Korea Selatan dikenal memiliki banyak konten atau tontonan yang memanjakan mata dan hati. Akhir-akhir ini, salah satu variety show asal Korea Selatan berjudul University War atau Elite League tengah ramai diperbincangkan oleh masyarakat. Cuplikan tentang keseruan dari variety show tersebut banyak tersebar di media sosial, seperti TikTok, X, dan Instagram. Memangnya, konten seperti apa yang ditawarkan variety show ini?
University War merupakan variety show yang menawarkan konten cukup unik. Hal ini karena variety show tersebut dijadikan sebagai sebuah wadah untuk menunjukkan keahlian mahasiswa-mahasiswi Korea Selatan di bidang akademik. Acara ini menawarkan hadiah berupa beasiswa pendidikan senilai 40 juta won untuk tim pemenangnya.
University War diikuti oleh beberapa universitas terkemuka di Korea Selatan. Universitas tersebut di antaranya adalah Seoul National University (SNU), Korea University (KU), Yonsei University, Korea Advanced Institute of Science & Technology (KAIST), dan Pohang University of Science and Technology (POSTECH). Namun, beberapa saat setelahnya, Harvard University menyusul sebagai peserta keenam.
Masing-masing universitas mengirimkan 4 mahasiswa atau mahasiswi sebagai perwakilan. Tentunya perwakilan-perwakilan tersebut berasal dari jurusan yang berbeda. Namun, mayoritas dari mereka berasal dari rumpun ilmu eksakta. Acara ini memiliki 24 peserta yang didominasi oleh mahasiswa dengan jumlah 16 mahasiswa dan sisanya mahasiswi.
Apabila dilihat dari pesertanya, bukankah tidak heran jika variety show tersebut menyita perhatian banyak masyarakat? Mengingat bahwa acara ini diikuti oleh universitas yang terkemuka, maka misi yang diajukan tergolong cukup sulit. Setiap peserta harus menyelesaikan berbagai misi, seperti berhitung, problem solving, dan juga kerja sama tim.
Salah satu misi dalam variety show ini adalah mengerjakan 300 soal matematika. Bentuk soal-soal tersebut bisa dibilang mudah dan dasar. Namun, angka yang digunakan merupakan angka besar. Tidak ada batasan waktu dalam pengerjaannya. Namun, seluruh jawaban harus segera dikirimkan. Sehingga, apabila ada kesalahan, bisa segera diperbaiki. Tiga tim tercepat yang mengirimkan jawaban tanpa kesalahan akan menjadi tim bertahan. Hal ini cukup memberikan tekanan karena mereka sama-sama ingin menjadi tim bertahan.
Menariknya, banyak masyarakat yang memutuskan untuk mencoba mengerjakan soal-soal tersebut, termasuk saya sendiri. Awalnya saya merasa malas untuk mencobanya. Namun, saya ingin menguji kemampuan saya di bidang matematika. Dalam dua jam, saya menargetkan 200 soal untuk dikerjakan. Namun, kenyataannya saya hanya bisa mengerjakan 152 soal dengan 16 kesalahan. Saya juga membaca komentar-komentar di media sosial bahwa rata-rata dari mereka yang mencobanya bisa mengerjakan kurang lebih 80 soal dalam satu jam.
Tidak mudah untuk mengerjakan soal-soal tersebut hanya bermodalkan bolpoin dan kertas, tanpa kalkulator. Sehingga, kejelian dan tingkat konsentrasi sangat diuji ketika mengerjakan soal tersebut. Saya perlu konsentrasi penuh saat mengerjakannya. Sebisa mungkin saya meminimalisir kesalahan dalam pengerjaan karena menurut saya, percobaan ini bisa memberi gambaran apakah kemampuan saya 'sepadan' dengan mahasiswa-mahasiswi di luar sana.
Dari variety show ini, saya merasakan beberapa dampak positif. Dampak pertama yaitu memberikan hiburan. Melalui acara ini, saya dapat melihat seberapa ambisius dan seberapa cerdas mahasiswa Korea Selatan. Melihat bagaimana para peserta bersaing satu sama lain memberikan keseruan dan kesenangan tersendiri bagi saya. Di samping itu, para peserta tidak kaku dan mereka menyelingi persaingan dengan candaan.
Selain memberikan hiburan, variety show ini juga memberikan motivasi. Saya merasa harus meningkatkan kualitas dan kapasitas diri sendiri. Dengan mengembangkan diri, maka saya dapat membimbing diri saya sendiri untuk menjadi versi terbaik saya. Versi terbaik diri sendiri tentunya akan memberikan kehidupan yang juga lebih baik.
Dampak yang paling saya dirasakan adalah meningkatnya semangat belajar. Pertama kali melihat cuplikan dari media sosial, saya merasa bahwa saya bukanlah apa-apa. Saya bertanya pada diri saya sendiri "Apakah saya bisa memiliki kapasitas otak seperti mereka? Bagaimana caranya agar bisa seperti mereka?" Dan jawaban dari pertanyaan tersebut adalah bisa, pasti bisa. Apabila memiliki keinginan, maka diperlukan usaha. Sehingga, kini saya memiliki tekad untuk konsisten dalam belajar.
Variety show ini patut untuk ditonton khususnya bagi pelajar dan mahasiswa. Terlebih bagi orang yang suka variety show yang seru namun berbobot. Bagi yang merasa tidak memiliki semangat belajar, sangat direkomendasikan untuk menonton variety show ini. Harapannya bisa menumbuhkan semangat belajar dan konsisten dalam belajar. Tidak perlu takut akan ngantuk atau bosan saat menonton karena kalian hanya akan dibuat speechless oleh kecerdasan peserta. Yuk, segera nonton!
Penulis: Canda Ayuning Aryanto