana Rahwana menculik Sita. Suara gamelan yang mengiringi menciptakan suasana yang dramatis dan mengingatkan kita pada pentingnya seni dan cerita rakyat dalam budaya Bali. Gamelan bukan hanya musik tetapi juga medium yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, membawa cerita dan nilai-nilai tradisional ke dalam kehidupan modern.

Puisi "Di Sebuah Penginapan di Desa Penestanan" karya I Nyoman Wirata adalah karya yang kaya akan simbolisme dan makna. Melalui penggambaran alam, kerja keras, spiritualitas, refleksi, dan tradisi, Wirata mengajak pembaca untuk merenungkan kehidupan pedesaan Bali yang penuh dengan kearifan lokal dan keindahan budaya. Puisi ini adalah refleksi dari hubungan erat antara manusia dan alam, serta pentingnya menjaga keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan.

Puisi
Puisi: Di Sebuah Penginapan di Desa Penestanan
Karya: I Nyoman Wirata
© Sepenuhnya. All rights reserved.