13 Adab Pelajar Terhadap Pelajarannya

Terdapat 13 adab seorang pelajar terhadap pelajarannya dan hal-hal yang harus ia pegang ketika bersama-sama dengan guru dan teman-temannya ...

Menurut perintah Allah SWT, yang ditemukan dalam Al-Qur'an Surat Al-Alaq ayat 1-5, menuntut ilmu adalah kewajiban. Orang yang sedang menuntut ilmu harus tahu bagaimana, apa, dan kepada siapa mereka harus mencari.

Dalam mencari ilmu, seorang santri atau pelajar haruslah bersungguh-sungguh dalam mencarinya, sesuai dengan niat awal mencari ilmu. Seorang santri atau pelajar juga harus pandai-pandai dalam memilah-milih ilmu yang akan ia pelajari. Ia harus tahu, ilmu itu akan berguna baginya atau bagi orang lain atau tidak. Seorang santri atau pelajar hendaknya juga harus bisa memilih guru dengan benar, agar dapat membimbingnya ke jalan yang benar (Manziz, Husnia, Sal-sabila, & Kholifiaji, 2024).

Sebagai seorang pelajar, memiliki tugas dan kewajiban untuk menuntut ilmu dengan sebaik-baiknya dengan mendayagunakan seluruh kemampuan yang dimilikinya (Hasanah & Mahfud, 2021).

Namun, saat ini banyak pelajar yang belajar dengan asal-asalan. Belajar secara asal-asalan ini menunjukkan adab pelajar yang buruk terhadap pelajaran mereka. Beberapa penyebab adab buruk tersebut termasuk masuknya perangkat baru teknologi komunikasi dan informasi seperti internet dan HP. Para guru atau ustadz seharusnya tidak hanya mengajar orang tentang ilmu pengetahuan dan meningkatkan kemampuan intelektual, tetapi juga mengajar orang tentang nilai-nilai moral dan spiritual.

Pada artikel ini, penulis akan menjelaskan adab seorang pelajar terhadap pelajarannya berdasarkan kitab Adabul Alim Muta’alim. Artikel ini bertujuan agar para pembaca, khususnya para pelajar agar lebih beradab atau menghormati pelajaran yang diajarkan oleh guru atau ustadznya. Sehingga ilmu yang telah diajarkan akan lebih mudah terserap olehnya.

Pembahasan

Kitab Adabul Alim Muta’alim yang dikarang oleh Syaikh Hasyim Asy’ari merupakan salah satu dari kitab Kiai Hasyim Asy’ari yang terdapat dalam Irsyadus Syari (Muhajirin, 2023). Pembahasan dalam kitab ini setidaknya bisa diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) bagian. Bagian pertama membahas tentang keutamaan ilmu, keutamaan belajar, dan mengajarkannya. Bagian kedua membahas tentang etika seorang dalam tahap pencarian ilmu. Bagian ketiga membahas tentang etika seseorang ketika sudah menjadi alim atau dinyatakan lulus dari lembaga pendidikan (Kholis, 2020).

Dalam salah satu Fasal kitab Adabul Alim Muta’alim membahas tentang adab seorang pelajar terhadap pelajarannya. Pelajar harus memiliki adab yang baik terhadap pelajaran yang dipelajarinya, agar apa yang dipelajarinya menjadi lebih mudah untuk diserap olehnya.

Adab Pelajar Terhadap Pelajarannya

Terdapat 13 adab seorang pelajar terhadap pelajarannya dan hal-hal yang harus ia pegang ketika bersama-sama dengan syaikh dan teman-temannya (Media), antara lain:

1. Memulai Belajar Ilmu Fardhu 'Ain

Hendaknya seorang pelajar memulai pelajaran dengan pelajaran-pelajaran yang sifatnya fardlu ‘ain (Media). Menurut KH Hasyim Asy’ari, ada empat materi ilmu yang terlebih dahulu harus dipelajari murid (Bih, 13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (1), 2018). 

Pertama, ilmu tentang zat Allah, dalam disiplin ilmu ini murid cukup meyakini bahwa Allah adalah zat yang wujud, dahulu, kekal, dibersihkan dari sifat-sifat kurang dan memiliki sifat-sifat kesempurnaan. 

