Aku di Tepi Pantai
Malam gelap begitu dingin
Kabut tipis mengambang cepat
'Ku bergegas cepat ke tepian
'Ku melihat sesuatu
'Ku menggalinya
Walaupun di kegelapan malam
'Ku melihat kesibukan orang tua
'Ku mengenali orang tua itu
Dia itu sang nelayan
Daripadanya 'ku bercermin tentang namanya perjuangan
Darinya kupahami arti perjuangan
Walaupun siang sudah berlalu
Namun masih kutemukan sinar perjuangan dari orang tua itu
Suara batuknya kedengaran sangat aneh
Hanya berlangsung dari pintu rumahnya sampai ke tepi pantai
Suara batuknya berhenti sampai di kapal
Tidak ada yang tahu mengapa
Mungkin juga dirinya
Namun hanya dapat diketahui bilamana ia keluar dari rumah
Dan bilamana ia sampai di kapalnya
Tujuan hanya untuk menangkap ikan
Itu yang dapat diketahui
2024
Analisis Puisi:
Puisi "Aku di Tepi Pantai" karya Okto Son adalah karya yang menggambarkan suasana malam di tepi pantai dan mengangkat tema perjuangan hidup yang digambarkan melalui sosok seorang nelayan tua. Puisi ini menggabungkan elemen alam, kegelapan malam, dan kisah manusia untuk menyampaikan pesan tentang ketabahan dan ketekunan.
Suasana Malam di Tepi Pantai: Puisi dibuka dengan deskripsi suasana malam yang gelap dan dingin: "Malam gelap begitu dingin / Kabut tipis mengambang cepat". Deskripsi ini menciptakan gambaran visual yang kuat dan menekankan suasana yang mencekam serta ketidakpastian. Kabut tipis yang mengambang cepat menambah kesan misterius dan menandakan perubahan atau pergerakan yang cepat di alam sekitar.
Penemuan dan Penggalian: Larik "‘Ku bergegas cepat ke tepian / ‘Ku melihat sesuatu / ‘Ku menggalinya" menggambarkan tindakan si aku lirik yang bergegas menuju tepi pantai dan menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya. Tindakan menggali di malam hari menunjukkan rasa ingin tahu dan keinginan untuk menemukan sesuatu yang tersembunyi, baik secara harfiah maupun metaforis.
Sosok Nelayan Tua: Si aku lirik kemudian menggambarkan sosok nelayan tua yang dikenalnya: "‘Ku mengenali orang tua itu / Dia itu sang nelayan". Nelayan tua ini menjadi pusat perhatian dalam puisi, dan melalui pengamatannya terhadap nelayan, si aku lirik merefleksikan makna perjuangan. Sosok nelayan ini adalah simbol ketekunan dan ketabahan dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari.
Makna Perjuangan: Larik-larik berikut menegaskan arti penting dari perjuangan nelayan tua: "Daripadanya 'ku bercermin tentang namanya perjuangan / Darinya kupahami arti perjuangan". Si aku lirik melihat nelayan tua sebagai cermin untuk memahami esensi perjuangan. Ini menunjukkan bahwa melalui pengamatan dan pengalaman orang lain, seseorang bisa belajar dan menemukan inspirasi.
Sinar Perjuangan: Meskipun hari sudah malam, ada sinar perjuangan yang tetap terlihat: "Namun masih kutemukan sinar perjuangan dari orang tua itu". Sinar ini melambangkan harapan dan semangat yang tidak pernah padam, meskipun kondisi sekitar tampak suram.
Suara Batuk dan Kapal: Deskripsi tentang suara batuk nelayan tua yang hanya terdengar dari pintu rumah sampai ke tepi pantai, namun berhenti di kapal, menambah lapisan misteri dan kompleksitas pada karakter ini: "Suara batuknya kedengaran sangat aneh / Hanya berlangsung dari pintu rumahnya sampai ke tepi pantai / Suara batuknya berhenti sampai di kapal". Ini bisa ditafsirkan sebagai simbol bahwa di atas kapal, nelayan merasa bebas dan fokus pada pekerjaannya, sehingga lupa akan kelemahan atau penyakitnya.
Puisi "Aku di Tepi Pantai" karya Okto Son adalah karya yang menggugah tentang ketabahan dan semangat manusia melalui kehidupan seorang nelayan tua. Dengan latar malam yang gelap dan dingin serta tindakan menggali yang penuh rasa ingin tahu, puisi ini berhasil menggambarkan suasana yang mencekam namun penuh harapan. Nelayan tua menjadi simbol perjuangan hidup, dan melalui pengamatannya, si aku lirik menemukan makna dan inspirasi untuk terus berjuang. Puisi ini mengingatkan kita akan kekuatan manusia untuk tetap berusaha dan tidak menyerah, meskipun dihadapkan dengan tantangan yang berat.