Siapa sih generasi muda yang tidak kenal dengan Instagram? Iya, sosial media yang cukup popular di dunia. Saking populernya, belakangan ini, ekosistem Instagram memunculkan fenomena baru, yakni kemunculan second account atau akun kedua. Fenomena ini menggambarkan, bahwa pengguna Instagram membuat akun tambahaan (second account) dengan identitas yang berbeda dari akun utama (first account).
Awalnya sih aku kurang tahu, fungsi second account itu apa. Sempat berpikir juga, kenapa orang-orang punya second account. Emang seberpengaruh itu pada kehidupan? Alhasil pertanyaan tersebut terjawab setelah beberapa bulan aku memiliki second account.
Pembuatan second account pribadiku berawal dari kisah temanku. Dia lebih dulu punya second account, dan sering meng-upload postingan-postingan random. Dia bilang, “Aku punya second account IG, biar bisa langsung upload tanpa filter.” Aku sempat tidak tergiur dengan omongannya. Kemudian dia bilang lagi, “Coba aja buat second account IG, kamu bisa lebih berekspresi lho.” Dari omongan itu, aku mulai tergiur. Akhirnya, aku punya second account IG.
Second account-ku, memang aku buat sedemikian rupa. Mulai dari username aku buat absurd, settingan akun aku buat akun privat. Biodata yang aku tulis sesuai dengan kepribaadianku. Sampai-sampai followes-nya hanya orang-orang terdekatku. Setelah dipikir-pikir ternyata jauh berbeda dengan first account-ku, yang berisi ruang personal branding.
Sehari, dua hari setelah membuat second account terasa biasa saja. Tidak lama kemudian, aku mulai meng-upload cerita, membuat reels, membuat sorotan bahkan mengklasifikasikannya. Lama-lama aktivitas upload cerita menjadi kebiasaanku. Lebih-lebih lagi aku malah sering aktif di second account daripada di first account.
Cerita yang aku bagikan, berupa aktivitas keseharianku. Mulai dari kegiatan di rumah, kost, kampus, maupun tempat-tempat lainnya. Kegiatan di rumah seperti cosplay layaknya menjadi ibu rumah tangga: bersih-bersih, memasak, bahkan gibah bareng tetangga. Kegiatan di kost kurang lebih sama dengan kegiatan di rumah. Hanya saja ada tambahan, yakni mengerjakan tugas-tugas kuliah. Kegiatan di kampus seperti ketika kelas, praktikum, event, dan sebagainnya. Tidak lupa aku sering mengabadikan tempat-tempat yang jarang aku kunjungi.
Tetapi akhir-akhir ini aku lebih sering membagikan kegiatan di kampus dengan teman-teman. Alasan aku sering mengabadikan semua kegiatan bareng teman, lalu di upload di second account, karena aku tahu momen tersebut tidak bisa diulang kembali. Setiap orang yang datang pasti akan pergi dari hidupku.
Pada second account terkadang aku memperlihatkan bakat terpendamku, seperti menari, menyanyi, ataupun saat membuat konten voice over. Biasanya aku juga menyampaikan opini terkait isu yang sedang viral. Tidak ketinggalan juga, aku sering membagikan uneg-uneg hati. Sebenarnya kurang pantas saja, jika semua uneg-uneg diupload di second account, dan diperlihatkan kepada orang lain. Tetapi, justru hal ini malah mengurangi beban pikiranku. Terkadang aku juga mendapat feedback dari followers-ku.
Berjalan dari keraguan, lalu memantapkan, kemudian menjadi suatu kebiasaan, dan akhirnya mendapatkan pelajaran. Ternyata second account berpengaruh besar terhadap hidupku. Dengan aku punya second account, aku bisa tampil percaya diri di sosmed. Aku bisa membagikan aktivitas, bakat terpendam, uneg-uneg, dan pemikiran-pemikiran lain, tanpa ada netizen yang nyinyir. Selain itu, aku bisa melihat ulang upload-an ceritaku terdahulu.
Belakangan ini Instagram meluncurkan fitur terbaru, berupa flipside. Fitur yang ditawarkan sebelas dua belas dengan sec-acc IG. Pengguna Instagram bisa membuat ruang baru untuk dirinya dan teman-temannya. Serta, hanya orang yang dipilih oleh pemilik akun yang bisa melihat profil dan konten yang dibagikan pada flipside ini. Lantas bagaimana nih, kalian lebih memilih memanfaatkan fitur flipside pada first-acc IG atau malah membuat sec-acc IG?
Anggina Maharani lahir pada tanggal 17 Agustus 2005. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa, Prodi S-1 Agribisnis, Fakultas Pertanian, di Universitas Sebelas Maret Surakarta.