Kedua, ilmu tentang sifat-sifat Allah. Materi yang harus diketahui murid tentang sifat-sifat adalah bahwa Allah memiliki sifat kuasa, berkehendak, mengetahui, hidup, mendengar, melihat dan berbicara. Seluruh sifat-sifat wajib Allah, sifat mustahil dan sifat jaiz cukup diketahui oleh seorang murid dalam proses permulaan belajarnya. Lebih utama lagi jika disertai pengetahuan tentang dalil-dalil sifat tersebut. Syekh Ibnu Ruslan berkata:

 أول واجب على الإنسان * معرفة الإله باستيقان

Artinya: “Kewajiban pertama bagi atas manusia adalah mengenali Allah dengan yakin.” (Lihat Syekh Ibnu Ruslan, Nazham Shafwatuz Zubad). 

Ketiga, ilmu fiqih. Cukup bagi pelajar untuk mengetahui dasar-dasar fiqih yang berkaitan dengan keabsahan ibadahnya sehari-sehari, meliputi shalat, wudhu, mandi janabat, menghilangkan najis, puasa, dan lain sebagainya.

Keempat, ilmu tasawuf, yaitu ilmu yang berkaitan tentang menata hati, bujuk rayu nafsu dan yang sejenis dengannya. Ilmu ini penting untuk diketahui sebagai bekal dasar pengetahuannya agar tidak menjadi pribadi yang sombong, angkuh, pendengki dan sifat-sifat tercela lainnya. 

2. Mempelajari Al-Qur’an

Hendaklah seorang pelajar mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kitab Allah (tafsir Al-Qur’an) setelah mempelajari ilmu yang bersifat fardlu ‘ain, sehingga ia mempunyai i’tiqad yang sangat kuat (Media). 

KH Hasyim Asy’ari juga menganjurkan para pelajar untuk menghafalkan kitab yang menjelaskan dasar-dasar fan ilmu yang menjadi penunjang dalam memahami kitabullah, meliputi ilmu mushtalah hadits, ushul fiqih, ushul akidah, nahwu, dan sharaf. Dalam proses menghafal dan memahami, hendaknya jangan terlalu memforsir diri, harus disesuaikan dengan batas kemampuan. Namun juga tidak terlalu ceroboh sehingga banyak waktu yang sia-sia (Bih, 13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (1), 2018).

3. Fokus dalam Mempelajari Kitab

Sejak awal pelajar harus bisa menahan diri dan tidak terjebak dalam pembahasan mengenai hal-hal yang masih terdapat perbedaan pandangan, tidak ada persamaan persepsi di antara para ulama (khilafiah) secara mutlak baik yang berhubungan dengan pemikiran-pemikiran atau yang bersumber dari Tuhan, karena apabila hal itu masih dilakukan oleh pelajar maka sudah barang tentu akan membuat hatinya bingung, dan membuat akal pikiran tidak tenang. Bahkan sejak awal ia harus bisa meyakinkan dirinya untuk berpegang pada hanya satu kitab saja dalam satu materi pelajaran, dan beberapa kitab pada beberapa materi pelajaran dengan syarat apabila ia mampu dengan menggunakan satu metode dan mendapat izin dari sang kyai (guru), namun apabila sistem pengajaran yang telah diberikan oleh gurunya itu hanya menukil, memindah pendapat dari beberapa mazhab dan masih ada ikhtilaf di kalangan ulama itu sendiri sedangkan ia sendiri tidak mempunyai satu pendapat pun, maka sebagaimana yang telah dikatakan oleh Imam Al Gazali, hendaknya ia mampu menjaga dari hal seperti itu karena antara manfaat dan kerusakan (mafsadat) masih lebih banyak kerusakannya (Media). 

Hendaknya saat masih pemula, tidak menyibukkan diri dalam ilmu ikhtilaf di antara ulama, baik yang berkaitan dengan dalil aqli (logika) dan naqli (Al-Quran dan Hadits). Sungguh hal demikian dapat mengganggu pikiran dan konsentrasi.

Langkah yang tepat adalah memfokuskan dan mematangkan satu disiplin ilmu atau kitab tertentu. Bila metode gurunya adalah mengkaji mazhab-mazhab dan iktilaf di antara ulama, hendaknya dihindari, tidak perlu mengikutinya. Sebab dampak buruknya lebih banyak dari pada manfaatnya.

