Hiruk-pikuk pemilihan kepala daerah (pilkada) mulai dirasakan oleh masyarakat, akhir-akhir ini sorotan publik banyak tertuju pada proses pemilihan kepala daerah, khususnya di kabupaten Sumenep. Sering kali pemberitaan tentang dinamika pemilihan kepala daerah berlalu lalang di beranda media sosial, mulai dari antusiasme masyarakat berlomba-lomba mendaftarkan diri menjadi bagian dari penyelenggara badan Ad Hoc tingkat kecamatan, Desa, hingga banyaknya pendaftaran bakal calon bupati dan wakil bupati di masing-masing partai politik.
Tentunya, banyak figur tokoh-tokoh politik yang mulai bermunculan baik dari kalangan kiai, birokrasi, maupun pengusaha. Hal ini menarik banyak perhatian masyarakat karena terhitung ada sembilan tokoh politik bersaing berebut rekomendasi Cawabup dari partai penguasa untuk bergandengan dengan pertahanan, yakni Bupati H. Achmad Fauzi, S.H., M.H.
Namun di sisi lain, tentunya partai pesaing juga tidak tinggal diam melainkan melakukan tahapan penjaringan untuk mempersiapkan figur yang mampu menjadi pesaing dari pertahanan dalam kontestasi pemilihan kepala daerah kabupaten Sumenep pada tahun ini.
Dari banyaknya figur yang bersaing untuk menjadi pemimpin di wilayah kabupaten Sumenep ini seyogyanya harus memahami secara komprehensif pokok permasalahan dan kebutuhan yang diperlukan untuk membangun Sumenep lebih baik dari hari ini.
Perlu diingat bahwasanya Sumenep terkenal sebagai kabupaten Kepulauan, julukan itu mengisyaratkan bahwa kabupaten Sumenep mempunyai banyak kepulauan yang dihuni oleh sebagian masyarakat Sumenep. Seperti halnya kepulauan Kangean yang mempunyai cukup banyak penduduk -+111.673 penduduk ( BPS Kab. Sumenep, 2021) jumlah itu di antara dua kecamatan Arjasa dan Kangayan, tingginya populasi masyarakat di kepulauan juga perlu perhatian dari pemerintah kabupaten Sumenep yakni dalam hal ini bupati H. Achmad Fauzi Wongsojudo, S.H.M.H.
sumber: detik.com |
Di awal pencalonan Bupati Sumenep Achmad Fauzi pada 2020 silam telah menyusun banyak sekali visi-misi dan program kerja yang ditawarkan kepada masyarakat. Tak ayal program kerja tersebut telah berhasil menjadi nilai tawar bagi masyarakat untuk berbondong-bondong memilih Bupati Sumenep sehingga mengantarkan Bupati Sumenep ke pucuk pimpinan daerah Kabupaten Sumenep.
Namun, program kerja yang diarahkan untuk pemerataan pembangunan antara daratan dan kepulauan menjadi tanda tanya yang begitu besar di benak masyarakat kepulauan. Karena, dari banyaknya program kerja yang berorientasi pada pembangunan kepulauan semenjak bupati Sumenep dilantik masih belum mampu mengubah wajah kepulauan yang dari dulu terbelakang dan tertinggal. Jelas disparitas pembangunan antara daratan dan Kepulauan sungguh dirasakan sangat tajam oleh masyarakat kepulauan.
Ironisnya, tingginya populasi masyarakat kepulauan sering kali menjadi sasaran empuk para pemburu suara dalam setiap kontestasi politik, setelah para pemburu tersebut berhasil meraup suara untuk memenuhi birahi kuasanya, mereka berpaling dan lupa akan janji-janji yang telah disampaikan kepada masyarakat. Sementara urgensi kebutuhan masyarakat kepulauan berkenaan dengan pembangunan infrastruktur jalan, sedangkan pembangunan jalan di era kepemimpinan Bupati Sumenep Achmad Fauzi dapat dikatakan minim sekali semenjak ia dilantik menjadi bupati.
Apa mungkin bupati Sumenep menunggu ia kembali dilantik lagi menjadi bupati untuk periode kedua? Jika demikian, Bupati Sumenep hanya mampu menjual janji tanpa bukti.
Perlu diketahui program kerja yang diluncurkan pada tahun 2020 silam menjadi hutang yang harus diselesaikan selama 5 tahun semenjak ia terpilih. Bukan menunggu 5 tahun lagi untuk kembali memimpin Sumenep, lalu kemudian mengumbar janji lagi. Masyarakat hari ini sudah bisa melihat indikator keberhasilan Bupati Sumenep dan dapat menilai sejauh mana kepedulian pemerintah kabupaten Sumenep terhadap kepulauan.
Infrastruktur jalan merupakan satu dari kompleksitas permasalahan kepulauan belum lagi kita beranjak ke permasalahan yang lainnya, berikut hutang janji politik Bupati Sumenep terhadap kepulauan dari aspek Infrastruktur:
- Pembangunan Poros Arjasa-Kanganyan;
- Mengembangkan Jalan lingkar Selatan Arjasa;
- Membangun Infrastruktur jalan Arjasa-Cellong;
- Pembangunan infrastruktur pengelolaan air;
- Infrastruktur wisata kepulauan;
- Mengembangkan kangean sebagai lumbung pangan;
- Pembebasan tanah Bandara Arjasa;
- Pembangunan Water Base untuk pesawat Sea Plane di Arjasa.
Janji politik yang disebutkan di atas dulu menjadi harapan besar masyarakat kepulauan kangean untuk hidup lebih layak, bagi masyarakat kepulauan sosok Bupati Achmad Fauzi ibarat dewa yang datang menyelamatkan negeri dari segala kekacauan. Namun hari ini semuanya pupus tertipu oleh janji manis Bupati Sumenep Achmad Fauzi.
Dari sini pantaskah Bupati Sumenep Achmad Fauzi melanggengkan kekuasaannya untuk kedua kalinya? Entahlah! Itu semua pilihan masyarakat apakah masih mempertahankan Status Quo atau menginginkan perubahan. Semoga saja di pemilihan kepala daerah tahun ini, Sumenep mendapatkan pemimpin yang jujur, adil dan bertanggung jawab tidak hanya sebatas janji seperti hari ini.
Biodata Penulis:
Ahmad Hari Hasan lahir pada tanggal 1 Desember 2000 di Sumenep, Jawa Timur.