Solo, sebuah kota yang terletak di Jawa Tengah. Solo tidak hanya dikenal dengan keindahan alamnya yang memukau, tetapi juga dengan budayanya yang kental dan beragam, wisata dan kuliner yang menarik untuk dilihat dan dinikmati serta keramahan yang luar biasa dari penduduknya. Ya, sebegitu nyaman menetap di kota ini.
Aku adalah mahasiswa rantau dari Ponorogo, Jawa Timur. Sebagai seorang yang bukan berasal dari Solo, aku merasakan perbedaan yang sangat besar ketika pertama kali menetap di kota ini untuk mengejar mimpi. Kota Solo, dengan segala keunikan yang dimilikinya, sehingga aku merasakan campuran antara kegembiraan dan kekagetan yang membuatku merasa "syok" dalam arti yang menyenangkan, memberikan pengalaman yang membebaskan dan menginspirasi.
Ponorogo yang begitu kasarnya dan Solo yang begitu lembutnya. Terkadang membuatku syok dan bingung karena dengan kebiasaanku berkata kasar dan keras serta perilaku yang terlihat terburu-buru (tidak bisa kalem) membuatku takut ketika akan memulai interaksi dengan masyarakat Solo yang terlihat berperilaku sebaliknya. Menjadikan keharusan belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial yang juga merupakan bagian penting dari perjalananku merantau di kota Solo.
Penyesuaian dimulai dengan menghadapi perbedaan budaya. Dari kebiasaan sehari-hari hingga tata krama sosial, segalanya terasa berbeda dari lingkungan asalku. Awalnya, aku merasa kaget dengan perbedaan ini dan kadang merasa sulit untuk menyesuaikan diri. Namun, dengan waktu, aku mulai memahami dan menghargai keunikannya, serta menyesuaikan diri dengan pola hidup baru.
Selanjutnya, aku juga harus menyesuaikan diri dengan lingkungan akademis di Solo. Tuntutan belajar yang lebih intens dan pola pembelajaran yang berbeda membuatku merasa sedikit syok pada awalnya. Namun, dengan dukungan dari dosen dan teman-teman sekelas, aku mulai menemukan ritme belajar dan menyesuaikan diri dengan lingkungan akademis yang baru.
Tidak hanya itu, menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial juga merupakan bagian penting dari proses ini. Aku harus belajar berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda dan membangun hubungan yang kuat di tengah-tengah masyarakat Solo. Meskipun awalnya aku merasa canggung dan kikuk, namun dengan waktu, aku mulai merasa nyaman dan diterima di lingkungan sosial baru ini.
Dengan berjalannya waktu, proses penyesuaian diri ini membawaku pada pemahaman yang lebih dalam tentang kehidupan dan budaya di Solo. Meskipun awalnya aku merasa sedikit kaget dengan perubahan dan tantangan yang aku hadapi, namun melalui proses ini aku telah tumbuh dan berkembang sebagai individu yang lebih tangguh dan adaptif. Solo, bagiku, bukan hanya sebuah tempat untuk merantau, tetapi juga sebuah panggung di mana aku dapat menyesuaikan diri dan tumbuh bersama dengan lingkungan yang baru.
Biodata Penulis:
Alfinda Listiana Patwi Ratih saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret Surakarta.