Demikian pula dalam mengkaji kitab, hendaknya menghindari menelaah banyak kitab secara terpisah-pisah dan terpotong-potong. Sebab hal tersebut dapat menyia-nyiakan waktu. Yang benar adalah menguasai satu kitab secara utuh dan matang. 

Jangan pula berpindah-pindah dari satu kitab ke kitab lain sebelum mengkhatamkannya, sesungguhnya hal tersebut tanda-tanda kegagalan dalam belajar. (Bih, 13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (2), 2018)

4. Membenarkan Bacaan Sebelum Dihafal

Sebelum menghafalkan sesuatu hendaknya pelajar mentashihkan terlebih dahulu kepada orang seorang kyai (guru) atau orang yang mempunyai kapabilitas dalam ilmu tersebut, setelah selesai diteliti oleh gurunya barulah ia menghafalkannya dengan baik dan bagus (Media). Setelah hafal, hendaknya pelajaran itu diulang-ulang secara rutin agar hafalannya awet. Di mana pun berada, ia dianjurkan untuk senantiasa membawa alat tulis agar dapat menulis atau membenahi bacaan di kitabnya (Bih, 13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (2), 2018).

Janganlah menghafalkan sesuatu sebelum diteliti, ditashih oleh seorang kyai atau orang yang mempunyai kemampuan dalam bidang itu, karena akan mengakibatkan, menimbulkan ekses yang negatif. Misalnya mengubah makna atau arti dari kalimat tersebut. Dan telah dijelaskan pada bab-bab terdahulu bahwa ilmu pengetahuan itu tidak diambil dari sebuah kitab atau buku, tetapi diambil dan diperoleh dari seorang guru karena hal itu merupakan kerusakan yang sangat berbahaya.

5. Bergegas Mendengarkan Ilmu

Hendaknya pelajar (murid) berangkat lebih awal. Lebih pagi dalam rangka untuk mencari ilmu, apalagi berupa ilmu hadits, dan tidak menyia-nyiakan seluruh kesempatan yang ia miliki untuk menggali ilmu pengetahuan dan meneliti sanad-sanad hadits, hukum-hukumnya, manfaat, bahasa, cerita-cerita yang terkandung di dalamnya, dan bersungguh-sungguh (Media).

Hendaknya bergegas untuk mendengarkan pesan ilmu, utamanya ilmu hadits. Jangan sampai mengabaikan hadits dengan segala hal yang berkaitan dengannya, meliputi riwayat, sanad, mushtalah, sejarah, lughat hadits, hukum-hukum yang tertuang dalam hadits dan lain-lain.

Menurut KH Hasyim Asy’ari, pertama kali kitab hadits yang perlu digeluti adalah Shahihul Bukhari dan Shahih Muslim, baru setelahnya kitab-kitab induk di bidang hadits seperti Al-Muwattha’ karya Imam Malik bin Anas, Sunan Abi Dawud, Sunan An-Nasa’i, Sunan Ibnu Majah, dan Jami’ At-Tirmidzi. Kiai Hasyim sangat menyayangkan bila pelajar tidak mempelajari minimal kitab-kitab induk di bidang hadits tersebut (Bih, 13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (2), 2018).

6. Mengembangkan Ilmu

Ketika pelajar telah mampu menjelaskan, mengejawantahkan terhadap apa yang ia hafalkan walaupun masih dalam tahap ikhtishar dan bisa menguraikan kemusykilan yang ada dan faedah-faedah yang sangat penting, maka ia diperbolehkan pindah untuk membahas kitab-kitab besar serta tiada henti, terus menerus menelaah tanpa mengenal rasa lelah.

Hendaknya pelajar memiliki cita-cita tinggi, sangat luhur, ibaratnya kaki boleh di bumi tapi cita-cita menggelantung di angkasa, sehingga tidak boleh merasa cukup hanya memiliki ilmu yang sedikit, padahal ia masih mempunyai kesempatan yang cukup untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya, santri tidak boleh bersifat qana’ah (menerima apa adanya) seperti yang diwariskan oleh para nabi, yaitu menerima sesuatu walaupun hanya sedikit.

