Canggihnya teknologi yang semakin berkembang membuat kita dapat dengan mudah untuk mengakses berbagai informasi dari dalam dan luar negeri. Ini juga disebut sebagai globalisasi budaya dan merupakan proses saat budaya dan nilai-nilai tertentu menyebar dari satu negara ke seluruh dunia. K-pop yang dikenal juga sebagai pop Korea atau musik populer dari Korea adalah gaya musik berasal dari Korea Selatan, terdiri dari musik pop, dance, electropop, hip hop, rock dan electronic music. Banyak anak muda (12-25 tahun) bahkan orang dewasa (26-45 tahun), didominasi oleh kalangan wanita yang menyukai K-pop.
Kehadiran sejumlah grup K-pop di Indonesia untuk menggelar konser atau pertemuan dengan para penggemar (fan meeting) menunjukkan signifikansi pasar Indonesia dalam industri K-pop. Tingginya frekuensi penyelenggaraan acara-acara semacam itu di Indonesia dari waktu-waktu secara konsisten memperkuat pernyataan tersebut.
Pada awal tahun 2024 saja Indonesia menjadi tempat untuk diadakannya sebuah ajang penghargaan musik Korea yang prestisius, Golden Disc Award, bertempat di Jakarta International Stadium (JIS). Dengan kapasitas 82.000 tempat duduk dan mampu menampung 10.000 orang di area lapangan, JIS menjadi tempat yang ideal untuk acara ini. Keberadaan grup-grup K-pop ternama dalam acara tersebut menarik minat besar para penggemar yang berbondong-bondong memperoleh tiket untuk menghadiri acara tersebut secara langsung.
Indonesia menjadi negara dengan perbincangan terkait K-pop paling banyak di X (Twitter). Indonesia terkenal di komunitas K-pop karena penggemarnya yang cukup besar dan setia. Oleh karena itu, Indonesia merupakan ‘pasar’ yang sangat menjanjikan bagi perekonomian di Korea Selatan.
Menjadi penggemar K-pop pun membutuhkan biaya yang cukup besar. Tiket konser, album, merchandise, dan produk yang dipromosikan sang idola akan menghabiskan banyak uang untuk dibeli oleh penggemarnya.
Tidak dapat dipungkiri, pasti banyak orang yang bermimpi jalan-jalan ke Korea Selatan. Jika sudah menjadi penggemar K-pop belum lengkap rasanya jika belum pernah ke sana. Impian para penggemar K-pop (K-popers) ini tentu akan berdampak besar pada sektor pariwisata di negara tersebut.
Saat artis/grup favoritnya datang untuk mengadakan konser atau acara-acara nasional di Indonesia. Para penggemar akan berlomba-lomba mendapatkan tiketnya bahkan ada yang rela membeli dengan harga dua kali lipat dari calo karena tidak mendapatkan tiket saat pembelian secara serentak.
Tidak hanya itu, bagi mereka yang di luar Jabodetabek harus rela mengeluarkan lebih banyak biaya untuk penginapan dan kebutuhan lainnya. Tak jarang pula, banyak penggemar yang datang ke Bandara Soekarno-Hatta untuk menyambut kedatangan grup favoritnya yang baru sampai di tanah air.
Keberadaan K-pop ini tentu akan mempengaruhi selera masyarakat muda di Indonesia. Sebagai contoh, meluasnya penggunaan produk kecantikan Korea, tren berpakaian yang berkiblat ke Korea, semakin banyak restoran khas Korea di berbagai kota di Indonesia.
Dalam berkomunikasi sehari-hari pun mereka cenderung menyelipkan kata-kata dengan bahasa Korea seperti annyeonghaseyo (halo), saranghae (aku cinta kamu), hwaiting (semangatlah), yeorobun (gais), noona (kakak perempuan), dan oppa (panggilan dari perempuan kepada laki-laki lebih tua), dan lain sebagainya.
Besarnya fanbase K-pop di Indonesia tidak hanya menguntungkan dan bermanfaat bagi para idolanya. Karena, para penggemar K-pop menyumbangkan uang untuk membantu masyarakat yang terkena bencana sebagai bentuk empati dan solidaritas antar keluarga setanah air.
Salah satunya, ketika gempa bumi dan banjir melanda banyak wilayah Indonesia pada Januari 2021, 16 fanbase K-pop Indonesia mengumpulkan hingga 1,4 miliar rupiah. Dana tersebut digunakan untuk membeli makanan dan kebutuhan sehari-hari para korban bencana.
Pada 4 Oktober 2022, penggemar BTS menggalang dana untuk para korban insiden Kanjuruhan di Malang. Lebih dari 450 juta rupiah telah disumbangkan.
Selain penggemar BTS, sejumlah fandom lain juga turut serta dalam penggalangan dana tersebut, antara lain penggemar NCT dan WayV yang mengumpulkan donasi sebesar 340 juta rupiah dari 14.360 donatur, lalu penggemar dari grup Seventeen yang mengumpulkan donasi sebesar 130 juta rupiah dari 4.397 donatur, dan sejumlah fandom lainnya. Penggalangan dana ini dilakukan melalui kitabisa.com.
Popularitas K-pop di Indonesia menyebabkan masuknya dan tersebarnya budaya Korea ke Indonesia pun tidak dapat dihindari. Sejumlah tren yang terjadi mulai dari pencampuran bahasa, makanan, fashion, skincare, hingga yang menjadi brand ambassador produk lokal itu justru dari artis Korea.
Perusahaan lokal percaya bahwa dengan menarik grup idola terkenal merupakan cara yang bagus untuk menarik minat pembeli. Hal tersebut tentu saja akan menggiring opini dari banyak orang.
Tak jarang K-popers menghadapi kritik keras dan stereotip negatif dari masyarakat umum. Dicap tidak logis, obsesif, dan label negatif lainnya. Oleh karena itu, sebagai generasi muda dan sebagai penerus bangsa kita harus bisa memilah berbagai budaya asing yang masuk ke Indonesia.
Besarnya jumlah penggemar K-pop pun diharapkan dapat selalu berkontribusi pada hal-hal baik dan bermanfaat bagi bangsa kita. Dengan begitu masyarakat luas tidak akan memandang penggemar K-Pop dengan sebelah mata.
Biodata Singkat:
Rahmadiani Zein lahir pada tanggal 12 Desember 2003. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswi, Fakultas Ilmu Budaya, di Universitas Padjadjaran.