Santri tidak boleh menunda-nunda dalam mendapatkan sebuah ilmu pengetahuan dan manfaat yang sangat mungkin ia peroleh, karena menunda sesuatu itu mengandung beberapa bahaya, di samping itu apabila pelajar bisa mendapatkan ilmu secara cepat dan tepat waktu maka pada waktu yang lain ia bisa mendapatkan sesuatu yang lain (Media).

Dalam mengembangkan ilmu yang dipelajari, KH Hasyim Asy’ari memiliki sebuah metode khusus. Metode mendalami pelajaran terlebih dahulu harus melalui tiga proses (Bih, 13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (2), 2018). 

  • Menghafal kitab mukhtasar yang berisikan instrumen dasar dan ilmu.
  • Mempelajari kitab syarahnya, komentar atau penjelasan dari kitab mukhtashar.
  • Mengupas beberapa redaksi yang musykil (sukar dipahami) dalam kitab mukhtashar.

Pengembangan kitab yang lebih besar hanya dapat dilakukan setelah tiga proses itu diselesaikan dengan baik. Dibutuhkan analisis mendalam dan mendalam selama proses mempelajari kitab-kitab besar tersebut. Disalin ulang saat menemukan informasi yang menarik.

7. Senantiasa Berada di Dekat Guru

Hendaknya pelajar harus selalu mengikuti halaqah, diskusi dan musyawarah degan gurunya dalam setiap pelajaran, kalau memungkinkan ia membacakannya. Karena hal itu apabila dilakukan oleh santri maka ia akan selalu mendapat kebaikan, menghasilkan setiap sesuatu yang ia harapkan, cita-citakan, memperoleh sopan santun yang baik serta mendapatkan keutamaan dan kemuliaan (Media). Pelajar juga sebaiknya bersungguh-sungguh untuk senantiasa berkhidmah kepada gurunya dan bergegas melayani guru saat beliau membutuhkan sesuatu. Sebab hal tersebut akan menambah kemuliaan (Bih, 13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (3), 2019). 

Untuk belajar dengan baik, pelajar harus tidak hanya mengikuti pelajaran yang diwajibkan di sekolah saja, tetapi juga rajin mengikuti pelajaran tambahan di luar kelas. Selama memungkinkan dan sesuai dengan kemampuan pelajar, bahkan semua pengajian dan halaqah ilmiah harus diikuti.

Jika pelajar tidak dapat memahami dan menghafal seluruh materi, materi yang lebih penting harus diprioritaskan. Di luar waktu pelajaran, pelajar harus berdiskusi dan mengulangi apa yang dikatakan guru mereka kepada rekan sekelas. Sesungguhnya, berdiskusi memiliki banyak keuntungan. 

8. Menjaga Adab atau Etika Saat di Majelis

Apabila pelajar menghadiri pertemuannya dewan guru, hendaklah ia mengucapkan salam kepada orang telah hadir pada forum tersebut dengan suara yang bisa mereka dengar dengan jelas, apalagi terhadap seorang kyai dengan memberikan penghormatan yang lebih tinggi dan memuliakannya.

Begitu juga apabila santri keluar dari forum tersebut. Apabila pelajar mengucapkan salam pada sebuah forum, maka ia tidak diperkenankan melewati orang-orang yang ada di tempat tersebut untuk mendekat pada sang kyai, ia duduk di tempat yang bisa didatangi oleh orang lain, kecuali apabila sang kyai, para jama’ah yang lain memintanya untuk maju ke depan, maka tidak ada masalah apabila santri itu maju dengan melewati orang terlebih dahulu hadir pada majelis tersebut (Media).

Tidak dibenarkan untuk mengusir orang lain dari tempat duduknya atau mendesaknya secara sengaja. Namun, jika seseorang diminta untuk merelakan tempat duduknya, itu harus menerima kecuali jika ia adalah pelajar senior, pakar, atau memiliki kelebihan yang memberi manfaat kepada hadirin dengan duduk di depan mereka.

Dalam mengambil tempat duduk, KH Hasyim Asy’ari menekankan pentingnya memberi kenyamanan kepada yang lain, semisal tidak duduk menyela di tengah-tengah dua teman akrab kecuali atas persetujuan keduanya, tidak duduk di tengah-tengah jalan/halaqah, tidak berada di depan atau di atas orang yang lebih senior. Hendaknya bekerja sama dengan rekan-rekan pelajar yang lain agar penjelasan guru bisa didengar secara menyeluruh dan maksimal, semisal dikumpulkan dalam satu tempat atau satu sudut (Bih, 13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (3), 2019).

9. Tidak Malu Bertanya

Pelajar hendaknya tidak segan-segan, tidak perlu malu menanyakan sebuah persoalan yang menurutnya sangat musykil, sulit dan memahami setiap sesuatu yang belum ia pahami dengan baik dan benar dengan menggunakan bahasa yang lembut, halus, baik perkataannya, dan menggunakan sopan santun. Suatu ketika pernah dikatakan bahwa: “Barang siapa dari roman mukanya tampak rasa malu untuk menanyakan sesuatu, maka akan tampak kekurangannya ketika berkumpul dengan orang lain” (Media).

Dalam mengajukan pertanyaan, hendaknya tidak keluar dari konteks pembahasan, kecuali ada kebutuhan mendesak atau diizinkan oleh guru. Bila gurunya tidak menjawab pertanyaan, maka jangan ditekan agar bersedia menjawab. Ketika gurunya keliru menjawab, pertanyaan jangan diulangi pada waktu itu, namun ditangguhkan di lain kesempatan.

Sebagaimana tidak malu bertanya, hendaknya pelajar tidak malu berkata “tidak paham”, ketika ia ditanya oleh gurunya apakah sudah memahami penjelasan yang disampaikan. Jangan sampai karena untuk menjaga gengsi, ia menjawab sudah paham, padahal ia belum paham penjabaran guru (Bih, 13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (3), 2019).

10. Tertib dalam Mengambil Giliran

Dalam penggunaan fasilitas umum atau hak milik bersama, pelajar harus tertib mengambil giliran, ia tidak boleh mendahului hak orang lain yang datang lebih awal tanpa kerelaan darinya. KH Muhammad Hasyim Asy’ari selanjutnya meriwayatkan sebuah hadits tentang kewajiban mengantri mengambil giliran (Bih, 13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (4), 2019).

Dalam sebuah hadits telah diriwayatkan bahwasanya suatu ketika ada seorang lelaki dari sahabat anshar menjumpai Rasulullah, sambil bertanya mengenai sesuatu, setelah itu datang lagi seorang laki-laki dari Bani Tsaqib kepada beliau, juga bertujuan yang sama, menanyakan sesuatu kepada beliau, kemudian Nabi SAW menjawab: “Wahai saudaraku dari Bani Tsaqif, duduklah! Aku akan memulai mengatakan sesuatu yang dibutuhkan oleh sahabat Anshar tadi, sebelum kedatanganmu, Al Khatib berkata 'Bagi orang-orang yang datangnya lebih dulu disunahkan untuk mendahulukan orang yang jauh dari pada dirinya sendiri, karena untuk menghormatinya'” (Media).

Syekh al-Khathib al-Baghdadi berkata “disunahkan bagi orang yang datang awal, mendahulukan orang asing, karena sangat kuat kemuliaannya. Demikian pula bila orang yang datang akhir memiliki kebutuhan mendesak, dianjurkan untuk mendahulukannya atau sang guru memberi isyarat untuk mendahulukan orang yang datang lebih akhir karena sebuah hal yang menurutnya mashlahat.”

Dengan datang lebih awal ke majelis guru atau kediamannya, Anda dapat dianggap mendapat giliran lebih awal. Hak terdepan tidak hilang hanya dengan pergi sejenak untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak seperti membuang hajat atau memperbarui wudhu. Jika ada dua orang yang datang dahulu dan tidak setuju, diundi atau kebijakan guru digunakan untuk menentukan siapa yang lebih layak didahulukan.

11. Duduk di Depan Guru dengan Penuh Adab

Menjaga kesopanan duduk di hadapan ustadz ketika mengikuti kegiatan belajar dan juga harus memperhatikan kebiasaan, tradisi yang selama ini dipakai, diterapkan oleh ustadz dalam mengajar. Santri hendaknya kitab ustadznya yang hendak dibacanya bersama-sama dengan kitabnya sendiri dan membawanya dengan kedua tangannya dan tidak boleh meletakkan kitabnya ustazd di atas tanah dalam keadaan terbuka ketika hendak dibacanya.

Bahkan sang santri harus membawa dengan tangannya sendiri, ia tidak diperbolehkan membaca kitab ustazd kecuali atas izin beliau, di samping itu sang santri tidak boleh membaca kitab ketika hati sang ustadz sedang kalut, bosan, marah, susah dan sebagainya (Media).

Saat diizinkan untuk membaca, mulailah dengan membaca ta’awwudz, basmalah, dan hamdalah, serta membaca shalawat kepada Nabi, keluarganya, dan para sahabatnya. Dan kemudian mendoakan guru, orang tua, masyayikh, diri sendiri, dan semua kaum muslimin.

Ketika telah selesai belajar, dianjurkan pula untuk mendoakan sang guru. Bagi sang guru sendiri, bila beberapa etika di atas tidak dilakukan oleh murid, semisal karena lupa atau bodoh, hendaknya diingatkan dan diajarkan, sebab hal tersebut termasuk etika yang sangat penting.

Demikian pentingnya seorang murid mendoakan gurunya, karena salah satu kunci kesuksesan para ulama salaf adalah dengan mendoakan guru-gurunya. Penekanan Hadratus Syekh mengenai hal ini senada dengan sikap para ulama salaf terhadap guru-guru mereka. Contohnya sebagaimana teladan yang dilakukan oleh al-Imam al-Nawawi, pembesar ulama mazhab Syafi’i yang memiliki banyak karya (Bih, 13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (4), 2019).

12. Konsisten Belajar Hingga Menyelesaikan Pendidikan

Jangan pindah dari satu negara ke negara lain atau dari satu madrasah ke madrasah kecuali dalam keadaan darurat dan sangat mendesak. Dengarkan pelajaran dengan teliti dan hati-hati dan jangan berpindah dari satu pelajaran ke pelajaran lain sebelum pelajaran pertama dipahami dengan benar. Karena hal itu akan menimbulkan banyak masalah, membuat Anda gelisah, dan menyia-nyiakan waktu tanpa hasil.

Pelajar hendaknya bertawakal kepada Allah dalam urusan rezeki, pikirannya jangan sampai terganggu oleh urusan ekonomi. Pelajar juga jangan suka mencari musuh atau hobi mendebat orang lain, sebab hal tersebut menyia-nyiakan waktu dan menyebabkan permusuhan.

KH Hasyim Asy’ari juga menekankan kepada pelajar untuk menjauhkan diri dari lingkungan dan pergaulan yang buruk, seperti bergumul dengan orang fasik, pemalas dan orang yang banyak bicara. Sebab lingkungan akan mempengaruhi baik dan buruknya seseorang (Bih, 13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (4), 2019).

Hendaknya pelajar ketika sedang belajar hendaknya menghadap ke arah kiblat, banyak mengamalkan, melakukan tradisi-tradisi Rasululah SAW, mengikuti ajakan ahli kebaikan, menjauhkan diri dari doanya orang yang dianiaya (madzlum), dan memperbanyak shalat dengan segala kekhusukan (Media).

13. Memberi Pengaruh Positif Terhadap Pelajar Lain

Pelajar hendaknya menjadi contoh yang baik untuk teman-temannya, bukan justru menjadi provokator untuk perilaku tidak terpuji. Hendaknya pelajar menyemangati rekan-rekannya untuk giat belajar, menunjukkan kepada mereka tips-tips untuk rajin menuntut ilmu, memalingkan dari mereka hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan belajar.

Pelajar hendaknya ringan tangan, mudah dimintai bantuan oleh teman-temannya. Juga harus pro aktif menyampaikan penjelasan atau keterangan yang bagus dengan dibuat metode diskusi atau memberi masukan. Dengan hal demikian, hatinya akan terang bersinar, berkah ilmunya dan besar pahalanya (Bih, 13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (4), 2019).

Hal-hal seperti itu telah banyak diuji cobakan oleh sekelompok ulama’ salaf. Ilmu yang dimiliki oleh santri hendaklah hal itu tidak membuat dirinya menjadi sombong, terlalu membanggakan terhadap kekuatan akal yang ia miliki. Bahkan semestinya ia wajib bersyukur kepada Allah SWT, selalu mengharapkan tambahan ilmu dari-Nya dengan cara mensyukuri secara terus menerus, santri hendaknya menebarkan, menyebar luaskan salam, menampakkan sifat kasih sayang dan menghormatinya, serta menjaga diri dari hak-hak yang dimiliki oleh teman, saudara, baik seagama atau seaktivitas. Karena mereka adalah orang-orang yang ahli ilmu, membawa dan mencari ilmu, berusaha melupakan terhadap segala kejelekan mereka, serta memaafkan segala kekeliruan dan menutupi kejelekan mereka dan mensyukuri terhadap orang-orang yang berbuat bagus dan mengampuni orang yang berbuat kejelekan (Media).

Kesimpulan

Pada dasarnya, menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi semua orang, karena merupakan perintah Allah SWT. Namun, dalam proses menuntut ilmu ada adab-adab yang perlu diperhatikan oleh para pencari ilmu atau pelajar. Salah satu dari adab tersebut adalah adab seorang pelajar terhadap pelajarannya.

Dari yang sudah dibahas di atas, dapat disimpulkan bahwa ke-13 adab pelajar terhadap pelajarannya sangat perlu diperhatikan oleh para pelajar. Hal tersebut guna mempermudah proses belajar dan mempermudah masuknya ilmu yang sedang dipelajari oleh pelajar ke dalam dirinya.

Daftar Pustaka

  • Bih, M. M. (2018, Desember 23). 13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (1). Diambil kembali dari NU ONLINE: https://www.nu.or.id/tasawuf-akhlak/13-adab-pelajar-terhadap-pelajarannya-menurut-kh-hasyim-asyari-1-OOTte
  • Bih, M. M. (2018, Desember 23). 13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (2). Diambil kembali dari NU ONLINE: https://www.nu.or.id/tasawuf-akhlak/13-adab-pelajar-terhadap-pelajarannya-menurut-kh-hasyim-asyari-2-s9AqT
  • Bih, M. M. (2019, Maret 13). 13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (3). Diambil kembali dari NU ONLINE: https://www.nu.or.id/tasawuf-akhlak/13-adab-pelajar-terhadap-pelajarannya-menurut-kh-hasyim-asyari-3-Zpols
  • Bih, M. M. (2019, Maret 13). 13 Adab Pelajar terhadap Pelajarannya Menurut KH Hasyim Asy’ari (4). Diambil kembali dari NU ONLINE: https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/13-adab-pelajar-terhadap-pelajarannya-menurut-kh-hasyim-asyari-4-IJsbd
  • Hasanah, U., & Mahfud, M. (2021). Konsep Etika Pelajar Menurut KH. M. Hasyim Asy’ari dalam Kitab Adab Al `Alim Wa Al-Muta`allim. Jurnal Pendidikan Agama Islam Miazhar, 43-50.
  • Kholis, A. N. (2020, Mei 12). Menengok Isi Kitab Adab Al-Alim wal Muta’allim Karya KH Hasyim Asy’ari. Diambil kembali dari NU ONLINE: https://nu.or.id/pustaka/menengok-isi-kitab-adab-al-alim-wal-muta-allim-karya-kh-hasyim-asy-ari-nT3ot
  • Manziz, I., Husnia, T., Sal-sabila, A. S., & Kholifiaji, N. F. (2024). Preferensi Ilmu, Guru, dan Teman. 1-24.
  • Media, P. (t.thn.). Adabul Alim Wal Muta'alim.
  • Muhajirin. (2023, Januari 26). Keteladanan dan Kontribusi KH Hasyim Asy'ari untuk Negeri. Diambil kembali dari LANGIT7: https://langit7.id/read/29107/1/keteladanan-dan-kontribusi-kh-hasyim-asyari-untuk-negeri-1674673275

Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Biodata Penulis:

Ilham Manziz saat ini aktif menjadi mahasiswa, Program Studi Pendidikan Agama Islam, dUniversitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.